Pandemi Pukul Sektor Perikanan Dari Hulu Hingga Hilir
loading...
A
A
A
JAKARTA - Deputi bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit mengatakan, sama halnya dengan sektor strategis lainnya, pandemi Covid-19 memberikan dampak mendalam khususnya bagi para nelayan dan pembudidaya ikan.
Menurut dia, di sektor perikanan dampaknya terjadi dari hulu hingga hilir. "Permasalahannya dari hulu yakni meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan dan pembudidaya ikan. Dalam hal ini kelangkaan BBM," katanya dalam webinar, Selasa (6/10/2020).
Kemudian, dari sisi hilir, masalah timbul dari rendahnya daya beli terhadap produk ikan sehingga memberikan ketidakpastian. Penyebabnya dikarenakan adanya pembatasan interaksi fisik, sehingga berkurangnya aktivitas di hilir selama pandemi.
Hal tersebut diperparah dengan berkurangnya daya serap industri pengolahan, serta kendala ekspor. “Di sisi lain, penjualan ikan di pasar online masih terbatas, belum lagi masalah biaya angkutan logistik yang mahal,” ujarnya. (Baca juga: Perikanan Jadi Prioritas, Ekspor Ditarget USD1,5 Miliar di 2024 )
Oleh karena itu, Pemerintah terus berupaya untuk pemulihan ekonomi UMKM khususnya komoditi perikanan. Salah satu caranya dengan pemberian pinjaman modal kerja. "Bagi usaha yang bankable dapat mengakses KUR super mikro dan pinjaman modal kerja LPDB dengan total anggaran Rp1 triliun," terangnya
Sementara bagi yang unbankable, selain bantuan sosial, pemerintah menyiapkan banpres produktif usaha mikro berupa hibah sebesar Rp2,4 juta.
Tak hanya itu, pemerintah juga mengembangkan program koperasi pangan. Hal ini untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia yang dinilai masih lemah oleh WHO. (Baca juga: WHO: Satu dari 10 Orang Mungkin Terkena Covid, Dunia Masuk Masa Sulit )
"Ketahanan pangan kita cukup lemah, itu akibat petani dan nelayan mengelola dengan skala kecil. Ini menjadi perhatian serius pemerintah untuk mendorong nelayan dan pembudidaya ikan agar bisa menciptakan daya saing produk perikanan," tuturnya.
Menurut dia, di sektor perikanan dampaknya terjadi dari hulu hingga hilir. "Permasalahannya dari hulu yakni meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan dan pembudidaya ikan. Dalam hal ini kelangkaan BBM," katanya dalam webinar, Selasa (6/10/2020).
Kemudian, dari sisi hilir, masalah timbul dari rendahnya daya beli terhadap produk ikan sehingga memberikan ketidakpastian. Penyebabnya dikarenakan adanya pembatasan interaksi fisik, sehingga berkurangnya aktivitas di hilir selama pandemi.
Hal tersebut diperparah dengan berkurangnya daya serap industri pengolahan, serta kendala ekspor. “Di sisi lain, penjualan ikan di pasar online masih terbatas, belum lagi masalah biaya angkutan logistik yang mahal,” ujarnya. (Baca juga: Perikanan Jadi Prioritas, Ekspor Ditarget USD1,5 Miliar di 2024 )
Oleh karena itu, Pemerintah terus berupaya untuk pemulihan ekonomi UMKM khususnya komoditi perikanan. Salah satu caranya dengan pemberian pinjaman modal kerja. "Bagi usaha yang bankable dapat mengakses KUR super mikro dan pinjaman modal kerja LPDB dengan total anggaran Rp1 triliun," terangnya
Sementara bagi yang unbankable, selain bantuan sosial, pemerintah menyiapkan banpres produktif usaha mikro berupa hibah sebesar Rp2,4 juta.
Tak hanya itu, pemerintah juga mengembangkan program koperasi pangan. Hal ini untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia yang dinilai masih lemah oleh WHO. (Baca juga: WHO: Satu dari 10 Orang Mungkin Terkena Covid, Dunia Masuk Masa Sulit )
"Ketahanan pangan kita cukup lemah, itu akibat petani dan nelayan mengelola dengan skala kecil. Ini menjadi perhatian serius pemerintah untuk mendorong nelayan dan pembudidaya ikan agar bisa menciptakan daya saing produk perikanan," tuturnya.
(ind)