Perlunya Pengelolaan Keuangan di Masa Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi corona (Covid-19) berdampak terhadap multisektor, termasuk pendapatan rumah tangga. Keuangan di lingkup terkecil dalam perekonomian ini juga harus mendapat perhatian karena pandemi belum diketahui kapan berakhir.
Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Sylviana Maya Damayanti mengatakan, perencanaan keuangan (financial planning) di masa pandemi ini tetap diperlukan, salah satunya untuk pengelolaan keuangan, khususnya dana darurat. (Baca: Muslimah, Ini Pentingnya Menyempurnakan Wudhu)
Menurutnya, perencanaan keuangan merupakan proses dalam mencapai tujuan hidup seseorang atau keluarga melalui manajemen keuangan yang tepat dan terencana. Secara umum ruang lingkupnya meliputi dana darurat, manajemen arus kas, manajemen utang, dana pendidikan, manajemen risiko seperti asuransi, perencanaan pensiun, portofolio, pajak pribadi, waris.
“Di masa pandemi ini sangat penting, khususnya dana darurat,” kata Maya dalam acara focus group discussion (FGD) bertajuk “Cermat Merencanakan Keuangan saat Pandemi” yang digelar secara virtual kemarin.
Pada FGD tersebut, selain Maya, hadir pula sejumlah narasumber yang berasal dari kalangan jurnalis. Mereka adalah Pemimpin Redaksi KORAN SINDO dan Sindonews.com Djaka Susila, Pemimpin Redaksi MNC Trijaya Gaib Maruto Sigit, Redaktur Republika Online Friska Yolandha, Redaktur Harian Investor Daily Nasori, dan Redaktur Media Indonesia Dwi Tupani Gunarwati.
Para narasumber tersebut menyampaikan pengalaman masing-masing mengenai pengelolaan keuangan dan saling berbagi tips bagaimana melakukan perencanaan keuangan di masa pandemi.
Lebih lanjut Maya memaparkan, ada empat hal yang perlu dipahami dalam perencanaan keuangan secara cermat. Pertama, pentingnya dana darurat bagi semua orang. Dana ini wajib dimiliki dan harus dialokasikan secara terpisah. Caranya dengan menyisihkan dana untuk kondisi yang sangat darurat, misalnya bila terjadi sakit, pemutusan hubungan kerja (PHK), kematian. (Baca juga: Tangkap dan ANiaya Wartawan, Polri Didesak Evaluasi Evaluasi Pola Pengamanan Unras)
Dia menggambarkan, untuk mereka yang masih lajang, besaran dana darurat sekitar tiga bulan pengeluaran bulanan. Adapun untuk keluarga kecil sekitar enam bulan pengeluaran bulanan dan keluarga besar sekitar 9–12 kali pengeluaran bulanan.
Kedua, perlunya manajemen arus kas. Dalam hal ini Maya mengistilahkannya dengan 3C, yakni catatan keuangan, cek kondisi keuangan, dan cek kondisi kesehatan. Yang juga tidak kalah penting adalah mengecek prioritas mana bagian untuk pengeluaran, kebutuhan, dan keinginan.
Ketiga, manajemen utang. Dalam hal ini perlu mengatur dan memilah utang, mana yang termasuk utang produktif dan mana yang utang konsumtif.
Keempat, manajemen investasi. Pada bagian ini terlebih dahulu tentukan tujuan investasi yang diinginkan. Selanjutnya tentukan jangka waktunya apakah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang.
“Kenali juga risikonya. Selain itu kenali portofolio investasi yang memang sehat dan baik. Lalu lakukan evaluasi dan monitoring,” ucapnya. (Baca juga: Belajar Harus Tetap Menyenagkan)
Pada FGD yang digelar atas kerja sama Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dengan Sindonews.com dan KORAN SINDO itu, Maya mengakui bahwa merencanakan keuangan secara sehat dan tepat bukanlah perkara yang mudah diterapkan. Terlebih lagi di masa pandemi korona yang tidak sedikit berpengaruh pada pendapatan pribadi.
Menurut Maya, ada sejumlah tantangan yang bisa saja menyulitkan perencanaan keuangan, termasuk memilah mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang keinginan.
“Ini yang harus dipahami. Harus dipisah juga antara keuangan untuk pribadi maupun untuk bisnis. Berapa persen untuk bayar cicilan atau utang, untuk kebutuhan belanja sehari-hari, dan untuk investasi atau bisnis,” tutur Maya.
Dia menambahkan, dalam mengatur keuangan, pendapatan bulanan harus dibagi dalam beberapa porsi. Misalnya sekitar 30% untuk membayar utang, 30% investasi, 40% untuk kebutuhan dan keinginan. Namun, khusus di masa pandemi , Maya menyarankan perlunya memprioritaskan alokasi dana darurat. (Baca juga: Waspada! Seks Oral Bisa Sebabkan Kanker Tenggorokan)
“Soal berapa yang dicadangkan, itu bergantung kembali kepada masing-masing. Ini tentu melihat dari profil risikonya, apakah dia lajang, sudah menikah, punya anak berapa. Itu bergantung keluarga masing-masing,” katanya.
Maya juga menekankan perlunya menahan keinginan belanja yang bukan menjadi kebutuhan. Sebaliknya, alokasi itu bisa diperuntukkan bagi investasi seperti investasi pendidikan, beli saham.
Pada kesempatan tersebut Maya juga menyoroti dana pendidikan yang menurutnya harus menjadi prioritas. Sebab inflasi pendidikan terus meningkat pesat, termasuk di Indonesia. Berdasarkan penelitian, kata dia, inflasi pendidikan sangat tinggi dengan perkiraan sekitar 15–20%.
“Kalau untuk anak, saya sarankan untuk investasi pendidikan. Dana ini juga sangat penting. Makanya sebaiknya dari awal dibuat dana investasi untuk pendidikan. Kapan harus investasi, ya sekarang,” imbau dia. (Lihat videonya: Preman Pengancam PNS Menggunakan Ular Diciduk Polisi)
Bila berminat untuk berinvestasi dengan membeli saham, Maya menyarankan untuk mencari perusahaan yang tetap bertahan di masa pandemi, khususnya yang bergerak di sektor consumer goods. (Faorick Pakpahan)
Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Sylviana Maya Damayanti mengatakan, perencanaan keuangan (financial planning) di masa pandemi ini tetap diperlukan, salah satunya untuk pengelolaan keuangan, khususnya dana darurat. (Baca: Muslimah, Ini Pentingnya Menyempurnakan Wudhu)
Menurutnya, perencanaan keuangan merupakan proses dalam mencapai tujuan hidup seseorang atau keluarga melalui manajemen keuangan yang tepat dan terencana. Secara umum ruang lingkupnya meliputi dana darurat, manajemen arus kas, manajemen utang, dana pendidikan, manajemen risiko seperti asuransi, perencanaan pensiun, portofolio, pajak pribadi, waris.
“Di masa pandemi ini sangat penting, khususnya dana darurat,” kata Maya dalam acara focus group discussion (FGD) bertajuk “Cermat Merencanakan Keuangan saat Pandemi” yang digelar secara virtual kemarin.
Pada FGD tersebut, selain Maya, hadir pula sejumlah narasumber yang berasal dari kalangan jurnalis. Mereka adalah Pemimpin Redaksi KORAN SINDO dan Sindonews.com Djaka Susila, Pemimpin Redaksi MNC Trijaya Gaib Maruto Sigit, Redaktur Republika Online Friska Yolandha, Redaktur Harian Investor Daily Nasori, dan Redaktur Media Indonesia Dwi Tupani Gunarwati.
Para narasumber tersebut menyampaikan pengalaman masing-masing mengenai pengelolaan keuangan dan saling berbagi tips bagaimana melakukan perencanaan keuangan di masa pandemi.
Lebih lanjut Maya memaparkan, ada empat hal yang perlu dipahami dalam perencanaan keuangan secara cermat. Pertama, pentingnya dana darurat bagi semua orang. Dana ini wajib dimiliki dan harus dialokasikan secara terpisah. Caranya dengan menyisihkan dana untuk kondisi yang sangat darurat, misalnya bila terjadi sakit, pemutusan hubungan kerja (PHK), kematian. (Baca juga: Tangkap dan ANiaya Wartawan, Polri Didesak Evaluasi Evaluasi Pola Pengamanan Unras)
Dia menggambarkan, untuk mereka yang masih lajang, besaran dana darurat sekitar tiga bulan pengeluaran bulanan. Adapun untuk keluarga kecil sekitar enam bulan pengeluaran bulanan dan keluarga besar sekitar 9–12 kali pengeluaran bulanan.
Kedua, perlunya manajemen arus kas. Dalam hal ini Maya mengistilahkannya dengan 3C, yakni catatan keuangan, cek kondisi keuangan, dan cek kondisi kesehatan. Yang juga tidak kalah penting adalah mengecek prioritas mana bagian untuk pengeluaran, kebutuhan, dan keinginan.
Ketiga, manajemen utang. Dalam hal ini perlu mengatur dan memilah utang, mana yang termasuk utang produktif dan mana yang utang konsumtif.
Keempat, manajemen investasi. Pada bagian ini terlebih dahulu tentukan tujuan investasi yang diinginkan. Selanjutnya tentukan jangka waktunya apakah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang.
“Kenali juga risikonya. Selain itu kenali portofolio investasi yang memang sehat dan baik. Lalu lakukan evaluasi dan monitoring,” ucapnya. (Baca juga: Belajar Harus Tetap Menyenagkan)
Pada FGD yang digelar atas kerja sama Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dengan Sindonews.com dan KORAN SINDO itu, Maya mengakui bahwa merencanakan keuangan secara sehat dan tepat bukanlah perkara yang mudah diterapkan. Terlebih lagi di masa pandemi korona yang tidak sedikit berpengaruh pada pendapatan pribadi.
Menurut Maya, ada sejumlah tantangan yang bisa saja menyulitkan perencanaan keuangan, termasuk memilah mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang keinginan.
“Ini yang harus dipahami. Harus dipisah juga antara keuangan untuk pribadi maupun untuk bisnis. Berapa persen untuk bayar cicilan atau utang, untuk kebutuhan belanja sehari-hari, dan untuk investasi atau bisnis,” tutur Maya.
Dia menambahkan, dalam mengatur keuangan, pendapatan bulanan harus dibagi dalam beberapa porsi. Misalnya sekitar 30% untuk membayar utang, 30% investasi, 40% untuk kebutuhan dan keinginan. Namun, khusus di masa pandemi , Maya menyarankan perlunya memprioritaskan alokasi dana darurat. (Baca juga: Waspada! Seks Oral Bisa Sebabkan Kanker Tenggorokan)
“Soal berapa yang dicadangkan, itu bergantung kembali kepada masing-masing. Ini tentu melihat dari profil risikonya, apakah dia lajang, sudah menikah, punya anak berapa. Itu bergantung keluarga masing-masing,” katanya.
Maya juga menekankan perlunya menahan keinginan belanja yang bukan menjadi kebutuhan. Sebaliknya, alokasi itu bisa diperuntukkan bagi investasi seperti investasi pendidikan, beli saham.
Pada kesempatan tersebut Maya juga menyoroti dana pendidikan yang menurutnya harus menjadi prioritas. Sebab inflasi pendidikan terus meningkat pesat, termasuk di Indonesia. Berdasarkan penelitian, kata dia, inflasi pendidikan sangat tinggi dengan perkiraan sekitar 15–20%.
“Kalau untuk anak, saya sarankan untuk investasi pendidikan. Dana ini juga sangat penting. Makanya sebaiknya dari awal dibuat dana investasi untuk pendidikan. Kapan harus investasi, ya sekarang,” imbau dia. (Lihat videonya: Preman Pengancam PNS Menggunakan Ular Diciduk Polisi)
Bila berminat untuk berinvestasi dengan membeli saham, Maya menyarankan untuk mencari perusahaan yang tetap bertahan di masa pandemi, khususnya yang bergerak di sektor consumer goods. (Faorick Pakpahan)
(ysw)