DPR Apresiasi Terobosan Erick Thohir Produksi Alkes Dalam Negeri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima mengapresiasi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir terkait produksi alat kesehatan (alkes) serta obat-obatan dalam negeri.
Diketahui, dalam usaha penanggulangan pandemi Covid-19, Menteri Erick Thohir telah memerintahkan perusahaan di lingkungan BUMN untuk meningkatkan kapasitas di Rumah Sakit milik BUMN, memproduksi alkes serta obat-obatan dalam negeri.
PT Biofarma (BUMN) dalam waktu dekat akan memproduksi sebanyak 50.000 alat tes corona berjenis Polymerase Chain Reaction (PCR) yang disebarkan ke seluruh Indonesia.
Di samping itu, PT Len Industri (Persero) mulai memproduksi ventilator darurat untuk penanganan pasien Covid-19 yang menggunakan komponen lokal dan desain dari BPPT dan ITB. Baca Juga: Erick Minta Perusahaan BUMN Memproduksi Ventilator
Aria Bima mengapresiasi upaya tersebut agar segera diproduksi demi kemandirian kesehatan bangsa Indonesia. Karena dibutuhkan terobosan kebijakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dengan situasi pandemi.
"Harus segera diwujudkan mana-mana yang bisa segera diproduksi untuk kemandirian alat kesehatan kita. Terus terang, situasi ini kan ada dampak ringan, menengah dan panjang," kata Aria Bima dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (15/5/2020).
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mengatakan, keputusan Erick Thohir itu sudah tepat dan benar, namun harus diakselerasikan dengan berbagai instrumen yang ada.
"Struktur pasar ini berubah, yang mana alkes dan pangan menjadi konsumsi terbesar. BUMN harus segera proaktif untuk menjadikan ini sebagai momentum untuk kemandirian terhadap industri farmasi, baik itu obat-obatan dan alat kesehatan," katanya. Baca: Membangun Kemandirian Industri Alat Kesehatan dan Farmasi Saat Pandemi
Dia mengatakan, ke depan mungkin bakal terjadi lagi kasus dan gejala yang sama dengan pandemi Covid-19. Untuk menghadapi hal itu, industri farmasi Indonesia harus mampu menjawab permasalahan itu.
"Mungkin dengan kasus dan gejala yang sama akan terjadi kedepan dan ternyata kita ventilator terbatas, bahan baku masker saja tergantung India, vitamin C saja kita bahan bakunya tergantung. Inikan yang membuat upaya mengatasi penyebarannya mengalami berbagai persoalan karena ketidakmampuan kita," ujarnya.
Lewat BUMN, dia berharap negara hadir untuk mencukupi kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan dengan memproduksi kebutuhan dalam negeri. Selain itu, agar BUMN tidak hanya fokus terhadap industri farmasi namun secara keseluruhan terhadap perusahaan yang bernaung di bawahnya.
"BUMN ini jangan hanya dilihat ke farmasi tetapi juga bagaimana melihat BUMN itu sebagai development, jadi bukan hanya cost and profit tapi cost and benefit," ungkapnya.
Menurut dia, keuntungan yang paling nyata adalah kontribusi BUMN terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto. Terutama usaha untuk menciptakan investasi yang membuka lapangan kerja dan menekan impor.
"BUMN jangan hanya dihitung untuk perusahaan dan setor dividen tapi bagaimana ikut mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," pungkasnya.
Diketahui, dalam usaha penanggulangan pandemi Covid-19, Menteri Erick Thohir telah memerintahkan perusahaan di lingkungan BUMN untuk meningkatkan kapasitas di Rumah Sakit milik BUMN, memproduksi alkes serta obat-obatan dalam negeri.
PT Biofarma (BUMN) dalam waktu dekat akan memproduksi sebanyak 50.000 alat tes corona berjenis Polymerase Chain Reaction (PCR) yang disebarkan ke seluruh Indonesia.
Di samping itu, PT Len Industri (Persero) mulai memproduksi ventilator darurat untuk penanganan pasien Covid-19 yang menggunakan komponen lokal dan desain dari BPPT dan ITB. Baca Juga: Erick Minta Perusahaan BUMN Memproduksi Ventilator
Aria Bima mengapresiasi upaya tersebut agar segera diproduksi demi kemandirian kesehatan bangsa Indonesia. Karena dibutuhkan terobosan kebijakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dengan situasi pandemi.
"Harus segera diwujudkan mana-mana yang bisa segera diproduksi untuk kemandirian alat kesehatan kita. Terus terang, situasi ini kan ada dampak ringan, menengah dan panjang," kata Aria Bima dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (15/5/2020).
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mengatakan, keputusan Erick Thohir itu sudah tepat dan benar, namun harus diakselerasikan dengan berbagai instrumen yang ada.
"Struktur pasar ini berubah, yang mana alkes dan pangan menjadi konsumsi terbesar. BUMN harus segera proaktif untuk menjadikan ini sebagai momentum untuk kemandirian terhadap industri farmasi, baik itu obat-obatan dan alat kesehatan," katanya. Baca: Membangun Kemandirian Industri Alat Kesehatan dan Farmasi Saat Pandemi
Dia mengatakan, ke depan mungkin bakal terjadi lagi kasus dan gejala yang sama dengan pandemi Covid-19. Untuk menghadapi hal itu, industri farmasi Indonesia harus mampu menjawab permasalahan itu.
"Mungkin dengan kasus dan gejala yang sama akan terjadi kedepan dan ternyata kita ventilator terbatas, bahan baku masker saja tergantung India, vitamin C saja kita bahan bakunya tergantung. Inikan yang membuat upaya mengatasi penyebarannya mengalami berbagai persoalan karena ketidakmampuan kita," ujarnya.
Lewat BUMN, dia berharap negara hadir untuk mencukupi kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan dengan memproduksi kebutuhan dalam negeri. Selain itu, agar BUMN tidak hanya fokus terhadap industri farmasi namun secara keseluruhan terhadap perusahaan yang bernaung di bawahnya.
"BUMN ini jangan hanya dilihat ke farmasi tetapi juga bagaimana melihat BUMN itu sebagai development, jadi bukan hanya cost and profit tapi cost and benefit," ungkapnya.
Menurut dia, keuntungan yang paling nyata adalah kontribusi BUMN terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto. Terutama usaha untuk menciptakan investasi yang membuka lapangan kerja dan menekan impor.
"BUMN jangan hanya dihitung untuk perusahaan dan setor dividen tapi bagaimana ikut mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," pungkasnya.
(bon)