Nasib Bisnis Kedai Kopi di Tengah Pembatasan Kegiatan Jawa-Bali

Jum'at, 29 Januari 2021 - 15:03 WIB
loading...
Nasib Bisnis Kedai Kopi di Tengah Pembatasan Kegiatan Jawa-Bali
Pandemi Covid-19 telah mengubah tren bisnis kedai kopi di 2021. Adanya pembatasan kegiatan Jawa-Bali selama pandemi membuat kafe tidak lagi dikunjungi sebagai tempat pertemuan atau lokasi bekerja. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah mengubah tren bisnis kedai kopi di 2021. Adanya pembatasan kegiatan selama pandemi membuat kafe tidak lagi dikunjungi sebagai tempat pertemuan atau lokasi bekerja.

Konsultan Food and Beverage (F&B) Renaldy Wicaksono mengatakan, bisnis kedai kopi sebelum pandemi Covid-19 sangat menjanjikan karena sudah menjadi bagian gaya hidup konsumen. Namun kini konsumen beralih untuk mengopi di rumah karena adanya pembatasan sosial.

"Pandemi ini memang agak berat. Kebanyakan orang minum kopi datang ke tempat dan ramainya di atas jam 7 malam. Dampaknya sangat terasa, bukan hanya bagi kedai kopi, tapi seluruh pengusaha F&B juga merasakan," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Jumat (29/1/2021).



Dia melanjutkan, persaingan bisnis kedai kopi masih menarik. Pemilik usaha kedai kopi akan bersaing memperebutkan pelanggan dengan sajian minuman kopi berkualitas, harga, hingga konsep gerai. Hal ini yang menjadi daya tarik kedai kopi bagi konsumen.

Menurut dia, rasa dan suasana kedai kopi menjadi pilihan bagi penikmat kopi. "Pemilik usaha harus punya identitas yang kuat. Mereka harus menciptakan tempat nongkrong bagi konsumen. Apakah itu tempat nongkrong anak sepeda, anak mobil, itu yang bisa menarik tamu-tamu lain untuk datang secara tidak langsung," tuturnya.



Saat ini kedai kopi lokal semakin menjamur dengan konsep ruang terbuka. Hal ini pun perlahan menggeser konsumen kopi dari kafe kelas atas ke tempat lebih sederhana. Menurut Renaldy, persaingan memang semakin ketat karena banyaknya kedai kopi lokal yang menjamur. Namun semua bergantung pada pemilik usaha dalam menggaet pelanggan.

"Persaingan sangat ketat, istilahnya tiap tikungan banyak kedai kopi. Tinggal pilih mau yang mana. Memang semuanya mesti bersaing secara bener-benar dan paradigma orang ngopi itu butuh tempat duduk yang nyaman untuk ngobrol, ketemu orang," tuturnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.9243 seconds (0.1#10.140)