Terkait Surat Erick, Pengamat: Industri Harus Pakai Listrik PLN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyurati Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif terkait kelebihan pasokan listrik (oversupply) yang dialami PLN .
Dalam surat bernomor S-756/MBU/09/2020 tersebut, bantuan yang diharapkan Erick Thohir adalah mengatasi kondisi kelebihan pasokan listrik. Karena itu, diperlukan adanya upaya peningkatan demand dengan cara mendorong industri mengkonsusmi listrik PLN. Pasalnya, pihak industri mulai membangun pembangkitnya sendiri, seperti Coca-Cola. ( Baca juga:Seruhhh! Setelah Airlangga Resmikan Listrik Coca-Cola, Erick Berkirim Surat Soal PLN )
Menanggapi surat tersebut, pengamat ekonomi sekaligus pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, oversupply yang dialami PLN saat ini merupakan konsekuensi dari menurunnya tingkat konsumsi listrik, baik dari rumah tangga ataupun industri. Hal ini dikarenakan masih belum terkendalinya penangan Covid-19 di dalam negeri.
Dia menilai, meski pemerintah telah memberikan insentif listrik berupa diskon 100% kepada pelanggan 450 VA dan diskon 50% bagi 900 VA, serta insentif biaya listrik bagi sektor industri, namun tidak serta merta akan meningkatkan daya konsumsi listrik karena memang kondisi ekonomi masih dalam tekanan ketidakpastian.
Oleh karena itu, dia menilai langkah Erick Thohir untuk meminta dorongan dari pihak Kementerian ESDM tidak akan berdampak signifikan bagi penanganan oversupply listrik saat ini.
"Saya kira tidak ada pengaruhnya, konsekuensi dari penurunan permintaan itu kan penyebab terjadinya oversupply. Industri sendiri produksinya menurun, otomatis berdampak pada penurunan penggunaan listrik meskipun harga sudah diturunkan. Tetapi ini tidak bisa memaksakan bagi industri untuk meningkatkan permintaan listrik tadi," ujar Fahmy saat dihubungi, Jakarta, Jumat (2/10/2020).
Sementara itu, terkait dengan penggunaan pembangkit listrik secara mandiri oleh industri, Fahmy berujar, dalam kondisi saat ini pembangkit listrik bagi industri cukup sulit dilakukan. Selain kinerja industri yang tertekan, proyek itu pun membutuhkan nilai investasi yang besar.
Karena itu, industri daripada membangun lembangkit listrik secara mandiri dengan biaya yang cukup mahal, sebaiknya menggunakan listrik yang bersumber dari PLN. ( Baca juga:Ini Besaran Gaji PPPK Sebelum Dikenai Pajak )
"Untuk win-win solution saja agar oversupply cukup diatasi untuk menyuplai listrik bagi industri. Kondisi saat ini industri harus menggunakan listrik PLN yang sudah ada dan ini akan mengatasi oversupply sehingga memperoleh listrik tanpa harus membangn sendiri," ujarnya.
Lihat Juga: PSSI Umumkan Pendanaan di Tahun 2025 Sebesar Rp665 Miliar, Segini Angka Alokasi untuk Timnas Indonesia?
Dalam surat bernomor S-756/MBU/09/2020 tersebut, bantuan yang diharapkan Erick Thohir adalah mengatasi kondisi kelebihan pasokan listrik. Karena itu, diperlukan adanya upaya peningkatan demand dengan cara mendorong industri mengkonsusmi listrik PLN. Pasalnya, pihak industri mulai membangun pembangkitnya sendiri, seperti Coca-Cola. ( Baca juga:Seruhhh! Setelah Airlangga Resmikan Listrik Coca-Cola, Erick Berkirim Surat Soal PLN )
Menanggapi surat tersebut, pengamat ekonomi sekaligus pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, oversupply yang dialami PLN saat ini merupakan konsekuensi dari menurunnya tingkat konsumsi listrik, baik dari rumah tangga ataupun industri. Hal ini dikarenakan masih belum terkendalinya penangan Covid-19 di dalam negeri.
Dia menilai, meski pemerintah telah memberikan insentif listrik berupa diskon 100% kepada pelanggan 450 VA dan diskon 50% bagi 900 VA, serta insentif biaya listrik bagi sektor industri, namun tidak serta merta akan meningkatkan daya konsumsi listrik karena memang kondisi ekonomi masih dalam tekanan ketidakpastian.
Oleh karena itu, dia menilai langkah Erick Thohir untuk meminta dorongan dari pihak Kementerian ESDM tidak akan berdampak signifikan bagi penanganan oversupply listrik saat ini.
"Saya kira tidak ada pengaruhnya, konsekuensi dari penurunan permintaan itu kan penyebab terjadinya oversupply. Industri sendiri produksinya menurun, otomatis berdampak pada penurunan penggunaan listrik meskipun harga sudah diturunkan. Tetapi ini tidak bisa memaksakan bagi industri untuk meningkatkan permintaan listrik tadi," ujar Fahmy saat dihubungi, Jakarta, Jumat (2/10/2020).
Sementara itu, terkait dengan penggunaan pembangkit listrik secara mandiri oleh industri, Fahmy berujar, dalam kondisi saat ini pembangkit listrik bagi industri cukup sulit dilakukan. Selain kinerja industri yang tertekan, proyek itu pun membutuhkan nilai investasi yang besar.
Karena itu, industri daripada membangun lembangkit listrik secara mandiri dengan biaya yang cukup mahal, sebaiknya menggunakan listrik yang bersumber dari PLN. ( Baca juga:Ini Besaran Gaji PPPK Sebelum Dikenai Pajak )
"Untuk win-win solution saja agar oversupply cukup diatasi untuk menyuplai listrik bagi industri. Kondisi saat ini industri harus menggunakan listrik PLN yang sudah ada dan ini akan mengatasi oversupply sehingga memperoleh listrik tanpa harus membangn sendiri," ujarnya.
Lihat Juga: PSSI Umumkan Pendanaan di Tahun 2025 Sebesar Rp665 Miliar, Segini Angka Alokasi untuk Timnas Indonesia?
(uka)