Joss, Indonesia Bikin Amerika dan China Tak Berkutik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2020 mengalami surplus sebesar USD3,61 miliar. Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan surplus bulan lalu yang hanya USD2,39 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, moncernya kinerja perdagangan RI tidak terlepas surplus yang terjadi di beberapa negara. Salah satunya adalah neraca perdagangan yang surplus dengan Amerika Serikat sebesar USD1,02 miliar.
Setelah Amerika Serikat, Indonesia juga mencatatkan surplus dengan Filipina di tempat kedua dengan angka USD570,8 juta. Kemudian di tempat keiga ada India yang surplus sebesar USD546 juta. ( Baca juga:Barang China Masih Merajai Produk-Produk Impor Indonesia )
Sementara untuk China, Indonesia juga masih mengalami surplus USD62,1 juta. Angka tersebut karena ekspor Indonesia ke China mencapai USD2,86 miliar sedangkan impornya hanya USD2,79 miliar.
“Neraca perdagangan non-migas, neraca terbesar untuk surplus adalah Amerika Serikat karena kita surplus USD1.029,1 juta,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (16/11/2020).
Meskipun mencatatkan catatan apik, namun masih ada beberapa pekerjaan rumah yang perlu dilakukan. Pasalnya, Indonesia masih mencatatkan defisit dengan beberapa negara.
Misalnya dengan Australia yang angka defisitnya mencapai USD178,4 juga. Hal itu dikarenakan nilai ekspor Indonesia ke sana sebesar USD198,2 juta, sementara impornya USD376,6 juta. ( Baca juga:Komentar Pedas Anies Soal Kerumunan di Jakpus: Lihat Kerumunan Pilkada, Apa Ada Penindakan? )
Lalu di tempat kedua ada Ukraina yang juga membuar neraca dagang RI mengalami defisit. Dengan Ukraina neraca dagang Indonesia tekor USD158,1 juta.
Lalu di tempat ketiga ada Hong Kong yang mana Indonesia masih mengalami defisit USD92,2 juta. Adapun nilai ekspor Indonesia ke Hong Kong mencapai USD105,2 dan impornya USD197,4 juta.
“Negara neraca perdagangan defisit adalah pertama Australia, defisit USD178,4 juta,” ucapnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, moncernya kinerja perdagangan RI tidak terlepas surplus yang terjadi di beberapa negara. Salah satunya adalah neraca perdagangan yang surplus dengan Amerika Serikat sebesar USD1,02 miliar.
Setelah Amerika Serikat, Indonesia juga mencatatkan surplus dengan Filipina di tempat kedua dengan angka USD570,8 juta. Kemudian di tempat keiga ada India yang surplus sebesar USD546 juta. ( Baca juga:Barang China Masih Merajai Produk-Produk Impor Indonesia )
Sementara untuk China, Indonesia juga masih mengalami surplus USD62,1 juta. Angka tersebut karena ekspor Indonesia ke China mencapai USD2,86 miliar sedangkan impornya hanya USD2,79 miliar.
“Neraca perdagangan non-migas, neraca terbesar untuk surplus adalah Amerika Serikat karena kita surplus USD1.029,1 juta,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (16/11/2020).
Meskipun mencatatkan catatan apik, namun masih ada beberapa pekerjaan rumah yang perlu dilakukan. Pasalnya, Indonesia masih mencatatkan defisit dengan beberapa negara.
Misalnya dengan Australia yang angka defisitnya mencapai USD178,4 juga. Hal itu dikarenakan nilai ekspor Indonesia ke sana sebesar USD198,2 juta, sementara impornya USD376,6 juta. ( Baca juga:Komentar Pedas Anies Soal Kerumunan di Jakpus: Lihat Kerumunan Pilkada, Apa Ada Penindakan? )
Lalu di tempat kedua ada Ukraina yang juga membuar neraca dagang RI mengalami defisit. Dengan Ukraina neraca dagang Indonesia tekor USD158,1 juta.
Lalu di tempat ketiga ada Hong Kong yang mana Indonesia masih mengalami defisit USD92,2 juta. Adapun nilai ekspor Indonesia ke Hong Kong mencapai USD105,2 dan impornya USD197,4 juta.
“Negara neraca perdagangan defisit adalah pertama Australia, defisit USD178,4 juta,” ucapnya.
(uka)