Hadapi New Normal, Sektor Pariwisata Mesti Sediakan Destinasi Alternatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sektor pariwisata yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 tengah memasuki era normal baru (new normal). Untuk menyambut perubahan paradigma itu, para pelaku usaha harus menyiapkan sejumlah destinasi wisata alternatif.
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) mengatakan dampak virus Corona telah mempercepat perubahan paradigma pariwisata secara global. "Awalnya saya perkirakan tahun 2030, namun ternyata di tahun 2020 paradigma new normal atau normal baru tersebut muncul," kata Azril dalam seminar daring di Jakarta, Sabtu (16/5/2020).
(Baca Juga: Bantu Industri Parekraf Hadapi Covid-19, Ini Langkah Strategis Kemenparekraf)
Ia menjelaskan, paradigma baru ini akan mengubah perilaku wisatawan baik domestik maupun mancanegara secara signifikan. Wisatawan akan mencari tempat wisata yang mengedepankan keselamatan sebagai andalan utamanya.
"Sebelumnya, orang berwisata untuk mencari ketenangan. Namun sekarang wisatawan tidak lagi cenderung mencari ketenangan melainkan keselamatan saat berwisata" ujar Azril.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Sales Travel Indonesia (Asati) Syukri Machmud mengatakan, dalam menghadapi keadaan new normal, para pelaku bisnis agen perjalanan wisata harus bisa memberikan destinasi alternatif.
"Pelaku usaha harus bisa memberikan destinasi alternatif, seperti kota kedua dengan mengedepankan nilai budaya daerah wisata tersebut," kata Syukri.
Syukri menjelaskan, agen wisata juga harus bisa mengeksplorasi destinasi-destinasi wisata yang bisa merepresentasikan kekayaan dan keragaman budaya alam Indonesia. Para pelaku usaha harus bisa mengemas nilai-nilai tradisi warisan budaya Indonesia untuk menjadi produk menarik.
"Pelaku bisnis agen wisata juga harus mampu menyajikan destinasi-destinasi pariwisata Indonesia dalam industri kreatif melalui sentuhan teknologi modern" terang Syukri.
Selain itu, ia menambahkan, para pelaku bisnis agen wisata harus bisa mengikuti tren digital. Hal ini dilakukan untuk bisa bertahan dalam kondisi normal baru. "Para pelaku travel agent harus mengikuti tren digital dan tidak lagi mengandalkan walk in service," pungkasnya.
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) mengatakan dampak virus Corona telah mempercepat perubahan paradigma pariwisata secara global. "Awalnya saya perkirakan tahun 2030, namun ternyata di tahun 2020 paradigma new normal atau normal baru tersebut muncul," kata Azril dalam seminar daring di Jakarta, Sabtu (16/5/2020).
(Baca Juga: Bantu Industri Parekraf Hadapi Covid-19, Ini Langkah Strategis Kemenparekraf)
Ia menjelaskan, paradigma baru ini akan mengubah perilaku wisatawan baik domestik maupun mancanegara secara signifikan. Wisatawan akan mencari tempat wisata yang mengedepankan keselamatan sebagai andalan utamanya.
"Sebelumnya, orang berwisata untuk mencari ketenangan. Namun sekarang wisatawan tidak lagi cenderung mencari ketenangan melainkan keselamatan saat berwisata" ujar Azril.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Sales Travel Indonesia (Asati) Syukri Machmud mengatakan, dalam menghadapi keadaan new normal, para pelaku bisnis agen perjalanan wisata harus bisa memberikan destinasi alternatif.
"Pelaku usaha harus bisa memberikan destinasi alternatif, seperti kota kedua dengan mengedepankan nilai budaya daerah wisata tersebut," kata Syukri.
Syukri menjelaskan, agen wisata juga harus bisa mengeksplorasi destinasi-destinasi wisata yang bisa merepresentasikan kekayaan dan keragaman budaya alam Indonesia. Para pelaku usaha harus bisa mengemas nilai-nilai tradisi warisan budaya Indonesia untuk menjadi produk menarik.
"Pelaku bisnis agen wisata juga harus mampu menyajikan destinasi-destinasi pariwisata Indonesia dalam industri kreatif melalui sentuhan teknologi modern" terang Syukri.
Selain itu, ia menambahkan, para pelaku bisnis agen wisata harus bisa mengikuti tren digital. Hal ini dilakukan untuk bisa bertahan dalam kondisi normal baru. "Para pelaku travel agent harus mengikuti tren digital dan tidak lagi mengandalkan walk in service," pungkasnya.
(fai)