Penjualan Hand Sanitizer Melonjak, Bagiamana dengan Nasib Produsennya?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak bisnis yang tumbang saat pendemi virus corona melanda. Mulai dari bisnis transportasi, manufaktur, pariwisata hingga makanan dan minuman. Meski demikian tidak semua sektor bisnis terpuruk, binsis yang terkait obat-obatan alias farmasi dan produk kebersihan, di saat pandemi malah seperti mendapat rejeki nomplok.
Merujuk pada hasil survei Nielsen yang baru-baru ini dipublikasikan ada 4 katagori produk yang meningkat sangat significant secara year to date. Produk hand sanitizer meningkat hampir 200%, demikian juga dengan sabun tangan cair 285%. Lalu ada juga antiseptik cair yang melonjak 233% disusul kemduian dengan penjualan tisu basah yang terbang hingga 151%.
Meningkatya penjualan produk-produk tersebut karena selama pandemi Covid-19 , isu kesehatan dan kebersihan menjadi hal yang sangat diperhatikan. Hal itu pun membuat prilaku konsumen juga berubah. Faktanya, sebanyak 44% konsumen mengaku menjadi lebih sering mengkonsumsi Produk Kesehatan dan 37% lebih sering mengkonsumsi Minuman Bervitamin.
Laporan Nielsen Advertising Intelligence (Ad Intel) memperlihatkan bahwa sepanjang bulan Maret 2020, frekuensi iklan di televisi meningkat secara signifikan untuk beberapa produk yaitu produk pencegah penyakit seperti vitamin dan suplemen, dan penyembuh penyakit seperti obat batuk. Para pelaku industri vitamin dan obat-obatan menangkap peluang ini dengan menambah anggaran beriklan di televisi. Belanja iklan Vitamin meningkat 14% menjadi lebih dari Rp90 Miliar, sementara belanja iklan Obat Batuk meningkat 22% menjadi lebih dari Rp30 Miliar.
Menurut Hellen Katherina, Executive Director Media Nielsen (Indonesia), sejalan dengan meningkatnya kasus COVID-19, isu kesehatan menjadi perhatian bagi masyarakat. Ini mendorong para pelaku industri khususnya terkait vitamin dan obat-obatan menangkap peluang untuk meningkatkan penjualan produk mereka.
Peluang itulah yang dimanfaatkan oleh PT. Kino Indonesia Tbk. salah satu perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods yang meliputi produk-produk perawatan tubuh, makanan, minuman serta farmasi. Diakui oleh corporate Finance Director Kino Indonesia Budi Muljono, di saat pandemi seperti ini merupakan masa yang tidak mudah bagi pelaku bisnis. Namun bukan berarti tidak ada peluang yang bisa dimanfaatkan.
Untuk berkelit dari tekanan pandemi, Kino pun memilih strategi untuk fokus pada produk hand sanitizer, untuk menutup tutunya penjualan produk yang lain. Penjualan hand sanitizer pun digenjot memanfaatkan momentum makin tingginya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan.
Menurut Budi, hand sanitizer masih memiliki pasar yang besar karena adanya upaya meningkatkan gaya hidup sehat. Melalui merk Eskulin, perseroan telah memproduksi hand sanitizer yang diformulasikan khusus untuk anak-anak. Produk pembersih tangan yang diklaim efektif membasmi kotoran dan kuman tanpa sabun dan air diperkaya moisturizer dan vitamin E untuk menjaga kelembaban kulit. Tak hanya itu, perseroan juga telah merilis produk Instance, merk untuk produk hand sanitizer dengan kandungan alkohol mencapai 75%.
Punya produk andalan di saat pagebluk, membuat pendapatan Kino Indonesia selama Kuartal I-2020 naik 11,08%. Yakni dari sekitar Rp 1,00 triliun di Kuartal 1-2019, menjadi Rp 1,11 triliun. Beban perusahaan yang meningkat sekitar 18% dan beban bunga yang melonjak 73,6% membuat laba bersih Kino pun jadi tertekan. Laba bersih Kino di tiga bulan pertama tahun 2020 tercatat sebesar Rp 57,84 miliar. Sebelumnya, laba bersih Kino pada periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 303,13. Artinya di Kuratal I-2020 ini laba Kino anjlok sedalam 81%.
Selain produk hand sanitizer, penjualan segmen perawatan tubuh Kino tercatat naik 7,54% year-on-year menjadi Rp555,03 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp516,08 miliar. Produk di segmen minuman juga mengalami peningkatan penjualan sebesar 14,54% menjadi Rp412,20 miliar sepanjang kuartal I/2020. Sementara penjualan segmen makanan naik 23,62% menjadi Rp105,23 miliar. Sayangnya, penjualan segmen farmasi turun 4,51% menjadi hanya Rp36,13 miliar pada periode ini.
Kuncinya Inovasi
Pesaing Kino di bisnis consumer goods PT Unilever Indonesia, Tbk kondisinya lebih baik. Di saat pandemi, permintaan produk kesehatan dan pembersih memang meningkat. ”Dalam waktu yang begitu singkat, kami menggenjot pasokan secara besar-besaran, mengakses kemasan baru, memproduksi, dan menghadirkan produk tersebut di pasaran,” ujar Hemant Bahshi, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia. Bahkan Unilever pun melipatgandakan produksi hand sanitizer Lifebuoy hingga 100 kali lipat dalam waktu beberapa minggu.
Selama Kuartal I 2020 emiten berkode saham UNVR ini mampu membukukan pendapatan secara year on year sebesar Rp11,15 triliun. Perolehan pendapatan ini ditopang oleh penjualaan domestik sebesar Rp10,6 triliun, naik 4,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara penjualan ekspor meningkat 9,04% menjadi Rp521,69 miliar.
Meningkatnya penjualan turut mendongkrak perolehan laba perseroan. UNVR pun berhasil mencatat penjualan bersih sebesar Rp11,2 triliun, tumbuh 4,6% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.Menurut Hemant Bakshi, inovasi menjadi kunci utama perseroan mampu mempertahankan pertumbuhan positif di kuartal 1 2020. “Setidaknya sda dua puluh satu launch dan relaunch yang kami lakukan di berbagai segmen,”ujarnya. Peluncuran inovasi-inovasi tersebut sejalan dengan strategi perusahan untuk tetap mampu bersaing.
Inovasi-inovasi baru itu diluncurkan untuk meraih peluang yang sesuai dengan aspirasi konsumen. Salah satunya Maret 2020 lalu, UNVR kembali memperkuat bisnis dalam kategori konsumen muslim dengan meluncurkan merek baru Sahaja. Merek ini dibangun dengan mengedepankan nilai-nilai keIslaman.
Sahaja hadir dalam empat lini produk kebersihan yaitu: sabun pencuci piring, cairan pembersih lantai, spray higienis (untuk disemprotkan pada peralatan sholat dan sajadah), dan cairan pembersih higienis (digunakan untuk merendam, sebelum mencuci peralatan sholat dan sajadah dengan deterjen). Sahaja berkomitmen untuk menyisihkan 2,5% hasil penjualan bersihnya untuk kemakmuran sesame umat muslim di sekitar dalam bentuk shadaqah, dengan bekerjasama dengan Dompet Dhuafa.
Merujuk pada hasil survei Nielsen yang baru-baru ini dipublikasikan ada 4 katagori produk yang meningkat sangat significant secara year to date. Produk hand sanitizer meningkat hampir 200%, demikian juga dengan sabun tangan cair 285%. Lalu ada juga antiseptik cair yang melonjak 233% disusul kemduian dengan penjualan tisu basah yang terbang hingga 151%.
Meningkatya penjualan produk-produk tersebut karena selama pandemi Covid-19 , isu kesehatan dan kebersihan menjadi hal yang sangat diperhatikan. Hal itu pun membuat prilaku konsumen juga berubah. Faktanya, sebanyak 44% konsumen mengaku menjadi lebih sering mengkonsumsi Produk Kesehatan dan 37% lebih sering mengkonsumsi Minuman Bervitamin.
Laporan Nielsen Advertising Intelligence (Ad Intel) memperlihatkan bahwa sepanjang bulan Maret 2020, frekuensi iklan di televisi meningkat secara signifikan untuk beberapa produk yaitu produk pencegah penyakit seperti vitamin dan suplemen, dan penyembuh penyakit seperti obat batuk. Para pelaku industri vitamin dan obat-obatan menangkap peluang ini dengan menambah anggaran beriklan di televisi. Belanja iklan Vitamin meningkat 14% menjadi lebih dari Rp90 Miliar, sementara belanja iklan Obat Batuk meningkat 22% menjadi lebih dari Rp30 Miliar.
Menurut Hellen Katherina, Executive Director Media Nielsen (Indonesia), sejalan dengan meningkatnya kasus COVID-19, isu kesehatan menjadi perhatian bagi masyarakat. Ini mendorong para pelaku industri khususnya terkait vitamin dan obat-obatan menangkap peluang untuk meningkatkan penjualan produk mereka.
Peluang itulah yang dimanfaatkan oleh PT. Kino Indonesia Tbk. salah satu perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods yang meliputi produk-produk perawatan tubuh, makanan, minuman serta farmasi. Diakui oleh corporate Finance Director Kino Indonesia Budi Muljono, di saat pandemi seperti ini merupakan masa yang tidak mudah bagi pelaku bisnis. Namun bukan berarti tidak ada peluang yang bisa dimanfaatkan.
Untuk berkelit dari tekanan pandemi, Kino pun memilih strategi untuk fokus pada produk hand sanitizer, untuk menutup tutunya penjualan produk yang lain. Penjualan hand sanitizer pun digenjot memanfaatkan momentum makin tingginya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan.
Menurut Budi, hand sanitizer masih memiliki pasar yang besar karena adanya upaya meningkatkan gaya hidup sehat. Melalui merk Eskulin, perseroan telah memproduksi hand sanitizer yang diformulasikan khusus untuk anak-anak. Produk pembersih tangan yang diklaim efektif membasmi kotoran dan kuman tanpa sabun dan air diperkaya moisturizer dan vitamin E untuk menjaga kelembaban kulit. Tak hanya itu, perseroan juga telah merilis produk Instance, merk untuk produk hand sanitizer dengan kandungan alkohol mencapai 75%.
Punya produk andalan di saat pagebluk, membuat pendapatan Kino Indonesia selama Kuartal I-2020 naik 11,08%. Yakni dari sekitar Rp 1,00 triliun di Kuartal 1-2019, menjadi Rp 1,11 triliun. Beban perusahaan yang meningkat sekitar 18% dan beban bunga yang melonjak 73,6% membuat laba bersih Kino pun jadi tertekan. Laba bersih Kino di tiga bulan pertama tahun 2020 tercatat sebesar Rp 57,84 miliar. Sebelumnya, laba bersih Kino pada periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 303,13. Artinya di Kuratal I-2020 ini laba Kino anjlok sedalam 81%.
Selain produk hand sanitizer, penjualan segmen perawatan tubuh Kino tercatat naik 7,54% year-on-year menjadi Rp555,03 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp516,08 miliar. Produk di segmen minuman juga mengalami peningkatan penjualan sebesar 14,54% menjadi Rp412,20 miliar sepanjang kuartal I/2020. Sementara penjualan segmen makanan naik 23,62% menjadi Rp105,23 miliar. Sayangnya, penjualan segmen farmasi turun 4,51% menjadi hanya Rp36,13 miliar pada periode ini.
Kuncinya Inovasi
Pesaing Kino di bisnis consumer goods PT Unilever Indonesia, Tbk kondisinya lebih baik. Di saat pandemi, permintaan produk kesehatan dan pembersih memang meningkat. ”Dalam waktu yang begitu singkat, kami menggenjot pasokan secara besar-besaran, mengakses kemasan baru, memproduksi, dan menghadirkan produk tersebut di pasaran,” ujar Hemant Bahshi, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia. Bahkan Unilever pun melipatgandakan produksi hand sanitizer Lifebuoy hingga 100 kali lipat dalam waktu beberapa minggu.
Selama Kuartal I 2020 emiten berkode saham UNVR ini mampu membukukan pendapatan secara year on year sebesar Rp11,15 triliun. Perolehan pendapatan ini ditopang oleh penjualaan domestik sebesar Rp10,6 triliun, naik 4,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara penjualan ekspor meningkat 9,04% menjadi Rp521,69 miliar.
Meningkatnya penjualan turut mendongkrak perolehan laba perseroan. UNVR pun berhasil mencatat penjualan bersih sebesar Rp11,2 triliun, tumbuh 4,6% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.Menurut Hemant Bakshi, inovasi menjadi kunci utama perseroan mampu mempertahankan pertumbuhan positif di kuartal 1 2020. “Setidaknya sda dua puluh satu launch dan relaunch yang kami lakukan di berbagai segmen,”ujarnya. Peluncuran inovasi-inovasi tersebut sejalan dengan strategi perusahan untuk tetap mampu bersaing.
Inovasi-inovasi baru itu diluncurkan untuk meraih peluang yang sesuai dengan aspirasi konsumen. Salah satunya Maret 2020 lalu, UNVR kembali memperkuat bisnis dalam kategori konsumen muslim dengan meluncurkan merek baru Sahaja. Merek ini dibangun dengan mengedepankan nilai-nilai keIslaman.
Sahaja hadir dalam empat lini produk kebersihan yaitu: sabun pencuci piring, cairan pembersih lantai, spray higienis (untuk disemprotkan pada peralatan sholat dan sajadah), dan cairan pembersih higienis (digunakan untuk merendam, sebelum mencuci peralatan sholat dan sajadah dengan deterjen). Sahaja berkomitmen untuk menyisihkan 2,5% hasil penjualan bersihnya untuk kemakmuran sesame umat muslim di sekitar dalam bentuk shadaqah, dengan bekerjasama dengan Dompet Dhuafa.
(eko)