Jasa Marga Siap Kuras Modal Investasi LPI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund (SWF) memberi dampak positif bagi kinerja PT Jasa Marga (Persero) Tbk . Setidaknya, LPI menjadi alternatif bagi asset recycling program emiten.
Pemerintah memang mencatat, pembangunan infrastruktur jalan tol dapat dibiayai dengan melibatkan pihak swasta. Skema yang dapat dijalankan antara lain seperti public private partnership (PPP), full private dengan insentif dari pemerintah, dan salah satunya adalah asset recycling. ( Baca juga:Tiga Daya Tarik LPI Ini Bisa Memikat Investor Asing )
Skema asset recycling digunakan sebagai langkah dalam pemanfaatan dan pemindahtanganan aset lama untuk membangun aset yang baru. Tujuannya adalah untuk membangun aset baru untuk mendapatkan aset yang lebih banyak.
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan, LPI menjadi sumber pendanaan bagi Jasa Marga untuk mendaur ulang proyek jalan tol yang akan dilakukan ataupun membagun proyek baru.
"SWF ini merupakan alternatif untuk program yang kita sebut dengan aset asset recycling program. Jadi asetnya di-recycle aset (daur ulang) tidak full divestment, karena kita masih menggunakan dananya untuk berinvestasi dalam tol yang baru," ujarnya dalam Webinar Wartawan BUMN, Senin (8/3/2021).
LPI juga memberi sejumlah manfaat bagi emiten. Pertama adalah meningkatkan likuiditas. Dengan begitu, perusahaan akan memperoleh dana segar yang mendukung kegiatan operasional.
Kedua, mendorong Jasa Marga untuk mencapai pendanaan dalam jangka panjang. Langkah ini menjadi alternatif baru bagi ketersediaan dana yang bisa masuk dalam investasi jalan tol.
"Manfaat yang ketiga, memperbaiki struktur permodalan Jasa Marga. Karena ada yang masuk sehingga dari sisi debt to equity ratio-nya sendiri mengalami perbaikan, jadi lebih kuat dengan masuknya equity baru," kata dia. ( Baca juga:Pendiri Twitter Jack Dorsey Jual Cuitan Pertama Sebagai Memorabilia Digital Rp35,9 M )
Keempat, dengan adanya LPI, maka memungkinkan perusahaan memperoleh dana untuk melakukan recycle dari proyek yang ada. Hal ini dinilai mampu meningkatkan kinerja perusahaan karena penjualan akan dilakukan di atas nilai buku atau aset yang dinyatakan dalam pembukuan.
Pemerintah memang mencatat, pembangunan infrastruktur jalan tol dapat dibiayai dengan melibatkan pihak swasta. Skema yang dapat dijalankan antara lain seperti public private partnership (PPP), full private dengan insentif dari pemerintah, dan salah satunya adalah asset recycling. ( Baca juga:Tiga Daya Tarik LPI Ini Bisa Memikat Investor Asing )
Skema asset recycling digunakan sebagai langkah dalam pemanfaatan dan pemindahtanganan aset lama untuk membangun aset yang baru. Tujuannya adalah untuk membangun aset baru untuk mendapatkan aset yang lebih banyak.
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan, LPI menjadi sumber pendanaan bagi Jasa Marga untuk mendaur ulang proyek jalan tol yang akan dilakukan ataupun membagun proyek baru.
"SWF ini merupakan alternatif untuk program yang kita sebut dengan aset asset recycling program. Jadi asetnya di-recycle aset (daur ulang) tidak full divestment, karena kita masih menggunakan dananya untuk berinvestasi dalam tol yang baru," ujarnya dalam Webinar Wartawan BUMN, Senin (8/3/2021).
LPI juga memberi sejumlah manfaat bagi emiten. Pertama adalah meningkatkan likuiditas. Dengan begitu, perusahaan akan memperoleh dana segar yang mendukung kegiatan operasional.
Kedua, mendorong Jasa Marga untuk mencapai pendanaan dalam jangka panjang. Langkah ini menjadi alternatif baru bagi ketersediaan dana yang bisa masuk dalam investasi jalan tol.
"Manfaat yang ketiga, memperbaiki struktur permodalan Jasa Marga. Karena ada yang masuk sehingga dari sisi debt to equity ratio-nya sendiri mengalami perbaikan, jadi lebih kuat dengan masuknya equity baru," kata dia. ( Baca juga:Pendiri Twitter Jack Dorsey Jual Cuitan Pertama Sebagai Memorabilia Digital Rp35,9 M )
Keempat, dengan adanya LPI, maka memungkinkan perusahaan memperoleh dana untuk melakukan recycle dari proyek yang ada. Hal ini dinilai mampu meningkatkan kinerja perusahaan karena penjualan akan dilakukan di atas nilai buku atau aset yang dinyatakan dalam pembukuan.
(uka)