Kemudi Bisnis Logistik Terletak di Penanganan Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Umiyatun Hayati Triastuti mengatakan, sektor logistik dapat dipulihkan jika fokus penanganan dilakukan secara terstruktur dan terencana. Upaya pemulihan tersebut di antaranya menekan kurva Covid-19 dan memberikan jaring pengaman sektor ril. “Jadi kemudinya harus satu dengan instrumen utama menekan kurva Covid-19,” ujarnya di Jakarta, Jumat (2/10/2020). ( Baca juga:Terkait Surat Erick, Pengamat: Industri Harus Pakai Listrik PLN )
Menurut Umiyatun, hampir semua ahli transportasi pada empat universitas terkemuka di Indonesia menyebutkan penanganan masalah sektor logistik difokuskan pada penanganan Covid-19. “Berdasarkan kajian kami bersama ahli transportasi dari ITB, UI, ITS maupun UGM fokus penanganan utamanya ada pada penekanan kurva Covid. Setelah bisa ditekan, lalu diberikan stimulus sambil terus menjaga dan menjalankan protokol Covid-19,” pungkasnya.
Selama pandemi, angkutan barang juga mengalami penurunan meskipun tidak terlalu signifikan. Maka diperlukan strategi pemulihan angkutan logistik untuk mengembalikan dan sekaligus meningkatkan perekonomian nasional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bisnis logistik dinyatakan pulih jika sistem logistik cukup bertahan. ( Baca juga:Kasus Foto Wapres-Kakek Sugiono, Dasco Ragukan Pelakunya Seorang Ulama )
Sementara itu, Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Gede Pasek Suardika mengatakan, berdasarkan kajian terdapat beberapa kebijakan yang dinilai dapat dilakukan. Di antaraya adalah kebijakan jangka pendek yang dapat dilakukan antara lain merencanakan rantai pasok komoditi kesehatan, menentukan lokasi simpul (stasiun) dan penyediaan fasilitas pendukung distribusi komoditi kesehatan.
“Di sisi lain, ketika komunitas industri tidak sanggup untuk mengubah bisnis modelnya karena keterbatasan pendanaan dalam masa pandemi, maka pemerintah dapat hadir dengan stimulus keuangan yang dapat memicu dan memacu pergerakan angkutan barang,” ungkapnya.
Dia menambahkan, tidak ada yang bisa meramalkan rentang waktu kondisi Covid-19. “Karena itu yang diperlukan sekarang adalah bertahan. Dan ini ada pada dua kata kunci, yakni integrasi dan kolaborasi,” pungkasnya.
Menurut Umiyatun, hampir semua ahli transportasi pada empat universitas terkemuka di Indonesia menyebutkan penanganan masalah sektor logistik difokuskan pada penanganan Covid-19. “Berdasarkan kajian kami bersama ahli transportasi dari ITB, UI, ITS maupun UGM fokus penanganan utamanya ada pada penekanan kurva Covid. Setelah bisa ditekan, lalu diberikan stimulus sambil terus menjaga dan menjalankan protokol Covid-19,” pungkasnya.
Selama pandemi, angkutan barang juga mengalami penurunan meskipun tidak terlalu signifikan. Maka diperlukan strategi pemulihan angkutan logistik untuk mengembalikan dan sekaligus meningkatkan perekonomian nasional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bisnis logistik dinyatakan pulih jika sistem logistik cukup bertahan. ( Baca juga:Kasus Foto Wapres-Kakek Sugiono, Dasco Ragukan Pelakunya Seorang Ulama )
Sementara itu, Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Gede Pasek Suardika mengatakan, berdasarkan kajian terdapat beberapa kebijakan yang dinilai dapat dilakukan. Di antaraya adalah kebijakan jangka pendek yang dapat dilakukan antara lain merencanakan rantai pasok komoditi kesehatan, menentukan lokasi simpul (stasiun) dan penyediaan fasilitas pendukung distribusi komoditi kesehatan.
“Di sisi lain, ketika komunitas industri tidak sanggup untuk mengubah bisnis modelnya karena keterbatasan pendanaan dalam masa pandemi, maka pemerintah dapat hadir dengan stimulus keuangan yang dapat memicu dan memacu pergerakan angkutan barang,” ungkapnya.
Dia menambahkan, tidak ada yang bisa meramalkan rentang waktu kondisi Covid-19. “Karena itu yang diperlukan sekarang adalah bertahan. Dan ini ada pada dua kata kunci, yakni integrasi dan kolaborasi,” pungkasnya.
(uka)