Dahsyatnya Pandemi: Bikin Milenilal Pilih Kopi Sachet dan Masak di Dapur

Selasa, 05 Januari 2021 - 17:30 WIB
loading...
Dahsyatnya Pandemi: Bikin Milenilal Pilih Kopi Sachet dan Masak di Dapur
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Peneliti marketing dari lembaga Inventure Yuswohady memberikan hasil riset terbaru yang dilakukannya, yaitu Marketing Outlook 2021. Riset tersebut dilakukan bersama antara Inventure dan lembaga Alvara.

"Di tahun 2021 ini kita akan melihat perubahan peta industri yang terbesar dalam sejarah. Indonesia akan menghadapi pergeseran industri yang masif dan ekstrim karena itu saya menyebutnya Industry Megashifts," ujar kata Yuswohady hari ini (5/1) di Jakarta.

Mayoritas respondennya adalah pria (54,6%) dengan usia di atas 20 tahun atau termasuk generasi milenial . Mereka sebagian besar merupakan karyawan swasta dan BUMN, sekaligus termasuk dalam kelompok kelas menengah dengan pendapatan di atas Rp2,5 juta. ( Baca juga:Sosok Aditya Halindra Faridzki Calon Pemimpin Tuban yang Tampan, Gaul dan Jomblo )

"Riset dilakukan pada September 2020 dengan pengandaian kondisi enam bulan setelah vaksin diproduksi. Contohnya ditanyakan enam bulan setelah vaksin diproduksi, apakah Anda akan liburan?" jelasnya.

Salah satu tren masyarakat Indonesia yang sedang naik daun sebelum pandemi adalah nongkrong sambil minum kopi, atau istilahnya 'ngopi cantik'. Segala aktivitas sedapat mungkin dikaitkan dengan aktivitas ngopi-ngopi. Mulai dari rapat kantor, ketemu klien, hingga sekedar menunggu kemacetan jalanan reda.

Namun seiring dengan konsumen yang membatasi aktivitas di luar sehingga mengurangi aktivitas nongkrong-nongkrong di kedai kopi, maka konsumen beralih ke jenis kopi yang bisa dinikmati di rumah. "Karena itu pilihan jatuh pada kopi sachet yang ternyata kembali diminati oleh konsumen," ujarnya.

Hasil risetnya secara persentase menunjukkan pilihan kopi sachet sukses menjadi pilihan utama hingga 48,4%, berikutnya kopi kemasan sebesar 36,3%, kopi literan yang sempat cukup marak sebesar 27,0%, membeli biji kopi, sebesar 18,9%, dan paket manual brew sebesar 16,7%.

Sejalan dengan aktivitas minum kopi, gaya hidup kekinian lain yang hits sebelum era pandemi adalah berkunjung ke mal. Hasil riset mengungkap bagaimana minat masyarakat untuk datang ke mal. Dari hasil studi yang dilakukan oleh Inventure-Alvara, hanya 38,3% responden yang mengaku tidak khawatir belanja di mal walaupun dalam kondisi vaksin sudah ada. Sementara sebanyak 61,6% mengaku masih khawatir tertular virus Covid-19 di mal.

Kondisi ini, menurut Yuswohady, yang kemudian perlu menjadi refleksi bagi pemilik mal di era setelah pandemi. Sepertinya tenant yang banyak, mal yang ramai dan aneka hiburan bukan lagi menjadi value proposition utama untuk konsumen datang. "Melainkan bagaimana pengelola secara ketat menerapkan protokol kesehatan di dalam mal. Ini ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada pengunjung," jelasnya.

Efek pandemi juga disebut mendorong orang semakin sering berbelanja online. Pasalnya, masyarakat masih merasa khawatir berbelanja di mal, maka berbelanja melalui platform e-commerce menjadi alternatif utama. Seiring aktivitas belana online yang meningkat, bisnis logistik ikut diuntungkan dengan perubahan perilaku konsumen ini. ( Baca juga:BLT UMKM Rp2,4 Juta Akan Ditutup Bulan Ini, Buruan Daftar Disini )

Tidak hanya sebatas mal, tapi soal higienitas juga merambah masuk dalam bisnis restoran. Sebanyak 59,7% responden menegaskan mereka masih ragu pergi ke restoran. Alasannya sederhana, karena tidak yakin resto telah menerapkan standar protokol kesehatan yang lengkap.

Ke depannya, kebersihan dan higienitas menjadi faktor pertimbangan utama bagi konsumen dalam hal memilih tempat makan. "Bukan lagi diskon, promo atau cashback yang diinginkan konsumen melainkan sejauh mana pemilik resto mempedulikan faktor keamanan dan kesehatan pelanggan," tambahnya.

Sebagai gantinya, konsumen menjadi lebih rajin memasak. Jika sebelumnya milenial adalah generasi yang tidak bisa masak, pandemi ini membuat konsumen milenial mau kembali ke dapur. Selain karena higienitas lebih terjaga, tentu saja untuk alasan menghemat.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1277 seconds (0.1#10.140)