Asuransi Jasindo Fokus pada 3 Aspek untuk Dongkrak Bisnis di 2021
loading...
A
A
A
ANYER - Industri di Indonesia mengalami penurunan signifikan selama pandemi Covid-19. Namun, dengan segera dilakukan distribusi vaksin Covid-19 pada awal tahun depan, bisnis dinilai akan mulai bergeliat.
Pengamat dan pelaku bisnis merasa optimistis jika perekonomian akan berkembang dengan pesat pada 2021. Melihat perkembangan ke depan dengan adanya berbagai kemungkinan ditambah distribusi vaksin akan segera dimulai maka PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) juga merasa siap menghadapi pertumbuhan bisnis di tahun depan.
(Baca Juga: Asuransi Jasindo Selesaikan Klaim Satelit Palapa N1 Nusantara Dua)
Direktur Pengembangan Bisnis Asuransi Jasindo Diwe Novara mengatakan, pandemi covid-19 telah membawa perubahan yang cukup substansial terhadap ekonomi, terhadap cara beraktivitas dan bertransaksi, termasuk perubahan prioritas-prioritas dan keputusan-keputusan ekonomi. Ini terjadi pada semua pelaku ekonomi, baik household (rumah tangga), perusahaan/bisnis maupun pemerintah.
"Perubahan ini tentu membawa peluang sekaligus ancaman bagi dunia usaha. Artinya sepanjang kita jeli membaca situasi dan cepat dalam beradaptasi dengan tatanan baru ini, tentu akan semakin banyak peluang yang bisa kita tangkap, bahkan lebih banyak dari sebelum pandemi. Sekaligus, meminimalisir dampak negatif dari ancaman-ancaman tersebut," kata Diwe di Anyer, Kamis (10/12/2020).
Diwe mengaku, pihaknya melakukan perubahan yang cukup drastis terhadap strategi perusahaan di saat pandemi atau tahun 2020. Dari yang semula lebih pada growth strategy menjadi defensive strategy.
"Yang penting kita lindungi dulu akun-akun perpanjangan. Kemudian, fokus pada COB-COB yang tetap tumbuh dengan margin yang baik, di antaranya: Marine Hull, Property, Suretyship," katanya.
Asuransi Jasindo pun mengetatkan kebijakan underwriting menjadi lebih prudent serta memastikan cashflow sehat dengan pengelolaan piutang yang lebih ketat.
Di balik pandemi itu, tahun 2020 juga menjadi tahun bersejarah bagi Asuransi Jasindo karena berdirinya Holding Indonesia Financial Group (IFG) dengan induk holding PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.
"Di situ ada Asuransi Jasindo, Askrindo, Jamkrindo dan Bahana Group. Di awal pembentukan, memang sinergi antar-anggota holding akan diperkuat dan itu kita mulai terjemahkan bentuk-bentuk kerjasamanya untuk mengisi bisnis," ujarnya.
(Baca Juga: 4 Aplikasi Asuransi Jasindo Ini Permudah Pemegang Polis dan Mitra Bisnis) Bagian dari defensive strategy selanjutnya adalah meluncurkan program cost leadership yang prinsipnya fokus pada efisiensi biaya dan restrukturisasi bisnis yang paling terdampak Covid-19. Strategi ketiga adalah conservative investment dengan fokus pada investasi yang likuid dan instrumen yang berisiko rendah.
Penempatan investasi pada instrumen yang likuid dan aman dengan mengurangi porsi pada instrumen yang bersifat risiko tinggi seperti saham dan reksadana saham/campuran dan beralih pada instrumen dengan risiko yang lebih rendah seperti deposito, obligasi dan reksadana pendapatan tetap.
"Di samping itu, kami juga memilih instrumen dengan maturity profile pendek dan likuid. Ini strategi sebagai upaya mengamankan posisi 2020 dulu. Tentu ada strategi pendukung yang utamanya bersifat adaptif," lanjutnya.
Pengamat dan pelaku bisnis merasa optimistis jika perekonomian akan berkembang dengan pesat pada 2021. Melihat perkembangan ke depan dengan adanya berbagai kemungkinan ditambah distribusi vaksin akan segera dimulai maka PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) juga merasa siap menghadapi pertumbuhan bisnis di tahun depan.
(Baca Juga: Asuransi Jasindo Selesaikan Klaim Satelit Palapa N1 Nusantara Dua)
Direktur Pengembangan Bisnis Asuransi Jasindo Diwe Novara mengatakan, pandemi covid-19 telah membawa perubahan yang cukup substansial terhadap ekonomi, terhadap cara beraktivitas dan bertransaksi, termasuk perubahan prioritas-prioritas dan keputusan-keputusan ekonomi. Ini terjadi pada semua pelaku ekonomi, baik household (rumah tangga), perusahaan/bisnis maupun pemerintah.
"Perubahan ini tentu membawa peluang sekaligus ancaman bagi dunia usaha. Artinya sepanjang kita jeli membaca situasi dan cepat dalam beradaptasi dengan tatanan baru ini, tentu akan semakin banyak peluang yang bisa kita tangkap, bahkan lebih banyak dari sebelum pandemi. Sekaligus, meminimalisir dampak negatif dari ancaman-ancaman tersebut," kata Diwe di Anyer, Kamis (10/12/2020).
Diwe mengaku, pihaknya melakukan perubahan yang cukup drastis terhadap strategi perusahaan di saat pandemi atau tahun 2020. Dari yang semula lebih pada growth strategy menjadi defensive strategy.
"Yang penting kita lindungi dulu akun-akun perpanjangan. Kemudian, fokus pada COB-COB yang tetap tumbuh dengan margin yang baik, di antaranya: Marine Hull, Property, Suretyship," katanya.
Asuransi Jasindo pun mengetatkan kebijakan underwriting menjadi lebih prudent serta memastikan cashflow sehat dengan pengelolaan piutang yang lebih ketat.
Di balik pandemi itu, tahun 2020 juga menjadi tahun bersejarah bagi Asuransi Jasindo karena berdirinya Holding Indonesia Financial Group (IFG) dengan induk holding PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.
"Di situ ada Asuransi Jasindo, Askrindo, Jamkrindo dan Bahana Group. Di awal pembentukan, memang sinergi antar-anggota holding akan diperkuat dan itu kita mulai terjemahkan bentuk-bentuk kerjasamanya untuk mengisi bisnis," ujarnya.
(Baca Juga: 4 Aplikasi Asuransi Jasindo Ini Permudah Pemegang Polis dan Mitra Bisnis) Bagian dari defensive strategy selanjutnya adalah meluncurkan program cost leadership yang prinsipnya fokus pada efisiensi biaya dan restrukturisasi bisnis yang paling terdampak Covid-19. Strategi ketiga adalah conservative investment dengan fokus pada investasi yang likuid dan instrumen yang berisiko rendah.
Penempatan investasi pada instrumen yang likuid dan aman dengan mengurangi porsi pada instrumen yang bersifat risiko tinggi seperti saham dan reksadana saham/campuran dan beralih pada instrumen dengan risiko yang lebih rendah seperti deposito, obligasi dan reksadana pendapatan tetap.
"Di samping itu, kami juga memilih instrumen dengan maturity profile pendek dan likuid. Ini strategi sebagai upaya mengamankan posisi 2020 dulu. Tentu ada strategi pendukung yang utamanya bersifat adaptif," lanjutnya.
(fai)