Kisah Pejuang Listrik, Demi Interkoneksi Sulbar-Sulteng Rela Hadapi Medan Menantang
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Penuh semangat, pria paruh baya itu bercerita betapa dirinya begitu senang akhirnya interkoneksi listrik Sulawesi Barat (Sulbar) dan Sulawesi Tengah (Sulteng).
Interkoneksi itu berhasil ditandai dengan pemberian tegangan, serta pengoperasian perdana terhadap jaringan transmisi bertegangan 150 kilo Volt (kV) yang terbentang dari Gardu Induk (GI) 150 kV Mamuju Baru di Kabupaten Mamuju sampai dengan GI 150 kV Topoyo di Kabupaten Mamuju Tengah.
Menyusul beroperasinya transmisi 150 kV Topoyo - Pasangkayu dan GI 150 kV Topoyo pada tanggal 3 Oktober 2020. Lalu kemudian, pemberian tegangan perdana berhasil dilakukan pada Kamis, 22 Oktober 2020, pukul 02.22 Wita.
Adalah Wawan Nasrul, 33 tahun, Karyawan PLN yang dipercaya sebagai Supervisor Administrasi dan Keuangan di PLN Kitring Sulbar. Meski diposisi tersebut, dia berkesempatan andil dalam interkoneksi listrik dari Mamuju, Topoyo dan Pasangkayu.
Banyak hal yang dikorbankan demi mewujudkan komitmen PLN tersebut, diantaranya rela tak melihat istrinya lahiran anak kedua, hingga harus meninggalkan istri selama tiga bulan.
Tak hanya itu, Wawan harus melewati medan menantang dalam melakukan survey, untuk memastikan agar posisi pemasangan tower serta jaringan sudah tepat. Harus menyusuri sungai, puncak gunung dan memasuki hutan yang tentu medannya tak mudah dicapai.
“Kami melewati hutan, lembah, sungai dan mendaki gunung untuk memastikan apakah posisi tower yang akan dipasang sudah sesuai. Itu bukan hal mudah, karena kadang lokasi sudah sesuai, kita harus diperhadapkan dengan masyarakat yang tak setuju tanahnya dipakai. Maka terpaksa, harus memindahkan jalur interkoneksi ,” ujarnya bersemangat, saat ditemui di Fireflies.
Wawan juga berkisah, harus melakukan ritual ada di daerah Ussu, Luwu Timur hanya karena perkara tanah adat akan digunakan PLN . Meski, pada akhirnya tanah itu tidak dipakai, termasuk harus membongkar tower yang telah terpasang.
“Ditengah hutan kadang nyasar, ada juga yang digigit ular ketika membuka jalur. Belum lagi, harus mengorbankan waktu keluarga karena banyak menghabiskan waktu ditengah hutan,” terangnya.
Bukan perkara mudah untuk memastikan agar jumlah menara jaringan sebanyak 534 menara tower yang melintas sepanjang 370,16 kilo meter sirkuit (kms) dari Kabupaten Mamuju, Mamuju Tengah, Mamuju Tengah sampai dengan Mamuju Utara berdiri kokoh. Banyak peluh disana, karena untuk memastikan tower tiba dilokasi kebanyakan diangkut manual dengan cara di bopong.
Apalagi, jarak satu tower ke tower lainnya lumayan jauh belum lagi kondisi jalurnya yang curam dan menanjak. Seperti di 112 kondisinya sangat ekstrim meski jaraknya 900 meter, tapi semua nanjak tentu membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai. Menyatukan kelistrikan di empat propinsi tentu tak semudah membalikkan telapak tangan.
Junior Enginer Survey Pengukuran dan Perijinan PLN UIP Sulbagsel , Emphie, 31 tahun, andil dalam interkoneksi Mamuju ke Topoyo berkisah, jika ditengah kegigihannya andil dalam interkoneksi jaringan tersebut harus diterpa kabar duka kehilangan orang tuanya. Hal inilah yang membuatnya kemudian jedah sejenak, padahal sebelum ibunya wafat dengan vonis Covid-19 sempat menyemangatinya.
“Ditengah upaya saya merampungkan tugas interkoneksi, dapat kabar ibu wafat. Itu semakin parah, setelah diketahui beliau meninggal karena covid. Saat kembali kerumah, tak bisa berbuat apa-apa karena mayatnya tak bisa dilihat karena dikubur di pekuburan covid di Maccanda,” terangnya.
Usai melewati kabar duka, akhirnya Emphie kembali bersemangat merampungkan interkoneksi bersama rekan-rekan lainnya. “Banyak tantangan dihadapi saat pemasangan jaringan, alhamdulillah berkat komitmen semua tim semua bisa diselesaikan. Meski diakhir sempat terjadi kondisi dimana jaringan dari Sulbar dan Sulteng tak bisa terkoneksi, namun akhirnya bisa terenergize dengan baik,” tuturnya.
Kondisi inilah yang kemudian membuat Emphie dan rekannnya terharu, dan saat semua terkoneksi mereka begitu puas karena apa yang dikerjakan selama berbulan-bulan terbayar dengan hasil yang baik.
Berhasilnya interkoneksi jaringan tersebut, juga ada andil teknologi drone untuk memudahkan pemasangan kabel transmisi. PLN berhasil menyelesaikan pembangunan fisik jaringan transmisi bertegangan 150 kiloVolt (kV) yang terbentang dari Punagaya di Jeneponto sampai dengan Tanjung Bunga di Makassar. Proyek transmisi ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional yang akan mendukung kelistrikan Sulawesi Selatan sebagai pintu timur Indonesia.
“Total 178 menara seluruhnya telah tersambung dengan kabel konduktor. Pemasangannya kemarin lebih cepat dan efisien karena kita juga mengoptimalkan drone,” jelas General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Sulawesi Bagian Selatan (UIP Sulbagsel), I Putu Riasa.
Penggunaan drone sangat membantu dalam melakukan pemasangan tali pengait konduktor pada beberapa tower yang berada pada kontur daerah terjal, seperti bukit, hutan dan pemukiman yang sangat padat penduduk.
Sementara itu, Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara PLN, Syamsul Huda menjelaskan, jika interkoneksi Sulbar - Sulteng ini merupakan salah satu bentuk komitmen PLN terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat, apalagi di masa kebiasaan baru saat pandemi sekarang.
Huda berharap, dengan peningkatan keandalan, PLN semakin siap menopang kebutuhan listrik bagi segenap masyarakat serta investasi di Pulau Sulawesi sebagai gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Secara teknis, Interkoneksi jaringan ini akan membantu evakuasi daya Sulteng yang sebelumnya hanya ditopang melalui jaringan transmisi Poso - Sidera. Selain berada pada kondisi yang rawan terkena abrasi sungai, jaringan transmisi Poso – Sidera juga memiliki akses yang sulit untuk dilakukan pemeliharaan.
“Selain meningkatkan kapasitas pasokan, mutu dan keandalan sistem kelistrikan di Sulawesi Barat - Sulawesi Tengah, secara finansial dengan beroperasinya tol listrik interkoneksi Sulbar – Sulteng, berpotensi meningkatkan pendapatan PLN sebesar Rp 137,8 miliar per tahun atau Rp 377 juta per hari,” imbuh Huda.
Interkoneksi itu berhasil ditandai dengan pemberian tegangan, serta pengoperasian perdana terhadap jaringan transmisi bertegangan 150 kilo Volt (kV) yang terbentang dari Gardu Induk (GI) 150 kV Mamuju Baru di Kabupaten Mamuju sampai dengan GI 150 kV Topoyo di Kabupaten Mamuju Tengah.
Menyusul beroperasinya transmisi 150 kV Topoyo - Pasangkayu dan GI 150 kV Topoyo pada tanggal 3 Oktober 2020. Lalu kemudian, pemberian tegangan perdana berhasil dilakukan pada Kamis, 22 Oktober 2020, pukul 02.22 Wita.
Adalah Wawan Nasrul, 33 tahun, Karyawan PLN yang dipercaya sebagai Supervisor Administrasi dan Keuangan di PLN Kitring Sulbar. Meski diposisi tersebut, dia berkesempatan andil dalam interkoneksi listrik dari Mamuju, Topoyo dan Pasangkayu.
Banyak hal yang dikorbankan demi mewujudkan komitmen PLN tersebut, diantaranya rela tak melihat istrinya lahiran anak kedua, hingga harus meninggalkan istri selama tiga bulan.
Tak hanya itu, Wawan harus melewati medan menantang dalam melakukan survey, untuk memastikan agar posisi pemasangan tower serta jaringan sudah tepat. Harus menyusuri sungai, puncak gunung dan memasuki hutan yang tentu medannya tak mudah dicapai.
“Kami melewati hutan, lembah, sungai dan mendaki gunung untuk memastikan apakah posisi tower yang akan dipasang sudah sesuai. Itu bukan hal mudah, karena kadang lokasi sudah sesuai, kita harus diperhadapkan dengan masyarakat yang tak setuju tanahnya dipakai. Maka terpaksa, harus memindahkan jalur interkoneksi ,” ujarnya bersemangat, saat ditemui di Fireflies.
Wawan juga berkisah, harus melakukan ritual ada di daerah Ussu, Luwu Timur hanya karena perkara tanah adat akan digunakan PLN . Meski, pada akhirnya tanah itu tidak dipakai, termasuk harus membongkar tower yang telah terpasang.
“Ditengah hutan kadang nyasar, ada juga yang digigit ular ketika membuka jalur. Belum lagi, harus mengorbankan waktu keluarga karena banyak menghabiskan waktu ditengah hutan,” terangnya.
Bukan perkara mudah untuk memastikan agar jumlah menara jaringan sebanyak 534 menara tower yang melintas sepanjang 370,16 kilo meter sirkuit (kms) dari Kabupaten Mamuju, Mamuju Tengah, Mamuju Tengah sampai dengan Mamuju Utara berdiri kokoh. Banyak peluh disana, karena untuk memastikan tower tiba dilokasi kebanyakan diangkut manual dengan cara di bopong.
Apalagi, jarak satu tower ke tower lainnya lumayan jauh belum lagi kondisi jalurnya yang curam dan menanjak. Seperti di 112 kondisinya sangat ekstrim meski jaraknya 900 meter, tapi semua nanjak tentu membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai. Menyatukan kelistrikan di empat propinsi tentu tak semudah membalikkan telapak tangan.
Junior Enginer Survey Pengukuran dan Perijinan PLN UIP Sulbagsel , Emphie, 31 tahun, andil dalam interkoneksi Mamuju ke Topoyo berkisah, jika ditengah kegigihannya andil dalam interkoneksi jaringan tersebut harus diterpa kabar duka kehilangan orang tuanya. Hal inilah yang membuatnya kemudian jedah sejenak, padahal sebelum ibunya wafat dengan vonis Covid-19 sempat menyemangatinya.
“Ditengah upaya saya merampungkan tugas interkoneksi, dapat kabar ibu wafat. Itu semakin parah, setelah diketahui beliau meninggal karena covid. Saat kembali kerumah, tak bisa berbuat apa-apa karena mayatnya tak bisa dilihat karena dikubur di pekuburan covid di Maccanda,” terangnya.
Usai melewati kabar duka, akhirnya Emphie kembali bersemangat merampungkan interkoneksi bersama rekan-rekan lainnya. “Banyak tantangan dihadapi saat pemasangan jaringan, alhamdulillah berkat komitmen semua tim semua bisa diselesaikan. Meski diakhir sempat terjadi kondisi dimana jaringan dari Sulbar dan Sulteng tak bisa terkoneksi, namun akhirnya bisa terenergize dengan baik,” tuturnya.
Kondisi inilah yang kemudian membuat Emphie dan rekannnya terharu, dan saat semua terkoneksi mereka begitu puas karena apa yang dikerjakan selama berbulan-bulan terbayar dengan hasil yang baik.
Berhasilnya interkoneksi jaringan tersebut, juga ada andil teknologi drone untuk memudahkan pemasangan kabel transmisi. PLN berhasil menyelesaikan pembangunan fisik jaringan transmisi bertegangan 150 kiloVolt (kV) yang terbentang dari Punagaya di Jeneponto sampai dengan Tanjung Bunga di Makassar. Proyek transmisi ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional yang akan mendukung kelistrikan Sulawesi Selatan sebagai pintu timur Indonesia.
“Total 178 menara seluruhnya telah tersambung dengan kabel konduktor. Pemasangannya kemarin lebih cepat dan efisien karena kita juga mengoptimalkan drone,” jelas General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Sulawesi Bagian Selatan (UIP Sulbagsel), I Putu Riasa.
Penggunaan drone sangat membantu dalam melakukan pemasangan tali pengait konduktor pada beberapa tower yang berada pada kontur daerah terjal, seperti bukit, hutan dan pemukiman yang sangat padat penduduk.
Sementara itu, Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara PLN, Syamsul Huda menjelaskan, jika interkoneksi Sulbar - Sulteng ini merupakan salah satu bentuk komitmen PLN terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat, apalagi di masa kebiasaan baru saat pandemi sekarang.
Huda berharap, dengan peningkatan keandalan, PLN semakin siap menopang kebutuhan listrik bagi segenap masyarakat serta investasi di Pulau Sulawesi sebagai gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Secara teknis, Interkoneksi jaringan ini akan membantu evakuasi daya Sulteng yang sebelumnya hanya ditopang melalui jaringan transmisi Poso - Sidera. Selain berada pada kondisi yang rawan terkena abrasi sungai, jaringan transmisi Poso – Sidera juga memiliki akses yang sulit untuk dilakukan pemeliharaan.
“Selain meningkatkan kapasitas pasokan, mutu dan keandalan sistem kelistrikan di Sulawesi Barat - Sulawesi Tengah, secara finansial dengan beroperasinya tol listrik interkoneksi Sulbar – Sulteng, berpotensi meningkatkan pendapatan PLN sebesar Rp 137,8 miliar per tahun atau Rp 377 juta per hari,” imbuh Huda.
(agn)