Maybank Indonesia Raup Laba Bersih Rp1,3 Triliun di 2020
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Maybank Indonesia Tbk mengumumkan perolehan laba bersih setelah pajak dan kepentingan nonpengendali sebesar Rp1,3 triliun dalam Laporan Keuangan untuk tahun 2020, turun dibandingkan perolehan laba bersih pada tahun sebelumnya sebesar Rp1,8 triliun.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan kinerja terpengaruh oleh tantangan yang tak diduga akibat pandemi Covid-19. Meski demikian, tegas dia, perseroan mampu mengatasi penurunan pertumbuhan pendapatan dari kredit dengan menjaga fee income yang dikontribusikan oleh pendapatan dari Global Market, Wealth Management dan Bancassurance.
"Di saat yang sama, pembatasan kegiatan masyarakat dan kebijakan social distancing telah mengubah perilaku konsumen untuk lebih mengandalkan transaksi secara online. Hal ini mempercepat pertumbuhan digital banking kami," kata Taswin dalam keterangan tertulis, Minggu (21/1/2021).
Maybank mencatat peningkatan yang signifikan pada transaksi digital banking baik di segmen ritel maupun korporasi seiring dengan meningkatnya penggunaan layanan digital di tengah kondisi pandemi Covid-19. Total volume transaksi yang dilakukan melalui M2U (platform digital banking untuk nasabah ritel) di tahun 2020 melonjak 110% menjadi 10 juta transaksi.
Total dana pihak ketiga yang dihimpun melalui platform M2U melonjak 190,2% menjadi Rp3,4 triliun. Sementara, total volume transaksi melalui M2E (platform digital banking untuk nasabah korporasi) naik sebesar 36,2% menjadi 970.000 transaksi dan penghimpunan dana melalui platform ini melonjak 78,8% menjadi Rp14 triliun.
Taswin menambahkan, kinerja Maybank juga didukung oleh penurunan cost of fund yang berkesinambungan dan pengelolaan overhead cost yang efektif. Overhead cost turun 10,7% menjadi Rp5,7 triliun sebagai dampak dari pengelolaan anggaran biaya yang dilakukan secara berkelanjutan di seluruh organisasi seiring dengan pengurangan biaya umum dan administrasi sehubungan pelaksanaan work from home selama pandemi.
"Namun, perseroan mencatat penurunan pendapatan sebesar 10% sebagai akibat dari menurunnya fee income dan net interest income yang terdampak oleh penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan melambatnya aktivitas usaha di masa pandemi Covid-19," imbuhnya.
Selanjutnya, papar dia, fee based income turun 8,0% menjadi Rp2,4 triliun di Desember 2020 dari Rp2,6 triliun di periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Laporan Keuangan Maybank Indonesia di tahun 2019 mencatat pendapatan one-off dari penyelesaian arbitrase domestik dan pendapatan terkait perpajakan sebesar Rp219 miliar.
Apabila dihitung tanpa memasukkan pendapatan one-off tersebut, maka recurring fee income Bank masih bertumbuh tipis sebesar 0,5%. Hal ini dikarenakan pendapatan dari transaksi terkait Wealth Management dan Global Market, yang tumbuh lebih dari dua kali lipat di tahun 2020. Kenaikan ini, jelasnya, membantu mengimbangi penurunan biaya kredit dan penurunan aktivitas bisnis yang terdampak oleh pandemi.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan kinerja terpengaruh oleh tantangan yang tak diduga akibat pandemi Covid-19. Meski demikian, tegas dia, perseroan mampu mengatasi penurunan pertumbuhan pendapatan dari kredit dengan menjaga fee income yang dikontribusikan oleh pendapatan dari Global Market, Wealth Management dan Bancassurance.
"Di saat yang sama, pembatasan kegiatan masyarakat dan kebijakan social distancing telah mengubah perilaku konsumen untuk lebih mengandalkan transaksi secara online. Hal ini mempercepat pertumbuhan digital banking kami," kata Taswin dalam keterangan tertulis, Minggu (21/1/2021).
Maybank mencatat peningkatan yang signifikan pada transaksi digital banking baik di segmen ritel maupun korporasi seiring dengan meningkatnya penggunaan layanan digital di tengah kondisi pandemi Covid-19. Total volume transaksi yang dilakukan melalui M2U (platform digital banking untuk nasabah ritel) di tahun 2020 melonjak 110% menjadi 10 juta transaksi.
Total dana pihak ketiga yang dihimpun melalui platform M2U melonjak 190,2% menjadi Rp3,4 triliun. Sementara, total volume transaksi melalui M2E (platform digital banking untuk nasabah korporasi) naik sebesar 36,2% menjadi 970.000 transaksi dan penghimpunan dana melalui platform ini melonjak 78,8% menjadi Rp14 triliun.
Taswin menambahkan, kinerja Maybank juga didukung oleh penurunan cost of fund yang berkesinambungan dan pengelolaan overhead cost yang efektif. Overhead cost turun 10,7% menjadi Rp5,7 triliun sebagai dampak dari pengelolaan anggaran biaya yang dilakukan secara berkelanjutan di seluruh organisasi seiring dengan pengurangan biaya umum dan administrasi sehubungan pelaksanaan work from home selama pandemi.
"Namun, perseroan mencatat penurunan pendapatan sebesar 10% sebagai akibat dari menurunnya fee income dan net interest income yang terdampak oleh penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan melambatnya aktivitas usaha di masa pandemi Covid-19," imbuhnya.
Selanjutnya, papar dia, fee based income turun 8,0% menjadi Rp2,4 triliun di Desember 2020 dari Rp2,6 triliun di periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Laporan Keuangan Maybank Indonesia di tahun 2019 mencatat pendapatan one-off dari penyelesaian arbitrase domestik dan pendapatan terkait perpajakan sebesar Rp219 miliar.
Apabila dihitung tanpa memasukkan pendapatan one-off tersebut, maka recurring fee income Bank masih bertumbuh tipis sebesar 0,5%. Hal ini dikarenakan pendapatan dari transaksi terkait Wealth Management dan Global Market, yang tumbuh lebih dari dua kali lipat di tahun 2020. Kenaikan ini, jelasnya, membantu mengimbangi penurunan biaya kredit dan penurunan aktivitas bisnis yang terdampak oleh pandemi.