Reshuffle Kabinet jilid II, Misbakhun Sebut Profesional Tak Mampu Terjemahkan Tujuan Jokowi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Isu perombakan atau reshuffle jilid II dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin terus menjadi sorotan sejumlah pihak. Salah satu poin yang disoroti ihwal latar belakang calon menteri.
Anggota Komisi XI DPR Misbakhun menyoroti, usulan sejumlah pihak yang menilai calon menteri untuk mengisi tim ekonomi di Kabinet Indonesia Maju haruslah dari kalangan profesional. Secara tegas dia menyebut usulan itu tidak tepat.
Anggota legislatif dari fraksi partai Golkar itu memahami bahwa posisi menteri bukan posisi akademis, melainkan posisi politis. Dengan begitu, nama-nama yang diangkat Jokowi untuk mengisi kursi kabinet haruslah berasal dari partai politik (parpol).
( Baca juga: Arcandra Tahar: PGN Dapat Optimalkan Kebutuhan LNG Dunia yang Terus Membesar )
"Reshuffle tahap pertama kemarin yang lebih kepada unsur parpol, terus kemudian (perombakan jilid II) dari akademisi. Apakah akademisi juga akan memberikan jaminan? Karena apa, posisi menteri bukan posisi akademik, tapi posisi politis," ujar dia dalam Webinar, Rabu (21/4/2021).
Menteri merupakan ujung tombak Presiden dan Wakil Presiden untuk menerjemahkan dan merealisasikan visi dan misi negara. Dalam aspek implementasi, visi Presiden harus dikemas dalam program nyata yang dapat dirasakan masyarakat Indonesia. Bahkan, seorang menteri mampu mengemas tujuan itu dalam bahasa yang sederhana atau muda dipahami rakyat.
Perkaranya, kalangan profesional dinilai tidak mampu menerjemahkan tujuan Kepala Negara. Bahkan, cenderung masih mengedepankan dirinya sendiri. Dia mencontohkan, program-program yang dijalankan selama ini terkesan merupakan program kementerian yang berasal dari menteri itu sendiri.
Catatan lain bagi kalangan profesional adalah kemampuan komunikasi untuk membendung isu yang bisa merugikan Presiden. Dia cukup pemisitis bila kemampuan itu dimiliki profesional.
( Baca juga: Bangga! Maudy Ayunda Masuk Daftar Tokoh 30 Under 30 Asia )
"Mau orang-orang profesional itu pidato begini di depan rakyatnya? Di tengah Presiden mengalami kesulitan dan di tengah membutuhkan popularitas untuk menaikan programnya, saya gak percaya, Pak," tuturnya.
Sebelumnya, para pelaku usaha menyarankan agar Jokowi mengangkat kalangan profesional untuk mengisi tim ekonomi di jajaran pemerintahannya. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang menilai, momentum pengangkatan Menteri Investasi sedapat mungkin berasal dari kalangan profesional dan bukan dari partai politik.
Sebab, pengangkatan Menteri investasi sangat layak dijadikan Jokowi untuk mengevaluasi kinerja menteri lain yang memiliki rapor merah. Dengan begitu, Presiden lebih mengedepankan figur yang profesional dan mumpuni di bidangnya.
Anggota Komisi XI DPR Misbakhun menyoroti, usulan sejumlah pihak yang menilai calon menteri untuk mengisi tim ekonomi di Kabinet Indonesia Maju haruslah dari kalangan profesional. Secara tegas dia menyebut usulan itu tidak tepat.
Anggota legislatif dari fraksi partai Golkar itu memahami bahwa posisi menteri bukan posisi akademis, melainkan posisi politis. Dengan begitu, nama-nama yang diangkat Jokowi untuk mengisi kursi kabinet haruslah berasal dari partai politik (parpol).
( Baca juga: Arcandra Tahar: PGN Dapat Optimalkan Kebutuhan LNG Dunia yang Terus Membesar )
"Reshuffle tahap pertama kemarin yang lebih kepada unsur parpol, terus kemudian (perombakan jilid II) dari akademisi. Apakah akademisi juga akan memberikan jaminan? Karena apa, posisi menteri bukan posisi akademik, tapi posisi politis," ujar dia dalam Webinar, Rabu (21/4/2021).
Menteri merupakan ujung tombak Presiden dan Wakil Presiden untuk menerjemahkan dan merealisasikan visi dan misi negara. Dalam aspek implementasi, visi Presiden harus dikemas dalam program nyata yang dapat dirasakan masyarakat Indonesia. Bahkan, seorang menteri mampu mengemas tujuan itu dalam bahasa yang sederhana atau muda dipahami rakyat.
Perkaranya, kalangan profesional dinilai tidak mampu menerjemahkan tujuan Kepala Negara. Bahkan, cenderung masih mengedepankan dirinya sendiri. Dia mencontohkan, program-program yang dijalankan selama ini terkesan merupakan program kementerian yang berasal dari menteri itu sendiri.
Catatan lain bagi kalangan profesional adalah kemampuan komunikasi untuk membendung isu yang bisa merugikan Presiden. Dia cukup pemisitis bila kemampuan itu dimiliki profesional.
( Baca juga: Bangga! Maudy Ayunda Masuk Daftar Tokoh 30 Under 30 Asia )
"Mau orang-orang profesional itu pidato begini di depan rakyatnya? Di tengah Presiden mengalami kesulitan dan di tengah membutuhkan popularitas untuk menaikan programnya, saya gak percaya, Pak," tuturnya.
Sebelumnya, para pelaku usaha menyarankan agar Jokowi mengangkat kalangan profesional untuk mengisi tim ekonomi di jajaran pemerintahannya. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang menilai, momentum pengangkatan Menteri Investasi sedapat mungkin berasal dari kalangan profesional dan bukan dari partai politik.
Sebab, pengangkatan Menteri investasi sangat layak dijadikan Jokowi untuk mengevaluasi kinerja menteri lain yang memiliki rapor merah. Dengan begitu, Presiden lebih mengedepankan figur yang profesional dan mumpuni di bidangnya.
(uka)