Ada Titik Terang Soal Kejelasan Nasib Nasabah Jiwasraya

Rabu, 21 Oktober 2020 - 09:05 WIB
loading...
A A A
Dengan persiapan yang dilakukan itu, dia optimistis IFG Life bisa mendobrak pasar asuransi nasional. Apalagi, mayoritas total aset industri asuransi yang mencapai Rp703 triliun masih dikuasai perusahaan asuransi asing.

Untuk bisa memenangkan pasar asuransi itu, Pantro mengaku IFG Life akan berfokus pada tiga lini bisnis utama, yaitu layanan proteksi, baik untuk asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, serta program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira mengingatkan pembentukan IFG Life jangan sampai mengulang kesalahan Jiwasraya, yakni menawarkan produk asuransi berbalut investasi dengan iming-iming imbal hasil yang tidak rasional. Tapi, bukan berarti tidak boleh menerbitkan produk sejenis unit link lagi. “Dalam hal ini yang jadi catatan adalah tata kelola dana nasabah harus lebih prudent dan sistem internal diawasi secara ketat,” ujar Bhima. (Baca juga: Refly Harun Mengaku Menunggu Habib Rizieq Pulang)

Dia optimistis prospek bisnis asuransi jiwa di Indonesia masih cukup besar karena penetrasi masih di bawah 5%. Selain itu, dia juga berharap agar BUMN asuransi tidak jago kandang, tapi juga bisa bermain di pasar luar negeri. “Setelah ratifikasi AFAS tentunya peluang BUMN asuransi untuk ekspansi ke Malaysia, Thailand, dan Vietnam perlu didorong,” tegasnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengatakan, direksi Indonesia Financial Group dan manajemen IFG Life harus punya hitungan bisnis untuk jumlah premi yang masuk, jumlah diinvestasikan, beban, berapa cadangan, berapa kemampuan di tahun pertama atau kedua, dan berikutnya. “Jadi, harus ada kejelasan perencanaan hingga pembayaran karena mereka punya ahlinya,” tegas Togar. (Lihat videonya: Dua Polisi yang Kawal Jogging Kena Sanksi Administratif)

Di sisi lain, menurutnya, pemilik polis juga harus pahami skema bisnis asuransi walaupun sulit karena sudah terlanjur emosi. Mungkin saja ada yang butuh untuk berobat atau dana sekolah anaknya. “Saya sendiri juga paham bila di kondisi seperti itu. Tapi, sekarang selain sulit, tapi juga ada pandemi Covid-19 sehingga semuanya semakin berat,” jelasnya. (Hafid Fuad)
(ysw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1112 seconds (0.1#10.140)