Menerjemahkan Konsep Ruang lewat Fungsi Pencahayaan
loading...
A
A
A
DALAM dunia arsitektur ada satu hal penting dalam proyek pembangunan rumah namun kerap dilupakan, yakni pencahayaan arsitektur atau lighting architecture.
Makna lighting architecture bukan hanya mengubah suasana gelap menjadi terang. Tapi di balik itu semua, ada perencanaan, manipulasi dari ruang, dan bentuk untuk mencapai fungsi teknis dan estetik.
Yuventia Chandra Director of Operation Creative Lighting Asia menjelaskan, perbedaan pencahayaan arsitektur dengan penerangan pada umumnya terlihat dari produk yang biasa digunakan dan ditemukan di pasaran. Fungsi pencahayaan biasa hanya seperti fungsi standarnya, yakni untuk penerangan.
"Fungsi penerangan hanya sampai di situ, sebab setiap ruangan membutuhkan cahaya. Tapi, kalau lighting khusus untuk arsitektur itu mempertimbangkan fungsi ruangannya juga. Strategi dan tools yang dicapai berbeda-beda karena objeknya berbeda," ungkap Yuventia pada diskusi dengan Archify.now.
Yuventia mengatakan, di bandara atau tempat umum lain misalnya, pencahayaannya tentu harus dapat menarik orang ke lokasi tertentu. Karena itu, tempat-tempat tersebut membutuhkan pencahayaan arsitektural tertentu dari desain atau produknya.
Warna pada lampu juga memberi arti sendiri. Untuk lampu kekuningan akan membuat rasa nyaman, kalem, dan rileks."Konon dapat mempengaruhi mood orang jadi lebih rileks. Lampu kuning ini jarang dipakai di kantor, tetapi di hotel, resort, kamar tidur, dan kamar mandi," ucapnya.
Sedangkan warna lampu putih untuk di perkantoran, bandara, serta tempat komersial lainnya seperti mal atau pusat perbelanjaan. Namun, itu tetap tergantung konsep yang ingin ditampilkan. Misalnya, pada kedai kopi pasti warna cahaya lampunya berbeda-beda. Sebut saja Starbucks menggunakan lampu kekuningan, sementera fore coffee memilih menggunakan lampu putih. Sama-sama kedai kopi, namun mereka punya tujuan berbeda.
Bagaimana dengan rumah tinggal? Tentu dapat diaplikasikan, namun itu kembali pada fungsi dari lighting architecture, yakni menata pencahayaan sesuai konsep keinginan pemilik rumah. Terutama tentang suasana yang ingin dibangun oleh pemilik rumah.
"Ya sudah cukup banyak arsitek, desainer interior, hingga pemilik rumah beranggapan bahwa pencahayaan tidak bisa yang biasa-biasa saja. Perlu desainer lighting untuk merancangnya," ujar Yuventia.
Menurutnya, pencahayaan dipikirkan belakangan karena pada pengaplikasiannya butuh tempat khusus. paling tidak celah untuk menyimpan lampu spesial itu. Dan pastinya, untuk pencahayaan interior yang harus diperhatikan adalah kekuatan cahaya dan bentuk estetikanya. Jangan sampai kekuatan cahaya terlalu menusuk ke mata. Misalnya, downlight dibuat dalam bentuk kotak walaupun cahayanya tidak kotak. Biasanya dibuat sesuai furnitur di sekitar penempatan lampu tersebut.
Makna lighting architecture bukan hanya mengubah suasana gelap menjadi terang. Tapi di balik itu semua, ada perencanaan, manipulasi dari ruang, dan bentuk untuk mencapai fungsi teknis dan estetik.
Yuventia Chandra Director of Operation Creative Lighting Asia menjelaskan, perbedaan pencahayaan arsitektur dengan penerangan pada umumnya terlihat dari produk yang biasa digunakan dan ditemukan di pasaran. Fungsi pencahayaan biasa hanya seperti fungsi standarnya, yakni untuk penerangan.
"Fungsi penerangan hanya sampai di situ, sebab setiap ruangan membutuhkan cahaya. Tapi, kalau lighting khusus untuk arsitektur itu mempertimbangkan fungsi ruangannya juga. Strategi dan tools yang dicapai berbeda-beda karena objeknya berbeda," ungkap Yuventia pada diskusi dengan Archify.now.
Yuventia mengatakan, di bandara atau tempat umum lain misalnya, pencahayaannya tentu harus dapat menarik orang ke lokasi tertentu. Karena itu, tempat-tempat tersebut membutuhkan pencahayaan arsitektural tertentu dari desain atau produknya.
Warna pada lampu juga memberi arti sendiri. Untuk lampu kekuningan akan membuat rasa nyaman, kalem, dan rileks."Konon dapat mempengaruhi mood orang jadi lebih rileks. Lampu kuning ini jarang dipakai di kantor, tetapi di hotel, resort, kamar tidur, dan kamar mandi," ucapnya.
Sedangkan warna lampu putih untuk di perkantoran, bandara, serta tempat komersial lainnya seperti mal atau pusat perbelanjaan. Namun, itu tetap tergantung konsep yang ingin ditampilkan. Misalnya, pada kedai kopi pasti warna cahaya lampunya berbeda-beda. Sebut saja Starbucks menggunakan lampu kekuningan, sementera fore coffee memilih menggunakan lampu putih. Sama-sama kedai kopi, namun mereka punya tujuan berbeda.
Bagaimana dengan rumah tinggal? Tentu dapat diaplikasikan, namun itu kembali pada fungsi dari lighting architecture, yakni menata pencahayaan sesuai konsep keinginan pemilik rumah. Terutama tentang suasana yang ingin dibangun oleh pemilik rumah.
"Ya sudah cukup banyak arsitek, desainer interior, hingga pemilik rumah beranggapan bahwa pencahayaan tidak bisa yang biasa-biasa saja. Perlu desainer lighting untuk merancangnya," ujar Yuventia.
Menurutnya, pencahayaan dipikirkan belakangan karena pada pengaplikasiannya butuh tempat khusus. paling tidak celah untuk menyimpan lampu spesial itu. Dan pastinya, untuk pencahayaan interior yang harus diperhatikan adalah kekuatan cahaya dan bentuk estetikanya. Jangan sampai kekuatan cahaya terlalu menusuk ke mata. Misalnya, downlight dibuat dalam bentuk kotak walaupun cahayanya tidak kotak. Biasanya dibuat sesuai furnitur di sekitar penempatan lampu tersebut.