Terangi Desa Bantilang, PLN Andil Tingkatkan Kualitas Lada Sulsel

Kamis, 04 Februari 2021 - 13:43 WIB
loading...
Terangi Desa Bantilang, PLN Andil Tingkatkan Kualitas Lada Sulsel
Peresmian listrik desa beberapa waktu lalu oleh Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman. Kehadiran listrik 24 jam PLN membantu tingkatkan kualitas lada. Foto: PLN
A A A
LUWU TIMUR - Matahari baru saja muncul dari peraduannya. Jam menunjukkan pukul 06.30 Wita, di sebuah teras rumah berlokasi di Desa Bantilang, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur (Lutim), terlihat seorang pria paruh baya sedang sibuk membentangkan terpal plastik, di dalamnya berisi banyak bebijian lada berwarna hijau kecoklatan setengah kering. Adalah Muhammad Alhakam, 42 tahun, warga Desa Bantilang yang sehari-harinya menjadi petani lada .

Bantilang adalah satu dari lima desa yang menjadi lumbung penghasil lada terbesar di Kecamatan Towuti, Lutim. Lokasi kebun merica di Desa Bantilang berada di daerah perbukitan Gunung Masokkoran dan Batu Putih Danau Towuti. Ada lima desa di Kecamatan Towuti yang menjadi lumbung penghasil merica terbesar di Lutim, yaitu Desa Bantilang, Masiku, Tokalimbo, Ranteangin, dan Loeha.



Jarak tempuh melalui jalur laut sekitar 1 jam 15 menit menggunakan kapal kayu , jika menggunakan speedboat bisa 35 menit. Lewat darat sekitar 4 jam harus mengitari beberapa desa lainnya.

Sulitnya akses menuju Desa Bantilang membuat beberapa aktivitas terbatas. Meski demikian, untuk produksi lada menjadi terdepan di Sulsel.

Beruntung, komitmen Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mendorong percepatan rasio elektrifikasi di sejumlah desa terus diwujudkan. Akhirnya, pada 2019 warga Desa Bantilang bisa bernafas lega. Jika sebelumnya mereka harus bersabar menikmati listrik pukul 06.00 Wita hingga 12.00 Wita malam selama beberapa tahun, kini listrik bisa dinikmati selama 24 jam.
Terangi Desa Bantilang, PLN Andil Tingkatkan Kualitas Lada Sulsel

Hadirnya PLN melistrik Desa Bantilang, dirasakan Hakam, sapaan akrabnya sangat memberikan multiplier effect terhadap kehidupan warga. Tidak saja di sektor pendidikan bisa menerangi kebutuhan belajar dan mengajar, tapi juga di sektor ekonomi, utamanya peningkatan kualitas lada petani bisa berperan.

“Dahulu ketika listik hanya 12 jam saja menyala, beberapa aktivitas harus ditunda. Saat ini semua sudah 24 jam, jadi warga bisa beraktivitas dengan maksimal. Seperti petani lada , kini tidak saja mengandalkan matahari mengeringkan lada mereka tapi juga bisa memanfaatkan mesin pengering dengan memanfaatkan listrik PLN ,” ujarnya, saat dihubungi, baru-baru ini.

Dia menjelaskan, lada sebelum dikirim dilakukan pengepakan, di mana pengepakan itu menggunakan listrik karena pakai kipas angin.



“Kan kalau barang diekspor itu harus bersih pasti dikipas. Pasti juga ada yang punya mesin, nah bagi yang tidak punya mesin kan itu pengepakan dilakukan tiap hari, ketika lagi mau mengemas barang lada untuk ekspor. Sejak PLN beroperasi 24 jam semua semakin mudah,” jelasnya.

Menurutnya lagi, hadirnya PLN juga membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan mudahnya akses komunikasi ke seluruh penjuru tanah air.

“Di Bantilang, ada satu BTS miliki Telkomsel , kadang jika listrik padam komunikasi terganggu meski ada genset tapi semua serba terbatas. Saat ini, semua jaringan promosi bisa digunakan memperkenalkan produk unggul Desa Bantilang melalui media sosial dan lainnya,” tuturnya.

Desa Bantilang dihuni 600 kepala keluarga (KK) dengan mayoritas mata pencaharian sebagai petani lada .

Kepala Desa Bantilang , Iqbal mengungkapkan, hadirnya PLN sangat membantu peningkatan kehidupan masyarakat desa, yang sangat terasa dari sisi pemasaran komoditas lada . Dengan rata-rata satu musim panen hasilnya mencapai 500 hingga 700 ton, membuat komoditas semakin mudah diekspor karena lancarnya komunikasi dan proses peningkatan kualitas.



“Alhamdulillah, kualitas lada Desa Bantilang semakin meningkat. Karena sudah bisa memanfaatkan beberapa peralatan dengan sumber listrik PLN . Ekspor juga lancar yang kebanyakan dikirim ke Cina dan Vietnam,” ungkapnya.

27 Desember 2019, bagi Iqbal menjadi momentum bersejarah sebab di situlah mulai dirasakan hadirnya listrik 24 jam, sehingga warga tidak lagi harus merogoh kocek lebih besar membeli solar untuk genset.

PLN Listriki Lima Desa di Luwu Timur

PLN melistriki lima desa, di Desa Bantilang, Kecamantan Towuti Luwu Timur secara penuh atau 24 jam, yang sebelumnya hanya menikmati 12 jam pukul 18.00 Wita-05.00 Wita.

Lima desa tersebut adalah Desa Loeha, Bantilang, Tokalimbo, Ranteangin, dan Masiku.



Penuh tantangan bagi PLN melistriki wilayah tersebut, karena harus menyeberang danau dan akses jalur darat yang juga belum mulus.

Di kawasan tersebut, PLN memiliki 924 pelanggan dengan potensi penambahan 200 pelanggan.

PLN membangun sepanjang 45 KMS jaringan tegangan menengah. Bersamaan dengan beroperasinya JTM tersebut, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Loeha juga dinonaktifkan sehingga penyaluran tenaga listrik lebih efisien.
Terangi Desa Bantilang, PLN Andil Tingkatkan Kualitas Lada Sulsel

Manager UP2K PLN Sulawesi Selatan, Syaifuddin menjelaskan, akhir tahun 2019 bersama Bupati Lutim, Almarhum Muhammad Thoriq Husler dan unsur muspida di daerah tersebut, pihaknya mengoperasikan jaringan listrik untuk melayani masyarkat di lima desa di Kecamatan Towuti, Kabupaten Lutim.

Lima desa ini sebelumnya sudah berlistrik namun hanya 6 jam, yakni jam 06.00 Wita sampai 12.00 malam, sehingga masyarakat begitu antusias dengan hadirnya layanan PLN , seremonialnya ramai sekali, sambutan masyarakat begitu hangat.



“Proses pembangunan jaringan listrik ini cukup fenomenal, karena kami membangun jaringan listrik sepanjang 50 km, mengintari Danau Towuti dengan kondisi jalan yang rusak berat,” terangnya.

Proses pembangunannya kurang lebih tiga bulan, melibatkan sekitar 300 orang tenaga kerja mitra PLN dan dukungan alat berat dari Pemkab Lutim , serta izin melintas yang diberikan oleh PT Vale membuat pekerjaan ini dapat selesai tepat waktu, sehingga masyarakat di Desa Bantilang, Desa Tokalimbo, Desa Rantenagin, Desa Loeha & Desa Massiku dapat menikmati layanan PLN selama 24 Jam.

Dia memaparkan, untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Provinsi Sulawesi Selatan, PLN UIW Sulselrabar , UP2K Sulsel melaksanakan pembangunan jaringan listrik ke pelosok-pelosok desa yang tersebar di 21 Kabupaten di Sulawesi selatan. Jaringan listrik tersebut yang akan menghantarkan tenaga listrik hingga ke rumah masyarakat yang selama ini belum mendapatkan pelayanan dari PLN .

“Berdasarkan hitungan kami, rasio elektrifikasi Provinsi Sulawesi Selatan saat ini sebesar 99,99%, yang terdiri dari rumah tangga pengguna listrik PLN & rumah tangga pengguna listrik non PLN ,” terangnya.



Ada beberapa daerah yang sulit dijangkau yakni Kecamatan Pasilambena, Pasimarannu dan Kecamatan Takabonerate di Kabupaten Kepulauan Selayar. Lalu, Kecamatan Liukang Tangaya, Liukang Kalmas, Liukang Tupabbiring dan Liukang Tupabbiring Utara di Kabupaten Pangkep. Ada juga di Kecamatan Seko & Rampi di Luwu Utara, serta Kecamatan Simbuang di Tana Toraja

Syaifuddin mengatakan, kendala utama yang ditemui adalah akses jalan yang masih sangat terbatas untuk mobilisasi material, karena sebagian material PLN solid, tak bisa dibongkar pasang. Sehingga, pihaknya terus mendukung upaya pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan jalan & falisitas pendukungnya, sehingga pihaknya bisa menghadirkan pelayanan kepada masyarakat di pelosok desa, begitu pula dengan akses pelayaran di pulau-pulau kecil yang masih sangat terbatas.

Diakuinya, program listrik desa ini hanyalah salah satu dari sekian banyak program yang diluncurkan pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, misalnya pelosok-pelosok yang belum menikmati listrik, maka dilakukan pembangunan jaringan listrik PLN .



Ada juga di tempat lain yang masih sulit dijangkau oleh PLN , dilakukan pembangunan pembangkit listrik mini oleh Kementerian ESDM & dioperasikan oleh swasta maupun masyarakat sekitar.

Sedangkan bagi masyarakat yang hidup berpencar/tidak bedomisili di satu titik perkampungan oleh pemerintah dipasangkan listrik tenaga surya hemat energi (LTSHE).
Terangi Desa Bantilang, PLN Andil Tingkatkan Kualitas Lada Sulsel

Dijelaskannya, masyarakat ada juga yang sudah terjangkau jaringan listrik, namun belum menikmati pelayanan PLN karena terkendala biaya, sedapat mungkin akan diupayakan oleh pemerintah & PLN untuk segera mendapatkan akses listrik, baik itu berupa program sosial, CSR BUMN , maupun dari program internal PLN .

“Program listrik desa merupakan ikhtiar dari PLN untuk mengahdirkan tenaga listrik di pelosok-pelosok desa, karena kami menyadari bahwa tenaga listrik merupakan kebutuhan primer masyarakat, di pelosok desa sendiri sebenarnya sudah ada akses listrik. Namun itu sangat terbatas, sehingga masyarakat kita tetap mendambakan pelayanan listrik yang handal layaknya yang dinikmati oleh orang di kota, oleh karena itu dengan niat yang tulus kami mengupayakan menghadirkan pelayanan PLN di pelosok desa,” katanya.

Selama tahun 2020, PLN UIW Sulselrabar telah merampungkan pembangunan kelistrikan di 146 dusun/desa di Sulawesi Selatan, dengan potensi 9.400 masyarakat yang dapat dilayani.



“Mengingat kendala utama kami adalah akses jalan dan izin penggunaan kawasan hutan, kami berharap dukungan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten maupun saudara-saudara kami para kepala desa untuk bahu membahu, bersinergi dalam perbaikan fasilitas, berupa perbaikan jalan, jembatan dan akses pelayaran untuk kepentingan mobilisasi meterial,” harapnya.

Tidak lupa juga pihaknya memohon dukungan instansi vertikal seperti Dinas ESDM, Dinas Kehutanan, agar meningkatkan sinergi yang selama ini sudah terbangun, dan kepada masyarakat pihaknya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan supportnya kepada PLN .

2020, Ekspor Lada Meningkat

Nilai ekspor komoditas lada Sulawesi Selatan (Sulsel) tumbuh signifikan meski di tengah pandemi Covid-19 . Tercatat, sepanjang tahun 2020 lalu, nilai ekspor lada Sulsel mencapai USD 17,6 juta atau setara dengan Rp247 miliar (kurs Rp14.086).

Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 24,93 persen jika dibandingkan dengan ekspor lada Sulsel pada tahun 2019 lalu yang hanya mencapai USD 14 juta atau setara dengan Rp198 miliar. Meski demikian, dari segi volume ekspor lada Sulsel turun 14,84 persen, yaitu dari 5.580 ton pada tahun 2019 menjadi 4.752 ton tahun 2020.
Hal tersebut diuraikan oleh Kabid Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Provinsi Sulsel, Dewa Nyoman Mahendra, baru-baru ini.



Dia menuturkan, negara tujuan ekspor lada Sulsel terbesar pada tahun 2020 adalah Vietnam (2.415 ton), disusul China (2.303 ton), Malaysia (16,90 ton) dan Thailand (16,90 ton).
Terangi Desa Bantilang, PLN Andil Tingkatkan Kualitas Lada Sulsel

"Kualitas merica kita bagus sekali, jadi tidak perlu khawatir dengan pemasaran kita di internasional," kata Nyoman optimis.



Dari total eskpor tersebut, jenis lada yang paling banyak dikirim adalah raw material, baik itu merica putih maupun merica hitam. "Kebanyakan raw material. Ada juga ekspor lada yang sudah dikemas tapi sedikit sekali," katanya.

Adapun daerah penghasil lada terbesar di Sulsel adalah Luwu Timur. Dari total 4.752 ton ekspor lada Sulsel pada tahun 2020, 60 persen lebih didatangkan dari Luwu Timur. "Penghasil lada terbesar memang Luwu Timur. Tapi ada juga dari beberapa kabupaten lain, seperti Sinjai," urai Nyoman.

Dari total eskpor tersebut, jenis lada yang paling banyak dikirim adalah raw material, baik itu lada putih maupun lada hitam. "Kebanyakan raw material. Ada juga ekspor lada yang sudah dikemas tapi sedikit sekali," katanya.

Adapun daerah penghasil lada terbesar di Sulsel adalah Luwu Timur. Dari total 4.752 ton ekspor lada Sulsel pada tahun 2020, 60 persen lebih didatangkan dari Luwu Timur. "Penghasil lada terbesar memang Luwu Timur. Tapi ada juga dari beberapa kabupaten lain, seperti Sinjai," urai Nyoman.
(luq)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4263 seconds (0.1#10.140)