Industri Kelapa Sawit Diklaim Kebal Pandemi, Terus Menopang Ekonomi Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19, komoditas kelapa sawit dinilai menjadi penyelamat perekonomian nasional . Industri kepala sawit diklaim sebagai sektor yang tidak terpengaruh pandemi.
Bahkan menunjukkan peningkatan eskpor ke luar negeri dan menjadi salah satu menyumbang devisa terbesar. Industri kelapa sawit nasional juga terbukti berkontribusi menuntaskan kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja baru bagi 16 juta pekerja di Tanah Air.
“Industri kelapa sawit nasional telah menunjukkan ketahanannya di tengah pandemi. Saat banyak sektor ekonomi terdampak pandemi Covid-19, industri sawit konsisten menjadi penyumbang devisa negara dan membuat surplus perdagangan,” ucap Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Golongan Karya, Alien Mus.
Komoditas kelapa sawit juga terus menopang pengembangan ekonomi nasional. Operasional perkebunan sawit selama pandemik tetap berjalan dengan protokol kesehatan. Sebanyak 16 juta pekerja di sektor sawit tetap memiliki pekerjaan dan penghasilan di tengah kelesuan ekonomi sepanjang 2020.
Indonesia sebagai produsen minyak sawit utama menguasai 55% pangsa pasar dunia. “Dari data yang saya peroleh, kelapa sawit berkonstribusi terhadap 3,5% pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Alien yang juga Ketua DPD Partai Golkar Maluku Utara.
Pada tahun 2017, Indonesia mengekspor 31 juta ton kelapa sawit dan berhasil mendulang devisa hampir USD23 miliar (Rp 317 triliun) atau 13% dari nilai keseluruhan ekspor Indonesia. Jumlah ini lebih tinggi kontribusi ekspor minyak dan gas yang ‘hanya’ 9% atau senilai USD15,7 miliar (Rp 217 triliun).
Sepanjang tahun 2020, ekspor dari sektor pertanian dan industri di Indonesia dapat tumbuh positif masing-masing sebesar 14% dan 2,94%. “Hal ini juga ditopang oleh sektor perkebunan kelapa sawit,” tambah Alien Mus.
Industri kelapa sawit, juga mendukung program biodiesel (B30) pemerintah pada tahun 2021 dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta KL. B30 juga sukses menjaga stabilitas harga CPO (Crude Palm Oil). Selain itu juga menyediakan energi baru dan terbarukan dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil, dan minyak bumi.
Program B30 juga telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 23,3 juta ton karbondioksida di tahun 2020. Ini berkat Indonesia yang memiliki kebun sawit sekitar 16,3 juta hektare yang menyerap sekitar 2,2 miliar ton CO2 dari udara setiap tahun,” jelas Alien Mus.
Perkebunan kelapa sawit yang tersebar di 190 kabupaten di Indonesia juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah. “Ini membuat industri kelapa sawit berpengaruh positif dan signifikan terhadap perekonomian di daerah,” ungkap Alien Mus.
Kelapa Sawit menjadi komoditas yang paling produktif menyumbang 42% dari total suplai minyak nabati dunia. Padahal total penggunaan lahan yang hanya 5 persen, membuat kelapa sawit sangat efektif.
Data tahun 2019 dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) menunjukkan bahwa setiap produksi satu ton minyak nabati, kelapa sawit hanya membutuhkan lahan seluas 0,26 hektar. Jauh lebih kecil dari sumber minyak nabati lain seperti bunga matahari dan kedelai.
Sementara itu pertumbuhan permintaan minyak nabati dunia meningkat 8,5 juta metrik ton setiap tahun. Peningkatan ekspor nasional didukung pula oleh kenaikan harga komoditas CPO di pasar internasional. Ini membuat kinerja ekspor Indonesia makin baik dari CPO.
Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, minyak kelapa sawit dan turunannya mengalami peningkatan nilai ekspor menjadi USD 17,36 miliar (10,63%) selama tahun 2020. Bahkan menjadi kontributor utama ekspor Indonesia.
“Berkat harga kelapa sawit yang stabil, kesejahteraan petani kelapa sawit di Indonesia terbantu. Industri sawit menjadi sektor strategis yang perlu dikawal oleh seluruh masyarakat,” pungkas Alien Mus.
Bahkan menunjukkan peningkatan eskpor ke luar negeri dan menjadi salah satu menyumbang devisa terbesar. Industri kelapa sawit nasional juga terbukti berkontribusi menuntaskan kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja baru bagi 16 juta pekerja di Tanah Air.
“Industri kelapa sawit nasional telah menunjukkan ketahanannya di tengah pandemi. Saat banyak sektor ekonomi terdampak pandemi Covid-19, industri sawit konsisten menjadi penyumbang devisa negara dan membuat surplus perdagangan,” ucap Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Golongan Karya, Alien Mus.
Komoditas kelapa sawit juga terus menopang pengembangan ekonomi nasional. Operasional perkebunan sawit selama pandemik tetap berjalan dengan protokol kesehatan. Sebanyak 16 juta pekerja di sektor sawit tetap memiliki pekerjaan dan penghasilan di tengah kelesuan ekonomi sepanjang 2020.
Indonesia sebagai produsen minyak sawit utama menguasai 55% pangsa pasar dunia. “Dari data yang saya peroleh, kelapa sawit berkonstribusi terhadap 3,5% pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Alien yang juga Ketua DPD Partai Golkar Maluku Utara.
Pada tahun 2017, Indonesia mengekspor 31 juta ton kelapa sawit dan berhasil mendulang devisa hampir USD23 miliar (Rp 317 triliun) atau 13% dari nilai keseluruhan ekspor Indonesia. Jumlah ini lebih tinggi kontribusi ekspor minyak dan gas yang ‘hanya’ 9% atau senilai USD15,7 miliar (Rp 217 triliun).
Sepanjang tahun 2020, ekspor dari sektor pertanian dan industri di Indonesia dapat tumbuh positif masing-masing sebesar 14% dan 2,94%. “Hal ini juga ditopang oleh sektor perkebunan kelapa sawit,” tambah Alien Mus.
Industri kelapa sawit, juga mendukung program biodiesel (B30) pemerintah pada tahun 2021 dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta KL. B30 juga sukses menjaga stabilitas harga CPO (Crude Palm Oil). Selain itu juga menyediakan energi baru dan terbarukan dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil, dan minyak bumi.
Program B30 juga telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 23,3 juta ton karbondioksida di tahun 2020. Ini berkat Indonesia yang memiliki kebun sawit sekitar 16,3 juta hektare yang menyerap sekitar 2,2 miliar ton CO2 dari udara setiap tahun,” jelas Alien Mus.
Perkebunan kelapa sawit yang tersebar di 190 kabupaten di Indonesia juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah. “Ini membuat industri kelapa sawit berpengaruh positif dan signifikan terhadap perekonomian di daerah,” ungkap Alien Mus.
Kelapa Sawit menjadi komoditas yang paling produktif menyumbang 42% dari total suplai minyak nabati dunia. Padahal total penggunaan lahan yang hanya 5 persen, membuat kelapa sawit sangat efektif.
Data tahun 2019 dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) menunjukkan bahwa setiap produksi satu ton minyak nabati, kelapa sawit hanya membutuhkan lahan seluas 0,26 hektar. Jauh lebih kecil dari sumber minyak nabati lain seperti bunga matahari dan kedelai.
Sementara itu pertumbuhan permintaan minyak nabati dunia meningkat 8,5 juta metrik ton setiap tahun. Peningkatan ekspor nasional didukung pula oleh kenaikan harga komoditas CPO di pasar internasional. Ini membuat kinerja ekspor Indonesia makin baik dari CPO.
Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, minyak kelapa sawit dan turunannya mengalami peningkatan nilai ekspor menjadi USD 17,36 miliar (10,63%) selama tahun 2020. Bahkan menjadi kontributor utama ekspor Indonesia.
“Berkat harga kelapa sawit yang stabil, kesejahteraan petani kelapa sawit di Indonesia terbantu. Industri sawit menjadi sektor strategis yang perlu dikawal oleh seluruh masyarakat,” pungkas Alien Mus.
(akr)