Defisit APBN 2020 Capai Rp956,3 T, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Malaysia hingga India

Rabu, 03 Maret 2021 - 21:32 WIB
loading...
Defisit APBN 2020 Capai Rp956,3 T, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Malaysia hingga India
Defisit APBN Indonesia terus melebar, dimana pada 2020 lalu mencapai sebesar Rp 956,3 triliun, namun menurut Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit ini jauh lebih kecil dibandingkan Malaysia hingga India. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia terus melebar, dimana pada 2020 lalu mencapai sebesar Rp 956,3 triliun. Jumlah tersebut setara 6,09% dari produk domestik bruto (PDB), namun menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit ini jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara lainnya.



Sebut saja India yang defisit APBN-nya mencapai 13% dan Filipina yang defisitnya mencapai 8,1%. “Kalau kita lihat dibandingkan negara-negara yaitu dari ASEAN maupun negara G20, jumlah APBN kita relatif lebih kecil meskipun itu sudah meningkat di 6%," ujar Menkeu Sri Mulyani dalam acara Webinar Balitbang Kementerian Perhubungan, Rabu (3/3/2021).

"Kita bandingkan seperti India yang defisitnya sampai 13%, Filipina 8,1% dan Malaysia di 6,5%,” sambungnya.

Melebarnya defisit APBN tidak terlepas dari melemahnya ekonomi global termasuk Indonesia. Pasalnya krisis ekonomi akibat pandemi ini mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat di seluruh dunia.

“Kita memahami seluruh dunia sangat dipengaruhi oleh covid-19. Sudah satu tahun dunia menghadapi pandemi tersebut. Dan dampaknya begitu besar kepada sosial, ekonomi maupun kehidupan masyarakat,” kata mantan Direktur Bank Dunia tersebut.



Pemerintah pun sangat fokus untuk menangani pandemi covid-19. Berbagai kebijakan dilakukan secara cepat, fleksibel namun tetap transparan. Salah satu instrumen fiskal yang melakukan fungsi kekuatan untuk mencounter siklus turun akibat pandemi adalah APBN. Oleh sebab itu, pada 2020 lalu APBN harus mengalami defisit hingga mendekati angka 6,2%.

“Salah satu instrumen yang paling penting adalah APBN sebagai instrumen fiskal yang melakukan fungsi kekuatan untuk mengcounter siklus turun akibat shock covid-19. APBN harus dihadapkan defisit APBN yang semakin tinggi yaitu menjadi 6,1% dari PDB,” jelasnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1017 seconds (0.1#10.140)