Mampukah Libur Panjang Akhir Oktober 2020 Dongkrak Konsumsi Rumah Tangga?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menyebutkan, bahwa libur panjang pada pekan depan di akhir Oktober 2020 tidak akan terlalu berdampak kepada kenaikan konsumsi rumah tangga . Setidaknya ada empat faktor yang masih akan menahan orang untuk keluar dari rumah.
(Baca Juga: Menggantungkan ke Konsumsi, Wamenkeu: Masa Tahun Depan Engga Beli Baju Baru )
Pertama, Bhima mengatakan, kekhawatiran masyarakat terhadap penularan pandemi masih tinggi, karena melihat kasus positif fluktuatif Covid-18 di angka 3.000-4.000 kasus harian. "Vaksin juga belum ditemukan sehingga ini mempengaruhi kepercayaan konsumen kelas menengah dan atas untuk belanja," ujar Bhima saat dihubungi, Minggu (25/10/2020).
Kedua, dia menyebut bahwa stimulus dari pemerintah baru dirasakan pada kelas bawah, sementara untuk kelas menengah stimulus yang ada dirasa masih kurang khususnya terkait bantuan subsidi gaji dan UMKM.
(Baca Juga: Inflasi Rendah, Andalan Sri Mulyani Masih Itu-itu Aja )
Ketiga, tren masyarakat kalangan menengah ke atas yang menyimpan uang di bank masih berlanjut. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) angka kenaikan pada simpanan diatas Rp2 miliar masih terus terjadi.
"Ini menunjukkan perubahan perilaku untuk lebih mengamankan aset di tempat aman dibandingkan belanja," katanya.
Keempat, Bhima mengatakan, destinasi pariwisata yang ada di Tanah Air termasuk sarana pendukung seperti hotel dan restoran belum beroperasi secara penuh, bahkan ada hotel yang masih tutup. "Akibatnya turis yang mau berlibur pun jadi menunda hingga tahun depan," ucapnya.
(Baca Juga: Menggantungkan ke Konsumsi, Wamenkeu: Masa Tahun Depan Engga Beli Baju Baru )
Pertama, Bhima mengatakan, kekhawatiran masyarakat terhadap penularan pandemi masih tinggi, karena melihat kasus positif fluktuatif Covid-18 di angka 3.000-4.000 kasus harian. "Vaksin juga belum ditemukan sehingga ini mempengaruhi kepercayaan konsumen kelas menengah dan atas untuk belanja," ujar Bhima saat dihubungi, Minggu (25/10/2020).
Kedua, dia menyebut bahwa stimulus dari pemerintah baru dirasakan pada kelas bawah, sementara untuk kelas menengah stimulus yang ada dirasa masih kurang khususnya terkait bantuan subsidi gaji dan UMKM.
(Baca Juga: Inflasi Rendah, Andalan Sri Mulyani Masih Itu-itu Aja )
Ketiga, tren masyarakat kalangan menengah ke atas yang menyimpan uang di bank masih berlanjut. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) angka kenaikan pada simpanan diatas Rp2 miliar masih terus terjadi.
"Ini menunjukkan perubahan perilaku untuk lebih mengamankan aset di tempat aman dibandingkan belanja," katanya.
Keempat, Bhima mengatakan, destinasi pariwisata yang ada di Tanah Air termasuk sarana pendukung seperti hotel dan restoran belum beroperasi secara penuh, bahkan ada hotel yang masih tutup. "Akibatnya turis yang mau berlibur pun jadi menunda hingga tahun depan," ucapnya.
(akr)