Banjir Bikin Kocek Pengusaha Logistik 'Kekeringan'
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekjen Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transport Indonesia (PPMTI) Kyatmaja Lookman mengatakan bahwa bencana banjir sudah mulai dihadapi Indonesia sejak awal tahun 2021. Banjir sudah terjadi di mana-mana sebelum di DKI Jakarta, dan juga sempat melemahkan jalur Pantura.
Kondisi itu kemudian menyebabkan jalan tol dipilih sebagai alternatif transportasi logistik. Mau tak mau, pengusaha logistik jadi lebih besar merogoh koceknya. ( Baca juga:Banjir Bikin Pengusaha Ritel Tekor Ratusan Juta )
"Jadi biaya untuk tol saja itu 20% dari yang dikeluarkan, tidak lama setelah itu, air surut karena banjir harian. Tol Cipali II longsor, kemarin jembatan Ciasem barusan longsor juga, jadi hanya bisa dilalui separuh," ujar Kyatmaja kepada MNC Portal News di Jakarta, Sabtu(20/2/2021).
Kemudian banjir di Jakarta bagian selatan juga menjadi masalah. Bencana ini kemudian menyebabkan perjalanan menjadi terhambat dan bertambahnya ongkos perjalanan.
"Untuk logistik, seperti di Tol Cipali kemarin. Ya customer enggak mau bayar, karena saat Covid-19 seperti ini mereka juga kesulitan sehingga mereka lebih memilih tidak mengirim daripada kena tambahan biaya. Mau enggak mau yang nanggung ya operator," tambahnya.
Kyatmaja menyampaikan bahwa operator menanggung 10-20% dari yang bisa dikeluarkan. Dia mencontohkan biaya perjalanan ke Surabaya sebanyak Rp2,5 juta, dan ternyata harus menambah Rp500 ribu. ( Baca juga:Banjir Kepung Negeri, Megawati Perintahkan Kader PDIP Bersih-bersih DAS )
"Kalau jarak dekat Rp1 juta, kita juga tambahin Rp500 ribu. Pakai tol, eh sekarang tolnya rusak juga, jadi dilematis memang," ungkap Kyatmaja.
Dia mengatakan, terjadinya banjir di wilayah barat dan selatan Jakarta lebih berdampak pada permukiman karena kebanyakan kontainer berada di wilayah utara. "Sejauh ini kan kontainer kebanyakan di Jakarta Utara, kita berharap mudah-mudahan jangan sampai lebih parah," ucapnya.
Untuk saat ini, pihaknya belum menyiapkan langkah-langkah antisipatif selain menunggu hingga situasi kembali normal. "Strateginya saya lihat ya menunggu saja sampai mereda," pungkas Kyatmaja.
Kondisi itu kemudian menyebabkan jalan tol dipilih sebagai alternatif transportasi logistik. Mau tak mau, pengusaha logistik jadi lebih besar merogoh koceknya. ( Baca juga:Banjir Bikin Pengusaha Ritel Tekor Ratusan Juta )
"Jadi biaya untuk tol saja itu 20% dari yang dikeluarkan, tidak lama setelah itu, air surut karena banjir harian. Tol Cipali II longsor, kemarin jembatan Ciasem barusan longsor juga, jadi hanya bisa dilalui separuh," ujar Kyatmaja kepada MNC Portal News di Jakarta, Sabtu(20/2/2021).
Kemudian banjir di Jakarta bagian selatan juga menjadi masalah. Bencana ini kemudian menyebabkan perjalanan menjadi terhambat dan bertambahnya ongkos perjalanan.
"Untuk logistik, seperti di Tol Cipali kemarin. Ya customer enggak mau bayar, karena saat Covid-19 seperti ini mereka juga kesulitan sehingga mereka lebih memilih tidak mengirim daripada kena tambahan biaya. Mau enggak mau yang nanggung ya operator," tambahnya.
Kyatmaja menyampaikan bahwa operator menanggung 10-20% dari yang bisa dikeluarkan. Dia mencontohkan biaya perjalanan ke Surabaya sebanyak Rp2,5 juta, dan ternyata harus menambah Rp500 ribu. ( Baca juga:Banjir Kepung Negeri, Megawati Perintahkan Kader PDIP Bersih-bersih DAS )
"Kalau jarak dekat Rp1 juta, kita juga tambahin Rp500 ribu. Pakai tol, eh sekarang tolnya rusak juga, jadi dilematis memang," ungkap Kyatmaja.
Dia mengatakan, terjadinya banjir di wilayah barat dan selatan Jakarta lebih berdampak pada permukiman karena kebanyakan kontainer berada di wilayah utara. "Sejauh ini kan kontainer kebanyakan di Jakarta Utara, kita berharap mudah-mudahan jangan sampai lebih parah," ucapnya.
Untuk saat ini, pihaknya belum menyiapkan langkah-langkah antisipatif selain menunggu hingga situasi kembali normal. "Strateginya saya lihat ya menunggu saja sampai mereda," pungkas Kyatmaja.
(uka)