Sandiaga Uno: Saat Ini Pangan Adalah Internet yang Baru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertanian tercatat menjadi industri utama di tahun 2018, dimana investasi di bidang ini meningkat lebih dari 40% menjadi sekitar USD17 miliar. Kenaikan ini terbilang mengejutkan dari hanya sekitar USD2 miliar di tahun 2013.
Lonjakan itu memancing investor besar seperti Soft Banks, Google, Temasek, dan pendanaan besar lainnya untuk mulai berpartisipasi dalam ledakan investasi pertanian. Pendiri Inotek Foundation & Seribu Teknopreneur Sejuta Pekerjaan (STSP) Sandiaga Uno mengatakan, Indonesia saat ini merupakan bagian dari revolusi ini. Hal ini ditandai dengan kemunculan berbagai usaha rintisan (start-up) pertanian.
(Baca Juga: Airlangga: Sektor Pertanian Jadi Juru Selamat Ekonomi RI)
"Di masa pandemi ini food is the new internet. Makanan merupakan kata kunci saat ini. Pandemi Covid-19 bukan hanya mengenai krisis kesehatan, melainkan ancaman multi-dimensi dalam hal stabilitas persediaan makanan," ujar Sandiaga dalam webinar di Jakarta, Kamis (3/12/2020).
Meningkatnya pengangguran memunculkan kolerasi antara pendapatan dan dan kemampuan untuk membeli makanan. Di sisi lain, teknologi di bidang pertanian menurutnya dapat menciptakan lapangan kerja. Dengan begitu, Indonesia memiliki peluang untuk mengisi kesenjangan defisit sekaligus mencegah krisis pangan.
"Karena itu kita harus fokus terhadap pertumbuhan ketahanan pangan dalam negeri, dari tingkat terbesar hingga desa. Saya optimis bahwa bangsa kita dapat melipatgandakan kapasitas produksi pangan lokal dengan intervensi teknologi dan tidak hanya dalam hal pupuk atau pembibitan tetapi lebih juga bagaimana kita menciptakan efisiensi," kata Sandiaga.
Adapun sekitar 65% dari petani di Indonesia berada di umur lebih dari 50 tahun. Namun yang menjadi masalah utama adalah bagaimana mereka dapat mengadopsi teknologi ini.
(Baca Juga: Penyuluh Pertanian harus Aktif Input dan Update Data Petani)
"Menurut saya, mereka semua sangat ingin mengadopsi teknologi, hanya saja belum tersedia bagi mereka karena mereka lebih dilihat dan diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek. Subjek yang dilihat sebagai orang yang menerima produk tanpa adanya pelatihan yang tepat, tanpa pendampingan, dan tanpa kesinambungan program," ujar dia.
Sandiaga mengatakan, pemerintah seharusnya lebih fokus terhadap hal ini. Selain itu, lanjut dia, peran milenial yang dikenal melek teknologi, sangat dibutuhkan di sini. "Dengan adanya hal tersebut, maka saya pikir dapat memaksimalkan hidupnya agritek di Indonesia," tuturnya.
Lonjakan itu memancing investor besar seperti Soft Banks, Google, Temasek, dan pendanaan besar lainnya untuk mulai berpartisipasi dalam ledakan investasi pertanian. Pendiri Inotek Foundation & Seribu Teknopreneur Sejuta Pekerjaan (STSP) Sandiaga Uno mengatakan, Indonesia saat ini merupakan bagian dari revolusi ini. Hal ini ditandai dengan kemunculan berbagai usaha rintisan (start-up) pertanian.
(Baca Juga: Airlangga: Sektor Pertanian Jadi Juru Selamat Ekonomi RI)
"Di masa pandemi ini food is the new internet. Makanan merupakan kata kunci saat ini. Pandemi Covid-19 bukan hanya mengenai krisis kesehatan, melainkan ancaman multi-dimensi dalam hal stabilitas persediaan makanan," ujar Sandiaga dalam webinar di Jakarta, Kamis (3/12/2020).
Meningkatnya pengangguran memunculkan kolerasi antara pendapatan dan dan kemampuan untuk membeli makanan. Di sisi lain, teknologi di bidang pertanian menurutnya dapat menciptakan lapangan kerja. Dengan begitu, Indonesia memiliki peluang untuk mengisi kesenjangan defisit sekaligus mencegah krisis pangan.
"Karena itu kita harus fokus terhadap pertumbuhan ketahanan pangan dalam negeri, dari tingkat terbesar hingga desa. Saya optimis bahwa bangsa kita dapat melipatgandakan kapasitas produksi pangan lokal dengan intervensi teknologi dan tidak hanya dalam hal pupuk atau pembibitan tetapi lebih juga bagaimana kita menciptakan efisiensi," kata Sandiaga.
Adapun sekitar 65% dari petani di Indonesia berada di umur lebih dari 50 tahun. Namun yang menjadi masalah utama adalah bagaimana mereka dapat mengadopsi teknologi ini.
(Baca Juga: Penyuluh Pertanian harus Aktif Input dan Update Data Petani)
"Menurut saya, mereka semua sangat ingin mengadopsi teknologi, hanya saja belum tersedia bagi mereka karena mereka lebih dilihat dan diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek. Subjek yang dilihat sebagai orang yang menerima produk tanpa adanya pelatihan yang tepat, tanpa pendampingan, dan tanpa kesinambungan program," ujar dia.
Sandiaga mengatakan, pemerintah seharusnya lebih fokus terhadap hal ini. Selain itu, lanjut dia, peran milenial yang dikenal melek teknologi, sangat dibutuhkan di sini. "Dengan adanya hal tersebut, maka saya pikir dapat memaksimalkan hidupnya agritek di Indonesia," tuturnya.
(fai)