Akulaku Ajak Pelapak Daring Edukasi UMKM Tingkatkan Inklusi Keuangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam kondisi perekonomian yang penuh tantangan, inklusi keuangan memiliki tiga peran penting bagi perekonomian yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendorong proses pemulihan ekonomi nasional dan mendukung daya tahan ekonomi masyarakat, terutama di masa pandemi saat ini.
Terkait dengan itu, Corporate Secretary Akulaku Finance Indonesia Wildan Kesuma mengungkapkan, edukasi guna meningkatkan literasi keuangan terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sangat penting. Dengan jumlah mencapai 64 juta atau lebih dari 90% keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia, peran UMKM sangat vital bagi perekonomian Indonesia.
Sementara, menurut survei Pricewaterhousecoopers (PwC) tahun 2019, 74% UMKM di Indonesia belum mendapatkan akses pembiayaan. Salah satu faktor yang melatarbelakanginya adalah kurangnya pemahaman UMKM terkait inklusi keuangan.
(Baca Juga: UU Cipta Kerja Dinilai Mampu Percepat Pertumbuhan UMKM)
"Inklusi keuangan bisa dikatakan terwujud kalau semua orang dapat mengakses layanan keuangan dengan mudah. Efek yang diharapkan tentu saja meningkatnya kemampuan ekonomi dan berkurangnya kemiskinan serta kesenjangan ekonomi," ujar Wildan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/10/2020).
Demi tercapainya target indeks inklusi keuangan Indonesia di atas 90% dalam 3 tahun ke depan, Akulaku Finance Indonesia pun secara aktif melakukan edukasi kepada berbagai lapisan masyarakat, termasuk UMKM. Tujuannya untuk memberikan pemahaman mengenai pengelolaan keuangan usaha khususnya pengelolaan pembiayaan produktif yang sesuai dengan kebutuhan UMKM.
"Akulaku Finance bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah hingga media massa untuk mengedukasi masyarakat melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah lewat webinar bersama dengan komunitas UMKM," ungkapnya.
Akulaku menggelar webinar yang dihadiri oleh para pelapak dari Bukalapak tersebut pada Kamis (8/10) lalu. Sehubungan dengan edukasi terkait inklusi keuangan, Penasihat Keuangan Ghita Argasasmita mengatakan dalam sesi webinar yang sama bahwa dalam membangun usaha yang komprehensif dan berkelanjutan, diperlukan manajemen keuangan yang baik untuk mempertahankan bisnis dari kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti sekarang ini.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pelaku UMKM baik saat akan memulai usaha maupun saat usahanya sudah berjalan adalah untuk menekan biaya operasional seefisien mungkin dan memisah rekening pribadi dan rekening usaha. Bila rekening usaha sudah terpisah maka arus bulanan akan terlihat dengan jelas.
"Apabila kita bisa memisahkan tabungan usaha dan pribadi, penghitungan kas bulanan usaha kita akan lebih mudah dan tepat. Hal ini juga akan meminimalisir kemungkinan mengalami krisis uang kas yang diakibatkan oleh penarikan uang tunai untuk keperluan pribadi," ungkap founder Integrita Financial tersebut.
Dengan adanya pencatatan arus kas, neraca, dan laporan laba rugi usaha secara terperinci, maka pengusaha UMKM dapat menggunakan data laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan untuk menambah modal usaha melalui fasilitas pembiayaan keuangan.
"Manfaat lainnya dari membuat pencatatan keuangan, neraca kas, serta laporan laba rugi adalah kita bisa mengetahui dengan baik apakah usaha kita sudah membutuhkan dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan usaha menggunakan modal kerja internal atau membutuhkan pembiayaan dari luar," ujar Ghita.
Menanggapi kebutuhan yang mungkin muncul dari para pelaku usaha, Wildan menambahkan bahwa produk pembiayaan digital dari Akulaku Finance Indonesia dapat digunakan sesuai kebutuhan dengan syarat pengajuan yang cukup praktis.
(Baca Juga: Digitalisasi Bikin 'Si Kecil' Bisa Akses Pembiayaan Jumbo)
"Sebagai perusahaan pembiayaan berbasis digital yang terdaftar dan diawasi oleh OJK, Akulaku Finance menawarkan beberapa pilihan produk pembiayaan berdasarkan kebutuhan. Contohnya, pelaku usaha dapat membeli aset usaha misalnya membeli coffee maker menggunakan limit kredit dengan tenor yang dapat dipilih durasi pembayarannya. Selain itu, ada juga pembiayaan dengan menggunakan produk KTA Asetku ataupun Dana Cicil," papar Wildan.
Untuk mendukung kebutuhan UMKM dari segi pembiayaan untuk memaksimalkan usahanya, Akulaku Finance Indonesia memiliki beberapa produk keuangan digital salah satunya adalah Limit Kredit, yaitu kredit virtual yang memungkinkan pengguna melakukan transaksi dengan metode cicilan di aplikasi atau e-commerce seperti Bukalapak. Kemudian ada KTA Asetku dimana merupakan co-branded product bersama dengan Asetku yang menyediakan layanan pinjaman fasilitas tunai hingga Rp3 juta dengan tenor pendek.
"Ada juga Dana cicil yang menyediakan layanan pinjaman tunai tanpa jaminan seperti KTA Asetku, tetapi dengan nominal pinjaman lebih besar hingga Rp15 juta dengan tenor 2-12 bulan," ujar Wildan.
Dalam ebinar tersebut, Ressy Chandra, seorang Pelapak Jawara di Bukalapak mengakui bahwa awalnya dia pun sama seperti kebanyakan pelapak yang buta manajemen keuangan. Setelah memperbaiki sistem pencatatan keuangannya, Ressy mengaku mulai dapat melihat perkembangan usahanya. Ia pun lantas berani untuk mengajukan pinjaman untuk mengisi toko offline-nya.
Menurut Ressy, hadirnya jasa pembiayaan digital seperti Akulaku Finance memberi dampak positif bagi UMKM. Akses pembiayaan kini menjadi lebih mudah dan terbuka bagi pelaku UMKM seperti dirinya. "Tentunya harus dengan memperhatikan hal-hal seperti apakah perusahaan pembiayaan tersebut terdaftar dan diawasi oleh OJK, serta pelajari juga manfaat dan risiko produk keuangan yang akan digunakan," pungkasnya.
Terkait dengan itu, Corporate Secretary Akulaku Finance Indonesia Wildan Kesuma mengungkapkan, edukasi guna meningkatkan literasi keuangan terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sangat penting. Dengan jumlah mencapai 64 juta atau lebih dari 90% keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia, peran UMKM sangat vital bagi perekonomian Indonesia.
Sementara, menurut survei Pricewaterhousecoopers (PwC) tahun 2019, 74% UMKM di Indonesia belum mendapatkan akses pembiayaan. Salah satu faktor yang melatarbelakanginya adalah kurangnya pemahaman UMKM terkait inklusi keuangan.
(Baca Juga: UU Cipta Kerja Dinilai Mampu Percepat Pertumbuhan UMKM)
"Inklusi keuangan bisa dikatakan terwujud kalau semua orang dapat mengakses layanan keuangan dengan mudah. Efek yang diharapkan tentu saja meningkatnya kemampuan ekonomi dan berkurangnya kemiskinan serta kesenjangan ekonomi," ujar Wildan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/10/2020).
Demi tercapainya target indeks inklusi keuangan Indonesia di atas 90% dalam 3 tahun ke depan, Akulaku Finance Indonesia pun secara aktif melakukan edukasi kepada berbagai lapisan masyarakat, termasuk UMKM. Tujuannya untuk memberikan pemahaman mengenai pengelolaan keuangan usaha khususnya pengelolaan pembiayaan produktif yang sesuai dengan kebutuhan UMKM.
"Akulaku Finance bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah hingga media massa untuk mengedukasi masyarakat melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah lewat webinar bersama dengan komunitas UMKM," ungkapnya.
Akulaku menggelar webinar yang dihadiri oleh para pelapak dari Bukalapak tersebut pada Kamis (8/10) lalu. Sehubungan dengan edukasi terkait inklusi keuangan, Penasihat Keuangan Ghita Argasasmita mengatakan dalam sesi webinar yang sama bahwa dalam membangun usaha yang komprehensif dan berkelanjutan, diperlukan manajemen keuangan yang baik untuk mempertahankan bisnis dari kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti sekarang ini.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pelaku UMKM baik saat akan memulai usaha maupun saat usahanya sudah berjalan adalah untuk menekan biaya operasional seefisien mungkin dan memisah rekening pribadi dan rekening usaha. Bila rekening usaha sudah terpisah maka arus bulanan akan terlihat dengan jelas.
"Apabila kita bisa memisahkan tabungan usaha dan pribadi, penghitungan kas bulanan usaha kita akan lebih mudah dan tepat. Hal ini juga akan meminimalisir kemungkinan mengalami krisis uang kas yang diakibatkan oleh penarikan uang tunai untuk keperluan pribadi," ungkap founder Integrita Financial tersebut.
Dengan adanya pencatatan arus kas, neraca, dan laporan laba rugi usaha secara terperinci, maka pengusaha UMKM dapat menggunakan data laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan untuk menambah modal usaha melalui fasilitas pembiayaan keuangan.
"Manfaat lainnya dari membuat pencatatan keuangan, neraca kas, serta laporan laba rugi adalah kita bisa mengetahui dengan baik apakah usaha kita sudah membutuhkan dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan usaha menggunakan modal kerja internal atau membutuhkan pembiayaan dari luar," ujar Ghita.
Menanggapi kebutuhan yang mungkin muncul dari para pelaku usaha, Wildan menambahkan bahwa produk pembiayaan digital dari Akulaku Finance Indonesia dapat digunakan sesuai kebutuhan dengan syarat pengajuan yang cukup praktis.
(Baca Juga: Digitalisasi Bikin 'Si Kecil' Bisa Akses Pembiayaan Jumbo)
"Sebagai perusahaan pembiayaan berbasis digital yang terdaftar dan diawasi oleh OJK, Akulaku Finance menawarkan beberapa pilihan produk pembiayaan berdasarkan kebutuhan. Contohnya, pelaku usaha dapat membeli aset usaha misalnya membeli coffee maker menggunakan limit kredit dengan tenor yang dapat dipilih durasi pembayarannya. Selain itu, ada juga pembiayaan dengan menggunakan produk KTA Asetku ataupun Dana Cicil," papar Wildan.
Untuk mendukung kebutuhan UMKM dari segi pembiayaan untuk memaksimalkan usahanya, Akulaku Finance Indonesia memiliki beberapa produk keuangan digital salah satunya adalah Limit Kredit, yaitu kredit virtual yang memungkinkan pengguna melakukan transaksi dengan metode cicilan di aplikasi atau e-commerce seperti Bukalapak. Kemudian ada KTA Asetku dimana merupakan co-branded product bersama dengan Asetku yang menyediakan layanan pinjaman fasilitas tunai hingga Rp3 juta dengan tenor pendek.
"Ada juga Dana cicil yang menyediakan layanan pinjaman tunai tanpa jaminan seperti KTA Asetku, tetapi dengan nominal pinjaman lebih besar hingga Rp15 juta dengan tenor 2-12 bulan," ujar Wildan.
Dalam ebinar tersebut, Ressy Chandra, seorang Pelapak Jawara di Bukalapak mengakui bahwa awalnya dia pun sama seperti kebanyakan pelapak yang buta manajemen keuangan. Setelah memperbaiki sistem pencatatan keuangannya, Ressy mengaku mulai dapat melihat perkembangan usahanya. Ia pun lantas berani untuk mengajukan pinjaman untuk mengisi toko offline-nya.
Menurut Ressy, hadirnya jasa pembiayaan digital seperti Akulaku Finance memberi dampak positif bagi UMKM. Akses pembiayaan kini menjadi lebih mudah dan terbuka bagi pelaku UMKM seperti dirinya. "Tentunya harus dengan memperhatikan hal-hal seperti apakah perusahaan pembiayaan tersebut terdaftar dan diawasi oleh OJK, serta pelajari juga manfaat dan risiko produk keuangan yang akan digunakan," pungkasnya.
(fai)