Bos PLN: Era Pandemi, Berani Transformasi atau Mati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini membeberkan, alasan Menteri BUMN Erick Thohir megharuskan perseroan pelat merah melakukan transformasi . Langkah itu wujud dari sikap respon BUMN atas dinamika bisnis yang terus berubah-ubah.
BUMN dituntut untuk terus menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah. Kesiapan perseroan negara dalam menyambut perubahan itu dinilai menjadi titik penting untuk menguji apakah manajemen atau direksi bisa menjadi pemimpin dengan baik atau justru gagal. Zulkifli menyebut, pada akhirnya kemampuan direksi diuji pada saat mereka akan melakukan transformasi bagi bisnis negara tersebut.
"Banyak yang mengatakan kenapa kita harus melakukan transformasi, bahkan dengan simpel saya ingin menjelaskan, pertama tadi sudah saya jelaskan kita melakukan transformasi karena lingkungan bisnis yang berubah, kalau kita tidak berubah kita akan ditinggalkan oleh pelanggan. Itu lah sebab utama mengapa kita harus lakukan transformasi," ujar dia dalam Wibinar Kamis (18/2/2021).
Baca Juga: Transformasi Menuju Presisi, Kapolri Listyo Sigit Minta Jajarannya Terus Berinovasi
Kedua, perseroan tidak bisa melakukan hal yang sama untuk mendapatkan hasil yang berbeda. Khusus untuk manajemen, tidak bisa melakukan sesuatu dengan cara-cara yang sama dengan waktu yang lalu dan saat ini. "Namun kita harus mendapatkan hasil yang berbeda tidak mungkin. Kalau kita menggunakan cara yang sama maka kita akan mendapatkan hasil yang sama," katanya
Transformasi BUMN sendiri dipahami bila menajemen menggunakan cara yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang berbeda. Dimana, mereka dituntut menggunakan hasil yang berbeda untuk hasil yang lebih baik. Ketiga, transformasi adalah selalu ada ruang untuk kebaikan. Perusahaan sebaik apapun selalu memiliki ruang untuk perbaikan, ruang untuk menjadi lebih baik.
"Jadi ini lah kata kunci kenapa kita harus selalu lakukan transformasi. Kenapa kita harus melakukan perubahan? Karena selalu ada perubahan untuk perbaikan. Di perusahaan sebaik apapun selalu ada ruang untuk perbaikan," kata dia.
"Terakhir, transformasi dinilai tidak mudah. Itu karena 60 persen transformasi tidak mencapai hasilnya atau gagal. Sehingga kemampuan kepemimpinan untuk dapat memimpin transformasi adalah kemampuan pokok yang harus dia miliki agar perusahaan lebih baik di waktu-waktu yang akan datang." pungkasnya.
BUMN dituntut untuk terus menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis yang berubah. Kesiapan perseroan negara dalam menyambut perubahan itu dinilai menjadi titik penting untuk menguji apakah manajemen atau direksi bisa menjadi pemimpin dengan baik atau justru gagal. Zulkifli menyebut, pada akhirnya kemampuan direksi diuji pada saat mereka akan melakukan transformasi bagi bisnis negara tersebut.
"Banyak yang mengatakan kenapa kita harus melakukan transformasi, bahkan dengan simpel saya ingin menjelaskan, pertama tadi sudah saya jelaskan kita melakukan transformasi karena lingkungan bisnis yang berubah, kalau kita tidak berubah kita akan ditinggalkan oleh pelanggan. Itu lah sebab utama mengapa kita harus lakukan transformasi," ujar dia dalam Wibinar Kamis (18/2/2021).
Baca Juga: Transformasi Menuju Presisi, Kapolri Listyo Sigit Minta Jajarannya Terus Berinovasi
Kedua, perseroan tidak bisa melakukan hal yang sama untuk mendapatkan hasil yang berbeda. Khusus untuk manajemen, tidak bisa melakukan sesuatu dengan cara-cara yang sama dengan waktu yang lalu dan saat ini. "Namun kita harus mendapatkan hasil yang berbeda tidak mungkin. Kalau kita menggunakan cara yang sama maka kita akan mendapatkan hasil yang sama," katanya
Transformasi BUMN sendiri dipahami bila menajemen menggunakan cara yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang berbeda. Dimana, mereka dituntut menggunakan hasil yang berbeda untuk hasil yang lebih baik. Ketiga, transformasi adalah selalu ada ruang untuk kebaikan. Perusahaan sebaik apapun selalu memiliki ruang untuk perbaikan, ruang untuk menjadi lebih baik.
"Jadi ini lah kata kunci kenapa kita harus selalu lakukan transformasi. Kenapa kita harus melakukan perubahan? Karena selalu ada perubahan untuk perbaikan. Di perusahaan sebaik apapun selalu ada ruang untuk perbaikan," kata dia.
"Terakhir, transformasi dinilai tidak mudah. Itu karena 60 persen transformasi tidak mencapai hasilnya atau gagal. Sehingga kemampuan kepemimpinan untuk dapat memimpin transformasi adalah kemampuan pokok yang harus dia miliki agar perusahaan lebih baik di waktu-waktu yang akan datang." pungkasnya.
(nng)