Perbankan Masih Takut Saat Bisa Jadi Solusi Atasi Resesi Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Langkah yang perlu diperhatikan pemerintah di tengah resesi ekonomi menurut ekonom adalah ke depannya mendorong investasi. Sebab, investasi berkontribusi sekitar 38% dari PDB nasional. Adapun sumber investasi terbesar di Indonesia berasal dari pertumbuhan kredit perbankan .
Namun, saat ini kondisinya kredit perbankan semakin turun. Di kuartal II, pertumbuhan di level 1,4% yang terkontraksi menjadi 0,4% di kuartal III.
“Tugas pemerintah adalah memacu pertumbuhan kredit sektor perbankan. Begitu sektor perbankan tumbuh, maka enggak cuma konsumsi yang naik seperti kredit kendaraan bermotor, mobil, apartemen, perumahan. Tetapi juga kredit untuk sektor investasi, terutama untuk sektor UMKM,” jelas Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail Zaini kepada SINDOnews.
(Baca Juga: Berhadapan dengan Resesi, Satgas PEN Tetap Fokus Ngabisin Duit )
Hanya saja, umumnya bank masih takut memberikan pinjaman kredit karena ada ketakutan atau kekhawatiran bahwa peminjam tidak bisa membayar. Karena itu, pemerintah perlu mempercepat garansi kredit (credit guarantee) untuk UMKM, mendorong perbankan memperpanjang tenor cicilan seperti kredit kendaraan bermotor (KKB) menjadi 8 tahun dari sebelumnya maksimal 5 tahun.
Demikian juga masa pinjaman kredit KPR atau properti diupayakan naik dari 25 tahun menjadi maksimum 30 tahun. Ahmad memperkirakan, likuiditas perbankan saat ini masih banyak. Hal ini diukur dari angka loan to deposite ratio yang masih berkisar di level 83-85%.
“Artinya, likuiditas masih banyak di perbankan. Cuma, perbankan takut menyalurkan kredit. Jadi satu-satunya cara pemerintah kalau mau mempercepat pertumbuhan ekonomi, harus memberikan credit guarantee untuk sektor konsumsi maupun sektor investasi. Skema ini harus benar-benar dirancang pemerintah,” urainya.
Subsidi kredit usaha rakyat (KUR) juga perlu ditambah. Misalnya, total subsidi ditambah sekitar 15-20%. Begitu juga subsidi bunga untuk sektor konsumsi. “Jadi, kalau pemerintah mau mendorong pertumbuhan ekonomi kembali ke arah positif di kuartal I 2021, syaratnya adalah mendorong pertumbuhan kredit perbankan,” sambung dia.
Strategi lainnya adalah pemerintah harus merinci sektor ekonomi apa saja yang menampung banyak pekerja. Kalau pertumbuhan kreditnya naik, maka bisa menyerap banyak lapangan kerja.
Adapun tiga sektor yang paling besar menyerap tenaga kerja, menurut Ahmad, adalah pertanian-perikanan, pertambangan, dan manufaktur atau industri olahan. Namun, ketiga sektor tersebut justru yang saat ini pertumbuhan kreditnya paling lambat.
Namun, saat ini kondisinya kredit perbankan semakin turun. Di kuartal II, pertumbuhan di level 1,4% yang terkontraksi menjadi 0,4% di kuartal III.
“Tugas pemerintah adalah memacu pertumbuhan kredit sektor perbankan. Begitu sektor perbankan tumbuh, maka enggak cuma konsumsi yang naik seperti kredit kendaraan bermotor, mobil, apartemen, perumahan. Tetapi juga kredit untuk sektor investasi, terutama untuk sektor UMKM,” jelas Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail Zaini kepada SINDOnews.
(Baca Juga: Berhadapan dengan Resesi, Satgas PEN Tetap Fokus Ngabisin Duit )
Hanya saja, umumnya bank masih takut memberikan pinjaman kredit karena ada ketakutan atau kekhawatiran bahwa peminjam tidak bisa membayar. Karena itu, pemerintah perlu mempercepat garansi kredit (credit guarantee) untuk UMKM, mendorong perbankan memperpanjang tenor cicilan seperti kredit kendaraan bermotor (KKB) menjadi 8 tahun dari sebelumnya maksimal 5 tahun.
Demikian juga masa pinjaman kredit KPR atau properti diupayakan naik dari 25 tahun menjadi maksimum 30 tahun. Ahmad memperkirakan, likuiditas perbankan saat ini masih banyak. Hal ini diukur dari angka loan to deposite ratio yang masih berkisar di level 83-85%.
“Artinya, likuiditas masih banyak di perbankan. Cuma, perbankan takut menyalurkan kredit. Jadi satu-satunya cara pemerintah kalau mau mempercepat pertumbuhan ekonomi, harus memberikan credit guarantee untuk sektor konsumsi maupun sektor investasi. Skema ini harus benar-benar dirancang pemerintah,” urainya.
Subsidi kredit usaha rakyat (KUR) juga perlu ditambah. Misalnya, total subsidi ditambah sekitar 15-20%. Begitu juga subsidi bunga untuk sektor konsumsi. “Jadi, kalau pemerintah mau mendorong pertumbuhan ekonomi kembali ke arah positif di kuartal I 2021, syaratnya adalah mendorong pertumbuhan kredit perbankan,” sambung dia.
Strategi lainnya adalah pemerintah harus merinci sektor ekonomi apa saja yang menampung banyak pekerja. Kalau pertumbuhan kreditnya naik, maka bisa menyerap banyak lapangan kerja.
Adapun tiga sektor yang paling besar menyerap tenaga kerja, menurut Ahmad, adalah pertanian-perikanan, pertambangan, dan manufaktur atau industri olahan. Namun, ketiga sektor tersebut justru yang saat ini pertumbuhan kreditnya paling lambat.