Awas Efek BBM RON Rendah ke Kesehatan dan Ekonomi, Sama Saja dengan Bencana
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) RON rendah tidak hanya memunculkan dampak buruk terhadap lingkungan, tetapi juga kesehatan dan ekonomi yang harus ditanggung masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Direktur Keadilan Perkotaan Institut Hijau Indonesia (IHI) Selamet Daroyni.
“Ini ketidakadilan sosiologis. Masyarakat yang menerima beban dan dampak penggunaan BBM RON rendah,” katanya di Jakarta.
Menurut dia, jalan terbaik dengan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat, untuk beralih kepada BBM RON tinggi yang lebih ramah lingkungan. RON singkatan Research Octane Number.
(Baca Juga: Kurangi Emisi Karbon Tak Cuma Soal BBM Oktan Tinggi, Perlu Pembenahan Transportasi )
Ia menjelaskan, bahwa ketidakadilan sosiologis baru dirasakan jangka panjang, sedangkan pihak yang sangat terdampak adalah masyarakat. “Jika mengabaikan lingkungan, yang antara lain tetap memakai BBM RON rendah, sama saja dengan bencana. Masyarakat yang menerima beban,” kata aktivis lingkungan ini.
BBM RON rendah, lanjutnya, memiliki dampak negatif paling dirasakan adalah buruknya kualitas udara, yang berdampak pula terhadap kesehatan masyarakat.
Jika berlanjut, ke depan, tambahnya, dampak buruk tersebut akan terakumulasi. Di Jakarta, misalnya 5-10 tahun ke depan mengkhawatirkan. Apalagi dengan jumlah kendaraan bermotor yang hampir sama dengan jumlah penduduknya. Ia mengatakan BBM RON rendah juga berkontribusi terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
“Saat ini sudah terjadi krisis iklim. Kalau kita semua tidak 'aware' dengan kondisi seperti ini, tentu ke depan akan semakin masif. Semua pihak harus berkontribusi, antara lain dengan meninggalkan BBM RON rendah,” kata dia.
Terkait dengan berbagai kondisi itulah, lanjutnya, peningkatan kualitas BBM menjadi kebutuhan mendesak dan krusial. Ia menjelaskan penggunaan BBM dengan angka oktan tinggi akan memastikan lingkungan yang lebih sehat, termasuk udara yang lebih bersih.
“Dan kalau udara sudah sehat, tentu manusianya juga menjadi lebih sehat,” ujarnya.
(Baca Juga: Bahaya! Penggunaan Bensin Oktan Rendah Perparah Pasien Covid-19 )
Oleh karena persoalan kualitas BBM sudah menjadi tanggung jawab bersama, menurut dia, sangat penting komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Agar tercipta keadilan sosiologis, misalnya, pemerintah perlu memberikan semacam insentif bagi orang-orang yang melakukan hal positif terkait dengan gerakan lingkungan dan pengendalian perubahan iklim, termasuk melalui gerakan penggunaan BBM RON tinggi. Selain itu, lanjut Selamet, pemerintah perlu memberikan dukungan, misalnya melalui kebijakan bahwa kendaraan harus lulus uji emisi.
“Ini ketidakadilan sosiologis. Masyarakat yang menerima beban dan dampak penggunaan BBM RON rendah,” katanya di Jakarta.
Menurut dia, jalan terbaik dengan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat, untuk beralih kepada BBM RON tinggi yang lebih ramah lingkungan. RON singkatan Research Octane Number.
(Baca Juga: Kurangi Emisi Karbon Tak Cuma Soal BBM Oktan Tinggi, Perlu Pembenahan Transportasi )
Ia menjelaskan, bahwa ketidakadilan sosiologis baru dirasakan jangka panjang, sedangkan pihak yang sangat terdampak adalah masyarakat. “Jika mengabaikan lingkungan, yang antara lain tetap memakai BBM RON rendah, sama saja dengan bencana. Masyarakat yang menerima beban,” kata aktivis lingkungan ini.
BBM RON rendah, lanjutnya, memiliki dampak negatif paling dirasakan adalah buruknya kualitas udara, yang berdampak pula terhadap kesehatan masyarakat.
Jika berlanjut, ke depan, tambahnya, dampak buruk tersebut akan terakumulasi. Di Jakarta, misalnya 5-10 tahun ke depan mengkhawatirkan. Apalagi dengan jumlah kendaraan bermotor yang hampir sama dengan jumlah penduduknya. Ia mengatakan BBM RON rendah juga berkontribusi terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
“Saat ini sudah terjadi krisis iklim. Kalau kita semua tidak 'aware' dengan kondisi seperti ini, tentu ke depan akan semakin masif. Semua pihak harus berkontribusi, antara lain dengan meninggalkan BBM RON rendah,” kata dia.
Terkait dengan berbagai kondisi itulah, lanjutnya, peningkatan kualitas BBM menjadi kebutuhan mendesak dan krusial. Ia menjelaskan penggunaan BBM dengan angka oktan tinggi akan memastikan lingkungan yang lebih sehat, termasuk udara yang lebih bersih.
“Dan kalau udara sudah sehat, tentu manusianya juga menjadi lebih sehat,” ujarnya.
(Baca Juga: Bahaya! Penggunaan Bensin Oktan Rendah Perparah Pasien Covid-19 )
Oleh karena persoalan kualitas BBM sudah menjadi tanggung jawab bersama, menurut dia, sangat penting komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Agar tercipta keadilan sosiologis, misalnya, pemerintah perlu memberikan semacam insentif bagi orang-orang yang melakukan hal positif terkait dengan gerakan lingkungan dan pengendalian perubahan iklim, termasuk melalui gerakan penggunaan BBM RON tinggi. Selain itu, lanjut Selamet, pemerintah perlu memberikan dukungan, misalnya melalui kebijakan bahwa kendaraan harus lulus uji emisi.
(akr)