3 BUMN Berkolaborasi, RI Bakal Jadi Produsen Baterai Mobil Listrik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia diyakini akan menjadi produsen baterai mobil listrik . Untuk mewujudkan itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merancang pembangunan pabrik baterai mobil listrik.
Tak tanggung-tanggung, nilai investasi pembangunan pabrik itu disebut-sebut mencapai USD12 miliar setara Rp176,4 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per USD). Pembangunan pabrik baterai akan dipimpin oleh holding BUMN pertambangan MIND ID atau Inalum melalui PT Aneka Tambang Tbk, bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
CEO Inalum Orias Petrus Moedak mengatakan ketiga BUMN itu saat ini tengah menyusun pembentukan unit usaha baru yakni PT Indonesia Battery. Untuk membangun pabrik baterai tersebut, Orias menyebut saat ini pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan dua calon mitra dari China dan Korea Selatan. Nantinya proyek ini menurutnya akan terintegrasi dari hulu sampai hilir. (Baca: Inilah 10 Adab Berbicara Agar Lisan Terjaga)
Orias menjelaskan dana USD12 miliar ini tidak hanya akan berasal dari kas tiga BUMN tersebut. Rencananya saat ini ada pihak swasta dari China dan Korea yang menyatakan ingin terlibat dalam investasi ini.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan dua produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia saat ini tengah melirik untuk bergabung dalam industri hilirisasi nikel Indonesia. Dperusahaan tersebut adalah Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) dari China dan LG Chem Ltd asal Korea. Dua perusahaan ini merupakan produsen baterai kendaraan listrik terbesar dunia.
“Ini sebuah angin segar. Usaha Indonesia yang memiliki kekayaan tambang berlimpah untuk melakukan hilirisasi industri minerba, langsung mendapat respons bagus dari investor asing. Ini bukti bahwa kebijakan Indonesia sudah tepat,” kata Erick dalam keterangan resmi pada Rabu (14/10/2020).
Dia melanjutkan, Indonesia selama ini dikenal sebagai produsen dan eksportir nikel terbesar dunia yang menguasai 27% kebutuhan pasar global. Padahal, nikel merupakan bahan baku utama baterai mobil listrik. (Baca juga: Kemendikbud akan Kembangkan SMK untuk Bangun Desa)
Oleh karena itu, Kementerian BUMN mengeluarkan kebijakan untuk melakukan inovasi model bisnis dalam industri ini dan meningkatkan nilai rantai pasokan nikel yang berlimpah ini. Tujuannya, yaitu tak lain untuk memanfaatkan keuntungan sekaligus membangun industri baterai lithium di dalam negeri.
Potensi nikel di dalam negeri, terutama yang dikelola BUMN akan semakin meningkat setelah selesainya transaksi pembelian 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) oleh Holding BUMN Pertambangan Mining Industri Indonesia (MIND ID) atau Inalum.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina nantinya fokus pada pada tahapan-tahapan produksi baterai. Dari pengembangan manufacturing plant, mengintegrasikan komponen sel di dalam baterai hingga merakitnya ke dalam modul atau pack yang sesuai dengan peruntukan. Pertamina juga akan bertugas sebagai pihak yang mendaur ulang (recycle) baterai. (Lihat videonya: Pernyataan Bank Dunia Mengenai Undang-Undang Cipta Kerja)
“Nantinya Pertamina akan masuk ke dalam bagian holding company tersebut dan juga dalam JV yang fokus di masing-masing proses bisnis terkait,” ujar Fajriyah saat dihubungi, Jakarta, kemarin. (Suparjo Ramalan)
Tak tanggung-tanggung, nilai investasi pembangunan pabrik itu disebut-sebut mencapai USD12 miliar setara Rp176,4 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per USD). Pembangunan pabrik baterai akan dipimpin oleh holding BUMN pertambangan MIND ID atau Inalum melalui PT Aneka Tambang Tbk, bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
CEO Inalum Orias Petrus Moedak mengatakan ketiga BUMN itu saat ini tengah menyusun pembentukan unit usaha baru yakni PT Indonesia Battery. Untuk membangun pabrik baterai tersebut, Orias menyebut saat ini pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan dua calon mitra dari China dan Korea Selatan. Nantinya proyek ini menurutnya akan terintegrasi dari hulu sampai hilir. (Baca: Inilah 10 Adab Berbicara Agar Lisan Terjaga)
Orias menjelaskan dana USD12 miliar ini tidak hanya akan berasal dari kas tiga BUMN tersebut. Rencananya saat ini ada pihak swasta dari China dan Korea yang menyatakan ingin terlibat dalam investasi ini.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan dua produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia saat ini tengah melirik untuk bergabung dalam industri hilirisasi nikel Indonesia. Dperusahaan tersebut adalah Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) dari China dan LG Chem Ltd asal Korea. Dua perusahaan ini merupakan produsen baterai kendaraan listrik terbesar dunia.
“Ini sebuah angin segar. Usaha Indonesia yang memiliki kekayaan tambang berlimpah untuk melakukan hilirisasi industri minerba, langsung mendapat respons bagus dari investor asing. Ini bukti bahwa kebijakan Indonesia sudah tepat,” kata Erick dalam keterangan resmi pada Rabu (14/10/2020).
Dia melanjutkan, Indonesia selama ini dikenal sebagai produsen dan eksportir nikel terbesar dunia yang menguasai 27% kebutuhan pasar global. Padahal, nikel merupakan bahan baku utama baterai mobil listrik. (Baca juga: Kemendikbud akan Kembangkan SMK untuk Bangun Desa)
Oleh karena itu, Kementerian BUMN mengeluarkan kebijakan untuk melakukan inovasi model bisnis dalam industri ini dan meningkatkan nilai rantai pasokan nikel yang berlimpah ini. Tujuannya, yaitu tak lain untuk memanfaatkan keuntungan sekaligus membangun industri baterai lithium di dalam negeri.
Potensi nikel di dalam negeri, terutama yang dikelola BUMN akan semakin meningkat setelah selesainya transaksi pembelian 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) oleh Holding BUMN Pertambangan Mining Industri Indonesia (MIND ID) atau Inalum.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina nantinya fokus pada pada tahapan-tahapan produksi baterai. Dari pengembangan manufacturing plant, mengintegrasikan komponen sel di dalam baterai hingga merakitnya ke dalam modul atau pack yang sesuai dengan peruntukan. Pertamina juga akan bertugas sebagai pihak yang mendaur ulang (recycle) baterai. (Lihat videonya: Pernyataan Bank Dunia Mengenai Undang-Undang Cipta Kerja)
“Nantinya Pertamina akan masuk ke dalam bagian holding company tersebut dan juga dalam JV yang fokus di masing-masing proses bisnis terkait,” ujar Fajriyah saat dihubungi, Jakarta, kemarin. (Suparjo Ramalan)
(ysw)