Teknologi dan Riset RI Lemah, Indef: Ini Alasan Silicon Valley Ala Indonesia Dibangun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Program Indef, Eshter Sri Astuti menilai, kapasitas dan kesiapan teknologi dalam negeri masih cukup rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Saat ini Indonesia menduduki posisi ke-80 dari 131 negara di dunia.
Ketertinggalan Indonesia pun terjadi di sektor research and development atau riset dan pengembangan. Berdasarkan data World Intellectual Property Organization sepanjang 2017-2020, indek sumber daya manusia (SDM) Indonesia berada di rangking 70-90 dibanding Singapura, Korea, dan Jepang.
"Kalau dibanding Singapura yang pasti jauh sekali, dana riset Indonesia masih rendah, nggak heran indek kapasitas di Indonesia masih ada di rangking 70-90 dibanding Singapura, Korea, dan Jepang," ujar Eshter dalam Webinar, Kamis (15/4/2021).
Dia meyakini, persoalan teknologi dan SDM di Tanah Air inilah yang menjadi latar belakang didirikannya kawasan industri riset dan teknologi 4.0 (ristek) atau Bukit Algoritma di Sukabumi, Jawa Barat, yang serupa dengan Silicon Valley di California, Amerika Serikat.
Pembangunan industri dilakukan di atas lahan seluas 888 hektare (ha). Adapun nilai investasi yang disiapkan mencapai Rp18 Triliun.
"Saya melihat ada latar kenapa harus didirikan di Indonesia di luas lahan 888 ha, di Sukabumi dan rencana biaya 18 triliun, ini menunjukkan kapasitas Indonesia masih rendah dibandingkan negara Asean lain," tutur dia.
Lihat Juga: Ajang Apresiasi Pencapaian Inovasi dan Implementasi IoT oleh Perusahaan dan Organisasi Publik
Ketertinggalan Indonesia pun terjadi di sektor research and development atau riset dan pengembangan. Berdasarkan data World Intellectual Property Organization sepanjang 2017-2020, indek sumber daya manusia (SDM) Indonesia berada di rangking 70-90 dibanding Singapura, Korea, dan Jepang.
"Kalau dibanding Singapura yang pasti jauh sekali, dana riset Indonesia masih rendah, nggak heran indek kapasitas di Indonesia masih ada di rangking 70-90 dibanding Singapura, Korea, dan Jepang," ujar Eshter dalam Webinar, Kamis (15/4/2021).
Dia meyakini, persoalan teknologi dan SDM di Tanah Air inilah yang menjadi latar belakang didirikannya kawasan industri riset dan teknologi 4.0 (ristek) atau Bukit Algoritma di Sukabumi, Jawa Barat, yang serupa dengan Silicon Valley di California, Amerika Serikat.
Pembangunan industri dilakukan di atas lahan seluas 888 hektare (ha). Adapun nilai investasi yang disiapkan mencapai Rp18 Triliun.
"Saya melihat ada latar kenapa harus didirikan di Indonesia di luas lahan 888 ha, di Sukabumi dan rencana biaya 18 triliun, ini menunjukkan kapasitas Indonesia masih rendah dibandingkan negara Asean lain," tutur dia.
Lihat Juga: Ajang Apresiasi Pencapaian Inovasi dan Implementasi IoT oleh Perusahaan dan Organisasi Publik
(akr)