Pacu Ekspor Biomassa ke Jepang, Kemendag Gelar Business Matching Virtual
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan memacu ekspor biomassa ke Jepang . Salah satunya dengan menyelenggarakan business matching (penjajakan kesepakatan dagang) virtual dengan Japan External Trade Oranization (JETRO) pada Rabu (7/4).
Tujuannya untuk mendukung pengembangan energi alternatif berbasis sumber energi terbarukan. Business matching ini memfasilitasi pertemuan antara enam pelaku usaha penyuplai tenaga biomassa di Jepang dengan dua pengusaha cangkang sawit Indonesia.
Biomassa dianggap sebagai sumber energi terbarukan yang menawarkan peluang potensial untuk berkontribusi pada pasokan energi global. Hal ini karena banyaknya industri yang mulai beralih dari batu bara ke cangkang sawit yang sebelumnya merupakan limbah industri sebagai bahan bakar. ( Baca juga:Ditinggal Kabur Kekasih, Manager asal Jepang Gantung Diri di Kamar Kosan )
“Memacu ekspor biomassa ke Jepang merupakan salah satu cara Indonesia untuk memanfaatkan peluang yang ada. Indonesia akan menjadikan cangkang sawit sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia, sedangkan di pasar dalam negeri hanya mampu menyerap sekitar 25-30 persen sisanya menjadi limbah,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/4/2021).
Sementara itu, Presiden Direktur Jetro Jakarta Keishi Suzuki menjelaskan, kegiatan business matching ini merupakan kegiatan kedua yang diselenggarakan bersama antara Kemendag dengan Jetro Jakarta. Business matching pertama dilakukan selama dua hari, yaitu pada 13 dan 16 November 2020.
Pada pelaksanaan business matching pertama tersebut, terjadi kontrak dagang oleh PT Prima yang menerima pemesanan pertama dari Jepang. Rencananya, pada bulan Mei mendatang PT Prima akan mengirimkan 10.000 ton cangkang sawit.
Di masa mendatang, pemesanan diperkirakan dapat bertambah menjadi 150.000 ton per tahun. Direktur Pengembangan Kerja Sama Ekspor Marolop Nainggolan menambahkan, pemerintah Jepang tengah membangun 90 pembangkit listrik tenaga biomassa di Jepang.
Namun, masalah utama yang dihadapi yaitu dibutuhkannya pasokan bahan bakar yang stabil dalam jangka waktu lama. Produk turunan dari kayu seperti cangkang sawit (palm kernel shell), tangkai kelapa sawit (palm husk), dan kayu pelet (woodpellet) berpotensi sebagai bahan bakar yang baik dalam industri biomassa. ( Baca juga:54 Perusahaan Nasional Bakal Hadir dalam Ajang Hannover Messe 2021 )
Di samping peluang yang begitu besar,lanjut Marolop, harga yang diberikan pelaku usaha Indonesia masih kurang kompetitif akibat besarnya pungutan ekspor yang fluktuatif. Hal itu mengakibatkan eksportir cangkang sawit kesulitan menandatangani kontrak penjualan yang umumnya dilakukan dalam jangka panjang.
“Untuk itu, pemerintah berkomitmen mencari solusi dalam menjadikan sektor cangkang sawit sebagai komoditas siap ekspor dan berdaya saing dengan menghapus pungutan ekspor sebagai salah satu alternatif solusi,”tutup Marolop.
Tujuannya untuk mendukung pengembangan energi alternatif berbasis sumber energi terbarukan. Business matching ini memfasilitasi pertemuan antara enam pelaku usaha penyuplai tenaga biomassa di Jepang dengan dua pengusaha cangkang sawit Indonesia.
Biomassa dianggap sebagai sumber energi terbarukan yang menawarkan peluang potensial untuk berkontribusi pada pasokan energi global. Hal ini karena banyaknya industri yang mulai beralih dari batu bara ke cangkang sawit yang sebelumnya merupakan limbah industri sebagai bahan bakar. ( Baca juga:Ditinggal Kabur Kekasih, Manager asal Jepang Gantung Diri di Kamar Kosan )
“Memacu ekspor biomassa ke Jepang merupakan salah satu cara Indonesia untuk memanfaatkan peluang yang ada. Indonesia akan menjadikan cangkang sawit sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia, sedangkan di pasar dalam negeri hanya mampu menyerap sekitar 25-30 persen sisanya menjadi limbah,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/4/2021).
Sementara itu, Presiden Direktur Jetro Jakarta Keishi Suzuki menjelaskan, kegiatan business matching ini merupakan kegiatan kedua yang diselenggarakan bersama antara Kemendag dengan Jetro Jakarta. Business matching pertama dilakukan selama dua hari, yaitu pada 13 dan 16 November 2020.
Pada pelaksanaan business matching pertama tersebut, terjadi kontrak dagang oleh PT Prima yang menerima pemesanan pertama dari Jepang. Rencananya, pada bulan Mei mendatang PT Prima akan mengirimkan 10.000 ton cangkang sawit.
Di masa mendatang, pemesanan diperkirakan dapat bertambah menjadi 150.000 ton per tahun. Direktur Pengembangan Kerja Sama Ekspor Marolop Nainggolan menambahkan, pemerintah Jepang tengah membangun 90 pembangkit listrik tenaga biomassa di Jepang.
Namun, masalah utama yang dihadapi yaitu dibutuhkannya pasokan bahan bakar yang stabil dalam jangka waktu lama. Produk turunan dari kayu seperti cangkang sawit (palm kernel shell), tangkai kelapa sawit (palm husk), dan kayu pelet (woodpellet) berpotensi sebagai bahan bakar yang baik dalam industri biomassa. ( Baca juga:54 Perusahaan Nasional Bakal Hadir dalam Ajang Hannover Messe 2021 )
Di samping peluang yang begitu besar,lanjut Marolop, harga yang diberikan pelaku usaha Indonesia masih kurang kompetitif akibat besarnya pungutan ekspor yang fluktuatif. Hal itu mengakibatkan eksportir cangkang sawit kesulitan menandatangani kontrak penjualan yang umumnya dilakukan dalam jangka panjang.
“Untuk itu, pemerintah berkomitmen mencari solusi dalam menjadikan sektor cangkang sawit sebagai komoditas siap ekspor dan berdaya saing dengan menghapus pungutan ekspor sebagai salah satu alternatif solusi,”tutup Marolop.
(uka)