Jangan Teori Saja, Mentan SYL Minta Mahasiswa Ikut Jaga Ketahanan Pangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta, agar mahasiswa ikut menjaga ketahanan pangan di Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Kontribusi itu dilakukan dengan merealisasikan teori-teori yang mereka dapat di bangku Universitas.
"Saya berharap mahasiswa mau turun ke lapangan. Konsepnya sudah ada dan kita juga punya ilmunya. Hanya saja perlu dilakukan pendekatan yang tidak biasa," ujar Syahrul dalam keterangannya yang diterima MNC News Portal, Minggu (20/12/2020).
(Baca Juga: Diseminasi Teknologi Pertanian 2021, Kementan Kerahkan 40.835 Penyuluh )
Dia menilai, peran mahasiswa menjadi salah satu solusi untuk menjaga ketahanan pangan di dalam negeri. Di mana, definisi-definisi dan teori-teori seputar ketahanan pangan yang diajarkan di perguruan tinggi dapat segera diserap Badan Ketahanan Pangan (BKP) untuk dapat mengembangkan ketahanan pangan secara nasional. "Karena ini menyangkut hak hidup masyarakat Indonesia," kata dia.
Mentan kembali menegaskan, sektor pertanian Indonesia merupakan market bagi negara-negara di dunia. Karena itu, ketahanan pangan dan peningkatan produksi pertanian merupakan satu keniscayaan yang harus dilakukan.
"Adanya peningkatan produksi itu tandanya, membuktikan bahwa kekuatan pertanian kita sangat besar dan menjadi pasar yang kuat di mancanegara. Apalagi komoditi kita di tanam di sebagai negara tropis," ungkapnya.
(Baca Juga: Tangkal Covid, Kementan Tingkatkan SDM Pertanian Berbasis Daring )
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, lanjut Syahrul, merupakan turbulensi global yang paling dahsyat karena regional dalam kawasan global banyak yang terkoreksi ekonomi. Semuanya landai, namun banyak negara melakukan pertahanan dengan cara masing-masing agar tidak tumbang.
Meski begitu, guncangan di banyak sektor, tidak diikuti oleh sektor pertanian. Dengan kata lain, pertanian menjadi sektor yang paling eksis dalam kondisi krisis. Hal itu menandakan pertanian menjadi kekuatan negara. "Kenapa? karena makan tak bisa ditunda, makan tak bisa menunggu hari. kalau begitu ini menjadi pekerjaan yang tidak pernah putus," paparnya.
"Saya berharap mahasiswa mau turun ke lapangan. Konsepnya sudah ada dan kita juga punya ilmunya. Hanya saja perlu dilakukan pendekatan yang tidak biasa," ujar Syahrul dalam keterangannya yang diterima MNC News Portal, Minggu (20/12/2020).
(Baca Juga: Diseminasi Teknologi Pertanian 2021, Kementan Kerahkan 40.835 Penyuluh )
Dia menilai, peran mahasiswa menjadi salah satu solusi untuk menjaga ketahanan pangan di dalam negeri. Di mana, definisi-definisi dan teori-teori seputar ketahanan pangan yang diajarkan di perguruan tinggi dapat segera diserap Badan Ketahanan Pangan (BKP) untuk dapat mengembangkan ketahanan pangan secara nasional. "Karena ini menyangkut hak hidup masyarakat Indonesia," kata dia.
Mentan kembali menegaskan, sektor pertanian Indonesia merupakan market bagi negara-negara di dunia. Karena itu, ketahanan pangan dan peningkatan produksi pertanian merupakan satu keniscayaan yang harus dilakukan.
"Adanya peningkatan produksi itu tandanya, membuktikan bahwa kekuatan pertanian kita sangat besar dan menjadi pasar yang kuat di mancanegara. Apalagi komoditi kita di tanam di sebagai negara tropis," ungkapnya.
(Baca Juga: Tangkal Covid, Kementan Tingkatkan SDM Pertanian Berbasis Daring )
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, lanjut Syahrul, merupakan turbulensi global yang paling dahsyat karena regional dalam kawasan global banyak yang terkoreksi ekonomi. Semuanya landai, namun banyak negara melakukan pertahanan dengan cara masing-masing agar tidak tumbang.
Meski begitu, guncangan di banyak sektor, tidak diikuti oleh sektor pertanian. Dengan kata lain, pertanian menjadi sektor yang paling eksis dalam kondisi krisis. Hal itu menandakan pertanian menjadi kekuatan negara. "Kenapa? karena makan tak bisa ditunda, makan tak bisa menunggu hari. kalau begitu ini menjadi pekerjaan yang tidak pernah putus," paparnya.
(akr)