Joe Biden Presiden AS, RI Bisa Ambil Untung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) yang dimenangkan Biden setelah berhasil meraih 290 suara elektoral sejauh ini. Pertarungan sengit terjadi antara Presiden Amerika Serikat saat ini, Donald Trump dari Partai Republik melawan wakil presiden di era Presiden Obama, Joe Biden yang mewakili Partai Demokrat.
Pilpres yang berlangsung pada Selasa, 3 November 2020 menjadi momen bersejarah bagi negeri Paman Sam. Pesta demokrasi ini digelar ketika pandemi COVID-19 masih berlangsung ditambah dengan lesunya perekonomian serta pengangguran yang terus bertambah di Amerika Serikat.
Kemenangan ini tentunya juga akan berdampak terhadap perubahan peta perekonomian dunia, salah satu topik utama yang menjadi sorotan dengan terpilihnya Biden adalah terkait perang dagang dengan China yang telah berjalan beberapa tahun terakhir selama pemerintahan Trump.
(Baca Juga: Biden Menang, Tensi Dagang AS-China Bisa Berkurang )
Perang dagang ini secara tidak langsung menekan kinerja ekspor dan impor dunia, termasuk perekonomian Indonesia. Dalam hal ini, Biden sendiri diproyeksikan beberapa pengamat akan mengurangi tensi hubungan dagang dengan China.
Dari sisi ekonomi, Joe Biden, dalam manifesto kebijakan ekonominya akan melakukan kebijakan baru seperti menaikkan berbagai macam pajak termasuk pajak korporasi yang diprediksi akan naik sebesar 15%.
Terkait belanja negara sendiri, Biden berjanji akan memberikan stimulus fiskal yang jauh lebih besar yakni sekitar USD2,5 triliun selama periode 2021-2024. Seperti diketahui bahwa perekonomian Amerika merupakan 30% dari perekonomian dunia. Maka ketika Amerika melakukan stimulus besar, dampaknya akan besar bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Laporan terbaru Lembaga riset Moody’s Analytics juga memproyeksikan ekonomi Amerika akan tumbuh lebih tinggi dengan terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat, yakni naik 4,2% pada periode 2020-2024.
Dampak Kemenangan Joe Biden Bagi Perekonomian Indonesia
Grant Thornton Indonesia melihat kemenangan Biden akan menurunkan tensi perang dagang antara Amerika dan China yang dapat mendorong nilai komoditas global secara umum dan menjaga pasar keuangan global tetap stabil. Tentunya kedua hal tersebut akan menguntungkan ekspor dan nilai tukar Indonesia.
(Baca Juga: Pilpres AS Berujung Sengketa, Waspadai Aksi Ambil Untung )
Namun di sisi lain, turunnya tensi perang dagang di era Biden yang diperkirakan akan mengatasi sengketa perdagangan dengan China melalui organisasi perdagangan dunia (WTO), dapat mengurangi rencana investor di China untuk memindahkan pabriknya ke negara lain yang belakangan ini cukup menjadi fokus pemerintah Indonesia untuk mendapatkan keuntungan ini, sehingga bukan tidak mungkin muncul risiko terhambatnya arus aliran investasi asing langsung (FDI).
“Kemenangan Joe Biden diharapkan dapat membawa sentimen positif bagi perekonomian Indonesia dengan perubahan kebijakan ekonomi yang akan diambil Amerika Serikat dalam empat tahun ke depan yang berbeda dari pemerintahan saat ini," ujar Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam keterangannya, Minggu (8/11/2020).
“Ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang dan pandemi sepanjang tahun 2020 diharapkan dapat segera pulih dan hubungan dagang Indonesia – Amerika Serikat tetap akan stabil dan bergerak lebih positif,” pungkas Johanna
Pilpres yang berlangsung pada Selasa, 3 November 2020 menjadi momen bersejarah bagi negeri Paman Sam. Pesta demokrasi ini digelar ketika pandemi COVID-19 masih berlangsung ditambah dengan lesunya perekonomian serta pengangguran yang terus bertambah di Amerika Serikat.
Kemenangan ini tentunya juga akan berdampak terhadap perubahan peta perekonomian dunia, salah satu topik utama yang menjadi sorotan dengan terpilihnya Biden adalah terkait perang dagang dengan China yang telah berjalan beberapa tahun terakhir selama pemerintahan Trump.
(Baca Juga: Biden Menang, Tensi Dagang AS-China Bisa Berkurang )
Perang dagang ini secara tidak langsung menekan kinerja ekspor dan impor dunia, termasuk perekonomian Indonesia. Dalam hal ini, Biden sendiri diproyeksikan beberapa pengamat akan mengurangi tensi hubungan dagang dengan China.
Dari sisi ekonomi, Joe Biden, dalam manifesto kebijakan ekonominya akan melakukan kebijakan baru seperti menaikkan berbagai macam pajak termasuk pajak korporasi yang diprediksi akan naik sebesar 15%.
Terkait belanja negara sendiri, Biden berjanji akan memberikan stimulus fiskal yang jauh lebih besar yakni sekitar USD2,5 triliun selama periode 2021-2024. Seperti diketahui bahwa perekonomian Amerika merupakan 30% dari perekonomian dunia. Maka ketika Amerika melakukan stimulus besar, dampaknya akan besar bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Laporan terbaru Lembaga riset Moody’s Analytics juga memproyeksikan ekonomi Amerika akan tumbuh lebih tinggi dengan terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat, yakni naik 4,2% pada periode 2020-2024.
Dampak Kemenangan Joe Biden Bagi Perekonomian Indonesia
Grant Thornton Indonesia melihat kemenangan Biden akan menurunkan tensi perang dagang antara Amerika dan China yang dapat mendorong nilai komoditas global secara umum dan menjaga pasar keuangan global tetap stabil. Tentunya kedua hal tersebut akan menguntungkan ekspor dan nilai tukar Indonesia.
(Baca Juga: Pilpres AS Berujung Sengketa, Waspadai Aksi Ambil Untung )
Namun di sisi lain, turunnya tensi perang dagang di era Biden yang diperkirakan akan mengatasi sengketa perdagangan dengan China melalui organisasi perdagangan dunia (WTO), dapat mengurangi rencana investor di China untuk memindahkan pabriknya ke negara lain yang belakangan ini cukup menjadi fokus pemerintah Indonesia untuk mendapatkan keuntungan ini, sehingga bukan tidak mungkin muncul risiko terhambatnya arus aliran investasi asing langsung (FDI).
“Kemenangan Joe Biden diharapkan dapat membawa sentimen positif bagi perekonomian Indonesia dengan perubahan kebijakan ekonomi yang akan diambil Amerika Serikat dalam empat tahun ke depan yang berbeda dari pemerintahan saat ini," ujar Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam keterangannya, Minggu (8/11/2020).
“Ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang dan pandemi sepanjang tahun 2020 diharapkan dapat segera pulih dan hubungan dagang Indonesia – Amerika Serikat tetap akan stabil dan bergerak lebih positif,” pungkas Johanna
(akr)