Laris Manis Saat Pandemi, Mark Dynamics Incar Penjualan Rp874 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Prospek bisnis produsen cetakan sarung tangan kesehatan berbasis porselen sangat besar dan menjanjikan untuk terus tumbuh. Hal ini dikarenakan meningkatnya kesadaran masyarakat yang lebih tinggi akan pemakaian sarung tangan serta diterapkannya protokol kesehatan yang lebih ketat dibandingkan sebelumnya di masa pandemi Covid-19. Selain itu, adanya larangan pemerintah China untuk menggunakan sarung tangan berbasis PVC di China karena dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan menjadi salah satu faktor yang menumbuhkan bisnis ini.
PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) , emiten yang bergerak dalam pembuatan produk porselen cetakan sarung tangan menyatakan bahwa permintaan akan sarung tangan kesehatan berada pada tingkat pesanan yang belum pernah dialami sebelumnya.
Presiden Direktur MARK, Ridwan Goh mengatakan dalam 10 tahun terakhir, tren permintaan sarung tangan konsisten bertumbuh 10% - 12% per tahun, sedangkan ditengah kondisi pandemi Covid-19, permintaan melesat hingga 30% sehingga industri sarung tangan tergoncang oleh ketidakseimbangan supply dan demand. Permintaan akan sarung tangan melonjak tinggi, namun pasokan cetakan sarung tangan sangat terbatas. Sebagai contoh, konsumsi sarung tangan per kapita di India telah meningkat dari 4 unit menjadi 30 unit, yang mana permintaan tersebut telah melampaui pasokan di wilayah tersebut.
(Baca Juga : Kilau Uang Bisnis Alat Kesehatan Global )
Kondisi ini tentunya berdampak positif bagi MARK sebagai 40% pemasok pasar global cetakan sarung tangan karet dimana 95% dari penjualan perseroan diserap oleh pasar ekspor dan Malaysia merupakan pelanggan terbesar dengan komposisi sekitar 65% dari total penjualan. Bahkan saat ini, MARK sudah mengantongi kontrak senilai USD52 juta untuk pengapalan pada 2021.
“Oleh karena itu MARK sudah mematok proyeksi penjualan pada 2021 sebesar Rp874 miliar yaitu meningkat sebesar 72 % dibanding penjualan di tahun 2020 ini yang kami proyeksikan sebesar Rp507 miliar dan proyeksi laba pada 2021 sebesar Rp228 miliar yaitu meningkat sebesar 66% dibandingkan laba di tahun 2020 yang diproyeksikan sebesar Rp138 miliar,” kata Ridwan Goh dalam keterangan rilis yang diterima SINDOnews di Jakarta, Rabu (25/11/2020).
Lonjakan permintaan sarung tangan saat pandemi membuat produsen cetakan sarung tangan MARK tidak menunda lama untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Kapasitas produksi perseroan yang semula 700.000 unit per bulan di tahun 2020 tidak mencukupi permintaan cetakan sarung tangan yang begitu agresif, sehingga mulai kuartal III/2020 perseroan meningkatkan kapasitasnya menjadi 800.000 unit per bulan.
(Baca Juga : Emiten Alat Kesehatan Incar Pertumbuhan Laba Bersih Hingga 20% )
Dengan naiknya permintaan pasar dan guna memenuhi permintaan yang selalu meningkat tersebut, MARK pun berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksinya dengan membangun pabrik baru kedua di desa Dalu, Tanjung Morawa yang estimasinya akan rampung pada bulan Mei tahun 2021 sehingga kondisi ini akan menambah kapasitas produksi MARK menjadi sekitar 1,1 juta unit per bulan pada tahun 2021 dan bahkan akan ditingkatkan hingga mencapai 1,8 juta unit per bulan pada awal tahun 2022.
Ridwan juga menyampaikan bahwa untuk pembangunan pabrik baru ini, MARK akan melakukan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp150 miliar. Angka ini sudah mencakup biaya untuk mendirikan bangunan, pembelian mesin serta instalasi mesin. Sumber dana yang dipakai perseroan berasal dari kas dan kredit perbankan
MARK sebagai produsen cetakan sarung tangan berbasis keramik menjadi emiten yang memiliki keunggulan dalam kondisi saat ini. Harga saham emiten berkode MARK ini melambung 92,47 % secara year to date (ytd) ke posisi Rp870 per 31 Oktober 2020 dari Rp452 pada awal tahun ini.
“Melihat data tersebut, potensi bisnis MARK sangat besar dan terus menjanjikan,” ujar Ridwan Goh.
PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) , emiten yang bergerak dalam pembuatan produk porselen cetakan sarung tangan menyatakan bahwa permintaan akan sarung tangan kesehatan berada pada tingkat pesanan yang belum pernah dialami sebelumnya.
Presiden Direktur MARK, Ridwan Goh mengatakan dalam 10 tahun terakhir, tren permintaan sarung tangan konsisten bertumbuh 10% - 12% per tahun, sedangkan ditengah kondisi pandemi Covid-19, permintaan melesat hingga 30% sehingga industri sarung tangan tergoncang oleh ketidakseimbangan supply dan demand. Permintaan akan sarung tangan melonjak tinggi, namun pasokan cetakan sarung tangan sangat terbatas. Sebagai contoh, konsumsi sarung tangan per kapita di India telah meningkat dari 4 unit menjadi 30 unit, yang mana permintaan tersebut telah melampaui pasokan di wilayah tersebut.
(Baca Juga : Kilau Uang Bisnis Alat Kesehatan Global )
Kondisi ini tentunya berdampak positif bagi MARK sebagai 40% pemasok pasar global cetakan sarung tangan karet dimana 95% dari penjualan perseroan diserap oleh pasar ekspor dan Malaysia merupakan pelanggan terbesar dengan komposisi sekitar 65% dari total penjualan. Bahkan saat ini, MARK sudah mengantongi kontrak senilai USD52 juta untuk pengapalan pada 2021.
“Oleh karena itu MARK sudah mematok proyeksi penjualan pada 2021 sebesar Rp874 miliar yaitu meningkat sebesar 72 % dibanding penjualan di tahun 2020 ini yang kami proyeksikan sebesar Rp507 miliar dan proyeksi laba pada 2021 sebesar Rp228 miliar yaitu meningkat sebesar 66% dibandingkan laba di tahun 2020 yang diproyeksikan sebesar Rp138 miliar,” kata Ridwan Goh dalam keterangan rilis yang diterima SINDOnews di Jakarta, Rabu (25/11/2020).
Lonjakan permintaan sarung tangan saat pandemi membuat produsen cetakan sarung tangan MARK tidak menunda lama untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Kapasitas produksi perseroan yang semula 700.000 unit per bulan di tahun 2020 tidak mencukupi permintaan cetakan sarung tangan yang begitu agresif, sehingga mulai kuartal III/2020 perseroan meningkatkan kapasitasnya menjadi 800.000 unit per bulan.
(Baca Juga : Emiten Alat Kesehatan Incar Pertumbuhan Laba Bersih Hingga 20% )
Dengan naiknya permintaan pasar dan guna memenuhi permintaan yang selalu meningkat tersebut, MARK pun berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksinya dengan membangun pabrik baru kedua di desa Dalu, Tanjung Morawa yang estimasinya akan rampung pada bulan Mei tahun 2021 sehingga kondisi ini akan menambah kapasitas produksi MARK menjadi sekitar 1,1 juta unit per bulan pada tahun 2021 dan bahkan akan ditingkatkan hingga mencapai 1,8 juta unit per bulan pada awal tahun 2022.
Ridwan juga menyampaikan bahwa untuk pembangunan pabrik baru ini, MARK akan melakukan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp150 miliar. Angka ini sudah mencakup biaya untuk mendirikan bangunan, pembelian mesin serta instalasi mesin. Sumber dana yang dipakai perseroan berasal dari kas dan kredit perbankan
MARK sebagai produsen cetakan sarung tangan berbasis keramik menjadi emiten yang memiliki keunggulan dalam kondisi saat ini. Harga saham emiten berkode MARK ini melambung 92,47 % secara year to date (ytd) ke posisi Rp870 per 31 Oktober 2020 dari Rp452 pada awal tahun ini.
“Melihat data tersebut, potensi bisnis MARK sangat besar dan terus menjanjikan,” ujar Ridwan Goh.
(her)