Ada Titik Terang Soal Kejelasan Nasib Nasabah Jiwasraya

Rabu, 21 Oktober 2020 - 09:05 WIB
loading...
Ada Titik Terang Soal...
Titik terang terhadap kejelasan nasib nasabah Jiwasraya mulai terkuak. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Titik terang terhadap kejelasan nasib nasabah Jiwasraya mulai terkuak. Pemerintah bergerak cepat dengan membentuk perusahaan asuransi jiwa IFG Life. Pembentukan IFG Life diharapkan dapat mempercepat penyelesaian kasus Jiwasraya.



Untuk diketahui, IFG Life merupakan anak usaha dari holding BUMN penjaminan dan perasuransian yang dulu bernama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) yang kini berganti entitas menjadi Indonesia Financial Group (IFG). (Baca: Pentingnya Mengajarkan Anak Menjaga Lisan)

Setelah mendapat restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), IFG Life akan menampung liabilitas dari polis nasabah Jiwasraya hasil restrukturisasi. Kelahiran IFG Life ini jadi harapan baru bagi nasabah Jiwasraya yang saat ini menunggu pengembalian dana polis mereka tentu dengan imbal hasilnya.

Saat ini persiapan pembentukan IFG Life terus dilakukan, ditargetkan seluruhnya selesai pada akhir tahun ini. Bagi manajemen IFG Life, bukanlah hal yang mudah membangun bisnis di tengah pandemi Covid-19 ini. Apalagi, tugas berat manajemen saat ini adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap bisnis asuransi jiwa milik pemerintah.

Kepercayaan yang besar diberikan pemerintah terhadap IFG. Hal ini dibuktikan dengan besarnya dana bail-in yang dikucurkan untuk pembentukan IFG Life mencapai Rp22 triliun. Dana tersebut digelontorkan dalam dua tahap, yakni sebesar Rp10 triliun pada 2021 dan Rp12 triliun pada 2022. (Baca juga: Dunia Pendidikan Indonesia Belum Memiliki Peta Jalan yang Jelas)

Direktur Bisnis IFG Pantro Pander Silitonga mengklaim, meski belum mendapatkan persetujuan dari OJK, pihaknya sudah melakukan persiapan sejak 4-5 bulan lalu. Persiapan itu terdiri atas core business (bisnis inti), operasional perusahaan, penyediaan sumber daya manusia, teknologi, hingga persiapan perizinan.

“Kami sudah melakukan persiapan sekitar 4-5 bulan, kami melakukan persiapan bukan hanya dari sisi perizinan, tetapi sebenarnya yang paling utama adalah persiapan dari sisi operasional, persiapan dari sisi bisnis model, dan juga SDM dan teknologi yang nanti akan dipakai,” ucap Pantro dalam konferensi pers secara virtual, Jakarta, kemarin.

Tidak tanggung-tanggung, Pantro mengaku, IGF Life telah siap dengan 1.100 agen produktif yang bakal menjadi garda terdepan untuk penjualan produk-produk perusahaan. Tak hanya itu, penyediaan teknologi untuk membantu kinerja perseroan pun sudah dilakukan. (Baca juga: Liburan Aman dan Nyaman di Masa Pandemi)

“Jadi, saat ini kami sudah seleksi sekitar 1.100 agen yang akan membantu di dalam penjualan IFG Life. Kami juga sudah menyiapkan dari sisi IT-nya, nanti IT yang mumpuni yang akan mendukung operasional dari IFG Life,” jelasnya.

Dengan persiapan yang dilakukan itu, dia optimistis IFG Life bisa mendobrak pasar asuransi nasional. Apalagi, mayoritas total aset industri asuransi yang mencapai Rp703 triliun masih dikuasai perusahaan asuransi asing.

Untuk bisa memenangkan pasar asuransi itu, Pantro mengaku IFG Life akan berfokus pada tiga lini bisnis utama, yaitu layanan proteksi, baik untuk asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, serta program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira mengingatkan pembentukan IFG Life jangan sampai mengulang kesalahan Jiwasraya, yakni menawarkan produk asuransi berbalut investasi dengan iming-iming imbal hasil yang tidak rasional. Tapi, bukan berarti tidak boleh menerbitkan produk sejenis unit link lagi. “Dalam hal ini yang jadi catatan adalah tata kelola dana nasabah harus lebih prudent dan sistem internal diawasi secara ketat,” ujar Bhima. (Baca juga: Refly Harun Mengaku Menunggu Habib Rizieq Pulang)

Dia optimistis prospek bisnis asuransi jiwa di Indonesia masih cukup besar karena penetrasi masih di bawah 5%. Selain itu, dia juga berharap agar BUMN asuransi tidak jago kandang, tapi juga bisa bermain di pasar luar negeri. “Setelah ratifikasi AFAS tentunya peluang BUMN asuransi untuk ekspansi ke Malaysia, Thailand, dan Vietnam perlu didorong,” tegasnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengatakan, direksi Indonesia Financial Group dan manajemen IFG Life harus punya hitungan bisnis untuk jumlah premi yang masuk, jumlah diinvestasikan, beban, berapa cadangan, berapa kemampuan di tahun pertama atau kedua, dan berikutnya. “Jadi, harus ada kejelasan perencanaan hingga pembayaran karena mereka punya ahlinya,” tegas Togar. (Lihat videonya: Dua Polisi yang Kawal Jogging Kena Sanksi Administratif)

Di sisi lain, menurutnya, pemilik polis juga harus pahami skema bisnis asuransi walaupun sulit karena sudah terlanjur emosi. Mungkin saja ada yang butuh untuk berobat atau dana sekolah anaknya. “Saya sendiri juga paham bila di kondisi seperti itu. Tapi, sekarang selain sulit, tapi juga ada pandemi Covid-19 sehingga semuanya semakin berat,” jelasnya. (Hafid Fuad)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1354 seconds (0.1#10.140)