Ramadhan Bisa Jadi Penopang IHSG, Ini Alasannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada pembukaan perdagangan pagi hari ini (13/4/2021). IHSG tertekan 0,04 persen berada di level 5.946. Namun demikian, pergerakan IHSG masih cenderung menguat karena didorong oleh faktor domestik.
“Indonesia sudah mulai memasuki periode di mana konsumsi masyarakat akan meningkat, yaitu di bulan Ramadan ini dan khususnya untuk barang-barang consumer,” ujar Equity Research Analyst PT Panin Sekuritas Ishlah Bimo Prakoso di acara Market Opening IDX Channel, Selasa (13/4/2021).
Akan tetapi, kata dia, masih ada tekanan dari global. Salah satunya yakni datang dari jobless claims di Amerika Serikat (AS) yang naik di atas ekspetasi. “Di sini yang menjadi concern karena di quarter 1 laporan keuangan berbagai perusahaan US keluar dan transaksinya akan lebih rendah daripada ekspetasi yang sudah ditetapkan oleh pasar. Jadi sementara di situ masih ekspetasi ketakutan,” ujar Bimo.
Kemudian, Bimo mengatakan, yang harus dicermati oleh para investor adalah melihat bahwa situasi pasar sedang sepi. Menurutnya, jika pasar sepi volatilitas memang cukup tinggi. Jadi, para investor diharapkan bisa menyesuaikan dengan orientasi investasinya.
“Kalau punya investmen oriention di jangka pendek, itu sebetulnya masih ada tekanan. Karena di sini faktornya yang pertama adalah pasar itu sepi ga terlalu ramai kaya hari-hari atau bulan-bulan sebelumya. Kedua, tren tiap tahun itu memang realisasi dari kebijakan bisa dibilang cukup minim karena beberapa kebijakan itu masih dalam proses perencanaan, kajian,” kata analis tersebut.
Sementara itu, kata Bimo, jika melihat jangka panjang secara fundamental masih ada potensi penguatan keseluruhan untuk IHSG.
“Indonesia sudah mulai memasuki periode di mana konsumsi masyarakat akan meningkat, yaitu di bulan Ramadan ini dan khususnya untuk barang-barang consumer,” ujar Equity Research Analyst PT Panin Sekuritas Ishlah Bimo Prakoso di acara Market Opening IDX Channel, Selasa (13/4/2021).
Akan tetapi, kata dia, masih ada tekanan dari global. Salah satunya yakni datang dari jobless claims di Amerika Serikat (AS) yang naik di atas ekspetasi. “Di sini yang menjadi concern karena di quarter 1 laporan keuangan berbagai perusahaan US keluar dan transaksinya akan lebih rendah daripada ekspetasi yang sudah ditetapkan oleh pasar. Jadi sementara di situ masih ekspetasi ketakutan,” ujar Bimo.
Kemudian, Bimo mengatakan, yang harus dicermati oleh para investor adalah melihat bahwa situasi pasar sedang sepi. Menurutnya, jika pasar sepi volatilitas memang cukup tinggi. Jadi, para investor diharapkan bisa menyesuaikan dengan orientasi investasinya.
“Kalau punya investmen oriention di jangka pendek, itu sebetulnya masih ada tekanan. Karena di sini faktornya yang pertama adalah pasar itu sepi ga terlalu ramai kaya hari-hari atau bulan-bulan sebelumya. Kedua, tren tiap tahun itu memang realisasi dari kebijakan bisa dibilang cukup minim karena beberapa kebijakan itu masih dalam proses perencanaan, kajian,” kata analis tersebut.
Sementara itu, kata Bimo, jika melihat jangka panjang secara fundamental masih ada potensi penguatan keseluruhan untuk IHSG.
(nng)