Ekonomi Indonesia Disebut-sebut Sudah Masuk Jurang Resesi, Pengamat: Cuma Stempel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonomi Indonesia disebut-sebut sudah masuk jurang resesi . Meski belum secara resmi diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (5/11/2020) hari ini untuk pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2020 untuk menjadi penanda resesi Indonesia.
(Baca Juga: RI Telah Masuki Masa Pemulihan, Menko Airlangga Paparkan Buktinya )
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebut, perkiraan resesi itu dilihat dari pertumbuhan ekonomi secara nasional dari April-September 2020. Di mana, pada kuartal II-2020 ekonomi nasional minus 5,32 persen year on year (yoy).
Sementara pada kuartal III-2020 diperkirakan minus 3 persen. Meski membaik dari pertumbuhan di kuartal sebelumnya, jurang resesi tidak dapat dihindari lagi.
"Resesi itu hanya stempel untuk kondisi 6 bulan terakhir yang pertumbuhan ekonominya negatif. Kita triwulan II 2020 negatif dan triwulan III juga diyakini juga negatif, artinya kita sudah resesi. Tinggal pengumuman aja dari BPS kalau kita sudah mengalami resesi. Jadi, resesi sudah tidak bisa dielakkan lagi," ujar Piter saat dihubungi MNC News Portal.
(Baca Juga: Jelang Resesi RI, Konsumsi yang Terkontraksi Bikin Ekonomi Tumbuh Minus 3,13% )
Perbaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini karena didorong oleh pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah. Kontraksi juga secara perlahan dipulihkan oleh jaring pengaman sosial yang merupakan salah satu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Akibatnya, daya atau tingkat konsumsi masyarakat bisa tidak menurun signifikan.
"Pertumbuhan ekonomi pada triliun III sedikit membaik, disupport oleh pelonggaran PSBB dan juga dengan mulai mengalir berbagai bantuan sosial pemerintah. Pelonggaran PSBB dan adanya berbagai bantuan tersebut membantu menahan penurunan konsumsi masyarakat," kata dia.
(Baca Juga: RI Mau Resesi, Pemerintah Minta 'Bantuan' Rp1.000 Triliun Swasta )
Piter menegaskan, pertumbuhan ekonomi secara mayoritas dipengaruhi oleh pandemi Covid-19. Karena itu, bila penanganan Covid-19 tidak dilakukan secara maksimal dan hati-hati, maka dikhawatirkan kontraksi serupa terjadi pada kuartal berikutnya.
"Saya tidak mengatakan triliun III bisa menjadi landasan untuk triliun IV (2020), karena pertumbuhan ekonomi sepenuhnya dipengaruhi oleh pandemi. Meskipun triwulan III membaik tapi kalau pandemi-nya memburuk dan memaksa pengetatan PSBB, maka pada triwulan IV pertumbuhan ekonomi akan kembali menurun," ujar dia.
(Baca Juga: RI Telah Masuki Masa Pemulihan, Menko Airlangga Paparkan Buktinya )
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebut, perkiraan resesi itu dilihat dari pertumbuhan ekonomi secara nasional dari April-September 2020. Di mana, pada kuartal II-2020 ekonomi nasional minus 5,32 persen year on year (yoy).
Sementara pada kuartal III-2020 diperkirakan minus 3 persen. Meski membaik dari pertumbuhan di kuartal sebelumnya, jurang resesi tidak dapat dihindari lagi.
"Resesi itu hanya stempel untuk kondisi 6 bulan terakhir yang pertumbuhan ekonominya negatif. Kita triwulan II 2020 negatif dan triwulan III juga diyakini juga negatif, artinya kita sudah resesi. Tinggal pengumuman aja dari BPS kalau kita sudah mengalami resesi. Jadi, resesi sudah tidak bisa dielakkan lagi," ujar Piter saat dihubungi MNC News Portal.
(Baca Juga: Jelang Resesi RI, Konsumsi yang Terkontraksi Bikin Ekonomi Tumbuh Minus 3,13% )
Perbaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini karena didorong oleh pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah. Kontraksi juga secara perlahan dipulihkan oleh jaring pengaman sosial yang merupakan salah satu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Akibatnya, daya atau tingkat konsumsi masyarakat bisa tidak menurun signifikan.
"Pertumbuhan ekonomi pada triliun III sedikit membaik, disupport oleh pelonggaran PSBB dan juga dengan mulai mengalir berbagai bantuan sosial pemerintah. Pelonggaran PSBB dan adanya berbagai bantuan tersebut membantu menahan penurunan konsumsi masyarakat," kata dia.
(Baca Juga: RI Mau Resesi, Pemerintah Minta 'Bantuan' Rp1.000 Triliun Swasta )
Piter menegaskan, pertumbuhan ekonomi secara mayoritas dipengaruhi oleh pandemi Covid-19. Karena itu, bila penanganan Covid-19 tidak dilakukan secara maksimal dan hati-hati, maka dikhawatirkan kontraksi serupa terjadi pada kuartal berikutnya.
"Saya tidak mengatakan triliun III bisa menjadi landasan untuk triliun IV (2020), karena pertumbuhan ekonomi sepenuhnya dipengaruhi oleh pandemi. Meskipun triwulan III membaik tapi kalau pandemi-nya memburuk dan memaksa pengetatan PSBB, maka pada triwulan IV pertumbuhan ekonomi akan kembali menurun," ujar dia.
(akr)