Gandeng Pemkot Tangerang, Anak Usaha PLN Sulap Sampah jadi Bahan Bakar PLTU
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT PLN (Persero) melalui anak usahanya PT Indonesia Power (IP) melakukan penandatanganan kerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang terkait penyediaan bahan bakar Jumputan Padat untuk Cofiring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Seperti diketahui, cofiring merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU. Penandatanganan dilakukan secara daring oleh Direktur Utama IP, M. Ahsin Sidqi bersama Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah dan disaksikan Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan (EBT) PLN, M. Ikhsan Asaad.
Walikota Tangerang, Arief R. Wilmansyah berharap kerja sama ini dapat menjadi solusi penanganan masalah sampah di Kota Tangerang. Dengan penduduk hampir 2 juta, jumlah sampah di Kota Tangerang saat ini mencapai 1.500 ton.
"Kami sangat mengapresiasi niat dan langkah terobosan sangat baik dari PLN dan IP dalam memberikan solusi bagi penanganan lingkungan di daerah. Setiap daerah menganggap sampah menjadi masalah, padahal dengan teknologi yang ada sekarang ini dapat menjadi EBT bisa membantu support dari kebutuhan pengganti batu bara," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (25/4/2021).
Melalui kerja sama ini, Pemkot Tangerang akan melakukan pengembangan kelompok masyarakat (community development) dan fasilitasi komersialisasi pasokan bahan bakar jumputan padat.
Bahan bakar jumputan padat adalah bahan bakar yang berasal dari limbah (sampah) yang telah melalui proses pemilahan dan homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil atau dibentuk menjadi pelet yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Jumputan tersebut diolah melalui Teknologi Biodrying atau melalui Teknologi Maggot. Teknologi Biodrying adalah dekomposisi zat organik secara parsial dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme dibantu aerasiuntuk menghilangkan kelembaban. Teknologi maggot adalah dekomposisi zat organik dengan memanfaatkan belatung lalat Black Soldier Fly (BSF).
Saat ini, uji coba cofiring biomassa bahan bakar jumputan padat memanfaatkan pengolahan sampah dengan skala riset 5 ton/ hari. Jumlah tersebut harapannya dapat terus berkembang sesuai dengan uji coba yang dilakukan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama IP, M. Ahsin Sidqi mengatakan, perseroan terus melakukan pengembangan program cofiring di berbagai lokasi mulai dari Bali, Jeranjang, Suralaya dan terus tumbuh di pembangkit lainnya. PLN berencana untuk dapat melakukan cofiring pada 52 lokasi PLTU batu bara eksisting sampai dengan tahun 2024.
"Sinergi Pemerintah Kota Tangerang dan Indonesia Power lewat cofiring diharap membawa berkah dan kemajuan bersama. Kerja baik harus diwujudkan segera. Walaupun kapasitas olah sampah saat ini baru 5 ton perhari diharapkan akan terus tumbuh dan mampu menyuplai 100 ton perhari," ungkap Ahsin. Adapun PLN menargetkan peningkatan kapasitas EBT menjadi 16 Giga Watt (GW) pada tahun 2024.
Seperti diketahui, cofiring merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU. Penandatanganan dilakukan secara daring oleh Direktur Utama IP, M. Ahsin Sidqi bersama Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah dan disaksikan Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan (EBT) PLN, M. Ikhsan Asaad.
Walikota Tangerang, Arief R. Wilmansyah berharap kerja sama ini dapat menjadi solusi penanganan masalah sampah di Kota Tangerang. Dengan penduduk hampir 2 juta, jumlah sampah di Kota Tangerang saat ini mencapai 1.500 ton.
"Kami sangat mengapresiasi niat dan langkah terobosan sangat baik dari PLN dan IP dalam memberikan solusi bagi penanganan lingkungan di daerah. Setiap daerah menganggap sampah menjadi masalah, padahal dengan teknologi yang ada sekarang ini dapat menjadi EBT bisa membantu support dari kebutuhan pengganti batu bara," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (25/4/2021).
Melalui kerja sama ini, Pemkot Tangerang akan melakukan pengembangan kelompok masyarakat (community development) dan fasilitasi komersialisasi pasokan bahan bakar jumputan padat.
Bahan bakar jumputan padat adalah bahan bakar yang berasal dari limbah (sampah) yang telah melalui proses pemilahan dan homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil atau dibentuk menjadi pelet yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Jumputan tersebut diolah melalui Teknologi Biodrying atau melalui Teknologi Maggot. Teknologi Biodrying adalah dekomposisi zat organik secara parsial dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme dibantu aerasiuntuk menghilangkan kelembaban. Teknologi maggot adalah dekomposisi zat organik dengan memanfaatkan belatung lalat Black Soldier Fly (BSF).
Saat ini, uji coba cofiring biomassa bahan bakar jumputan padat memanfaatkan pengolahan sampah dengan skala riset 5 ton/ hari. Jumlah tersebut harapannya dapat terus berkembang sesuai dengan uji coba yang dilakukan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama IP, M. Ahsin Sidqi mengatakan, perseroan terus melakukan pengembangan program cofiring di berbagai lokasi mulai dari Bali, Jeranjang, Suralaya dan terus tumbuh di pembangkit lainnya. PLN berencana untuk dapat melakukan cofiring pada 52 lokasi PLTU batu bara eksisting sampai dengan tahun 2024.
"Sinergi Pemerintah Kota Tangerang dan Indonesia Power lewat cofiring diharap membawa berkah dan kemajuan bersama. Kerja baik harus diwujudkan segera. Walaupun kapasitas olah sampah saat ini baru 5 ton perhari diharapkan akan terus tumbuh dan mampu menyuplai 100 ton perhari," ungkap Ahsin. Adapun PLN menargetkan peningkatan kapasitas EBT menjadi 16 Giga Watt (GW) pada tahun 2024.
(ind)