Fokus BRI Boleh ke Bisnis Mikro, Tapi Dampaknya Makro ke Ekonomi Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama BRI, Sunarso menyiratkan optimisme untuk menyambut tahun 2021, dimana fundamental perseroan semakin sehat dan kuat. Hal itu berkat strategi yang fokus pada penyelamatan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta menjadi mitra utama pemerintah dalam mendukung keberhasilan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) .
“Dengan kondisi fundamental yang sehat dan kuat, BRI Group makin optimistis bisa memberikan dan men-deliver value kepada seluruh stakeholders dengan tetap menjadi mitra utama pemerintah dalam upaya membangkitkan perekonomian nasional. BRI memang fokusnya kepada bisnis mikro, namun memberikan dampak makro terhadap perekonomian Indonesia,” ujar Dirut BRI, Sunarso pada acara Pemaparan Kinerja BRI Kuartal IV 2020 di Jakarta, Jumat (29/1/2021).
Strategi yang diambil BRI Group dalam kaitannya menjaga agar kinerjanya tetap sustain nyatanya diapresiasi oleh para investor. Hal tersebut tercermin dari peningkatan harga saham BBRI yang telah melewati harga sebelum pandemi bahkan menembus harga tertingginya (all time high).
Kenaikan harga saham BBRI tersebut menjadikan BRI sebagai emiten BUMN pertama yang kapitalisasi pasarnya menembus angka Rp 600 triliun, atau lebih tepatnya Rp603,06 triliun pada 20 Januari 2021 yang lalu.
Pengakuan terhadap kinerja BRI sepanjang tahun 2020 pun datang tak hanya dari tingkat nasional, namun juga regional dan internasional. Tercatat BRI mendapatkan lebih dari 70 penghargaan bergengsi di sepanjang tahun 2020. Beberapa diantaranya yakni:
Best Issuer for Sustainable Finance dan Best Sustainability Bond dari The Asset. Top 1000 World Banks: BRI Ranked 1st in Indonesia dari The Banker. Best of The Best Companies 2020 dan 1st Indonesia’s Largest Public Companies dari Forbes Indonesia. The Best Retail Banking in Indonesia dari The Asian Banker. Bank Pendukung UMKM Terbaik (kategori Bank Buku 3 & 4) dari Bank Indonesia.
Sosok Sunarso sebagai CEO juga dinilai berhasil menahkodai BRI di tengah turbulensi ekonomi, hal tersebut ditunjukkan dengan sejumlah penghargaan bergengsi yang diperoleh. Di antaranya Tokoh Finansial Indonesia 2020 kategori Perbankan atau sebagai Top National Banker 2020, The Best CEO in Banking Transformation pada ajang CNBC Indonesia Award 2020, The Best CEO of The Year untuk kategori Sustainable Development Goals Contribution di ajang People of The Year 2020, CEO Visioner Perusahaan Tbk Terbaik dan CEO Talent Development terbaik dalam ajang 9th Anugerah BUMN 2020, serta The Best CEO di ajang Bisnis Indonesia TOP BUMN Award 2020.
Penyaluran Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) yang sudah dilakukan sejak 17 Agustus 2020 terbukti banyak membawa manfaat untuk keberlangsungan bisnis pengusaha UMKM. Tidak hanya itu, penyaluran BPUM yang selama ini dilakukan melalui mitra penyalur, salah satunya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga diakui cepat dan mudah prosesnya.
Hingga akhir 2020, BRI sudah menyalurkan Rp18,5 triliun dana BPUM kepada 7,7 juta penerima di berbagai daerah. Penyaluran BPUM akan dilanjutkan BRI hingga akhir Januari, sesuai ketentuan yang dikeluarkan Kementerian Koperasi dan UKM.
BRI akan terus menyalurkan BPUM atau BLT UMKM kepada para penerima hingga 31 Januari 2021. Adaapun penyaluran BPUM yang selama ini dilakukan BRI telah mengandalkan teknologi dan telah mengimplementasikan protokol kesehatan, sehingga menjamin keamanan serta kenyamanan penerima.
Pengakuan ini juga datang salah satunya dari pemilik usaha kacang mete asal Makassar, Sulawesi Selatan, Lily Nuryah. Perempuan berusia 49 tahun ini menjadi satu dari 11,8 juta lebih pelaku UMKM yang berhak atas BPUM senilai Rp2,4 juta dari pemerintah.
Lily bercerita, dirinya mendapat BPUM pada Agustus 2020 atau beberapa saat setelah penyaluran bantuan tersebut dimulai. Dia mengetahui program BPUM dari SMS yang dikirimkan BRI kepadanya. Setelah melakukan verifikasi ke kantor BRI, dia yakin bahwa dirinya mendapat bantuan tersebut.
Awalnya Lily khawatir proses pencairan BPUM akan memakan waktu dan proses panjang, karena pengumuman bantuan tersebut diterimanya saat dia sedang berada di DKI Jakarta. Akan tetapi, berkat bantuan dan koordinasi cepat yang dilakukan BRI, Lily bisa mendapat haknya dengan cepat setelah SMS penyaluran bantuan diterima.
“Saya urus prosesnya di kantor BRI di Jalan Kramat Raya, mereka membantu koordinasi dengan BRI Makassar dan proses sangat mudah penyaluran BPUM itu. Prosesnya dipermudah banget, saya nggak direpotkan dan hanya perlu membawa dokumen yang diperlukan termasuk legalitas usaha,” ujar Lily.
Ibu dua anak ini mengaku sangat terbantu dengan pencairan BPUM yang cepat dan mudah, karena ia begitu membutuhkan bantuan untuk menambah modal usaha. Sokongan diperlukan Lily karena pandemi Covid-19 menggerus omzet penjualan kacang mete merek Bunly miliknya.
Penurunan omzet mencapai 20-30 persen, dan turut mengurangi cadangan modal. Padahal, Lily masih harus belanja bahan baku untuk produksi kacang mete. Setelah menerima BPUM, Lily mengaku langsung berbelanja bahan baku untuk usahanya yang sudah berjalan sejak 2017 lalu.
Alhasil, roda bisnis kacang mete Bunly dapat terjaga meski omzet belum kembali seperti di waktu normal yang bisa mencapai Rp10 juta hingga Rp15 juta per bulan.
“Saya manfaatkan kondisi pandemi ini dengan mulai berjualan online dan mencari pasar lebih luas lagi. Sekarang produk saya sudah ada di beberapa marketplace dan dijual dengan harga per bungkus Rp45 ribu. Saya juga perbanyak kesempatan reseller. Kesempatan saya membuka peluang reseller baru dimulai sejak 1-2 tahun lalu, berkat bantuan BRI juga karena keikutsertaan saya di Rumah BUMN BRI Makassar," jelasnya.
“Dengan kondisi fundamental yang sehat dan kuat, BRI Group makin optimistis bisa memberikan dan men-deliver value kepada seluruh stakeholders dengan tetap menjadi mitra utama pemerintah dalam upaya membangkitkan perekonomian nasional. BRI memang fokusnya kepada bisnis mikro, namun memberikan dampak makro terhadap perekonomian Indonesia,” ujar Dirut BRI, Sunarso pada acara Pemaparan Kinerja BRI Kuartal IV 2020 di Jakarta, Jumat (29/1/2021).
Strategi yang diambil BRI Group dalam kaitannya menjaga agar kinerjanya tetap sustain nyatanya diapresiasi oleh para investor. Hal tersebut tercermin dari peningkatan harga saham BBRI yang telah melewati harga sebelum pandemi bahkan menembus harga tertingginya (all time high).
Kenaikan harga saham BBRI tersebut menjadikan BRI sebagai emiten BUMN pertama yang kapitalisasi pasarnya menembus angka Rp 600 triliun, atau lebih tepatnya Rp603,06 triliun pada 20 Januari 2021 yang lalu.
Pengakuan terhadap kinerja BRI sepanjang tahun 2020 pun datang tak hanya dari tingkat nasional, namun juga regional dan internasional. Tercatat BRI mendapatkan lebih dari 70 penghargaan bergengsi di sepanjang tahun 2020. Beberapa diantaranya yakni:
Best Issuer for Sustainable Finance dan Best Sustainability Bond dari The Asset. Top 1000 World Banks: BRI Ranked 1st in Indonesia dari The Banker. Best of The Best Companies 2020 dan 1st Indonesia’s Largest Public Companies dari Forbes Indonesia. The Best Retail Banking in Indonesia dari The Asian Banker. Bank Pendukung UMKM Terbaik (kategori Bank Buku 3 & 4) dari Bank Indonesia.
Sosok Sunarso sebagai CEO juga dinilai berhasil menahkodai BRI di tengah turbulensi ekonomi, hal tersebut ditunjukkan dengan sejumlah penghargaan bergengsi yang diperoleh. Di antaranya Tokoh Finansial Indonesia 2020 kategori Perbankan atau sebagai Top National Banker 2020, The Best CEO in Banking Transformation pada ajang CNBC Indonesia Award 2020, The Best CEO of The Year untuk kategori Sustainable Development Goals Contribution di ajang People of The Year 2020, CEO Visioner Perusahaan Tbk Terbaik dan CEO Talent Development terbaik dalam ajang 9th Anugerah BUMN 2020, serta The Best CEO di ajang Bisnis Indonesia TOP BUMN Award 2020.
Penyaluran Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) yang sudah dilakukan sejak 17 Agustus 2020 terbukti banyak membawa manfaat untuk keberlangsungan bisnis pengusaha UMKM. Tidak hanya itu, penyaluran BPUM yang selama ini dilakukan melalui mitra penyalur, salah satunya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga diakui cepat dan mudah prosesnya.
Hingga akhir 2020, BRI sudah menyalurkan Rp18,5 triliun dana BPUM kepada 7,7 juta penerima di berbagai daerah. Penyaluran BPUM akan dilanjutkan BRI hingga akhir Januari, sesuai ketentuan yang dikeluarkan Kementerian Koperasi dan UKM.
BRI akan terus menyalurkan BPUM atau BLT UMKM kepada para penerima hingga 31 Januari 2021. Adaapun penyaluran BPUM yang selama ini dilakukan BRI telah mengandalkan teknologi dan telah mengimplementasikan protokol kesehatan, sehingga menjamin keamanan serta kenyamanan penerima.
Pengakuan ini juga datang salah satunya dari pemilik usaha kacang mete asal Makassar, Sulawesi Selatan, Lily Nuryah. Perempuan berusia 49 tahun ini menjadi satu dari 11,8 juta lebih pelaku UMKM yang berhak atas BPUM senilai Rp2,4 juta dari pemerintah.
Lily bercerita, dirinya mendapat BPUM pada Agustus 2020 atau beberapa saat setelah penyaluran bantuan tersebut dimulai. Dia mengetahui program BPUM dari SMS yang dikirimkan BRI kepadanya. Setelah melakukan verifikasi ke kantor BRI, dia yakin bahwa dirinya mendapat bantuan tersebut.
Awalnya Lily khawatir proses pencairan BPUM akan memakan waktu dan proses panjang, karena pengumuman bantuan tersebut diterimanya saat dia sedang berada di DKI Jakarta. Akan tetapi, berkat bantuan dan koordinasi cepat yang dilakukan BRI, Lily bisa mendapat haknya dengan cepat setelah SMS penyaluran bantuan diterima.
“Saya urus prosesnya di kantor BRI di Jalan Kramat Raya, mereka membantu koordinasi dengan BRI Makassar dan proses sangat mudah penyaluran BPUM itu. Prosesnya dipermudah banget, saya nggak direpotkan dan hanya perlu membawa dokumen yang diperlukan termasuk legalitas usaha,” ujar Lily.
Ibu dua anak ini mengaku sangat terbantu dengan pencairan BPUM yang cepat dan mudah, karena ia begitu membutuhkan bantuan untuk menambah modal usaha. Sokongan diperlukan Lily karena pandemi Covid-19 menggerus omzet penjualan kacang mete merek Bunly miliknya.
Penurunan omzet mencapai 20-30 persen, dan turut mengurangi cadangan modal. Padahal, Lily masih harus belanja bahan baku untuk produksi kacang mete. Setelah menerima BPUM, Lily mengaku langsung berbelanja bahan baku untuk usahanya yang sudah berjalan sejak 2017 lalu.
Alhasil, roda bisnis kacang mete Bunly dapat terjaga meski omzet belum kembali seperti di waktu normal yang bisa mencapai Rp10 juta hingga Rp15 juta per bulan.
“Saya manfaatkan kondisi pandemi ini dengan mulai berjualan online dan mencari pasar lebih luas lagi. Sekarang produk saya sudah ada di beberapa marketplace dan dijual dengan harga per bungkus Rp45 ribu. Saya juga perbanyak kesempatan reseller. Kesempatan saya membuka peluang reseller baru dimulai sejak 1-2 tahun lalu, berkat bantuan BRI juga karena keikutsertaan saya di Rumah BUMN BRI Makassar," jelasnya.
(akr)