Mengintip Kesederhanaan Puasa dan Lebaran Ketua Dewan Komisioner OJK
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bulan Ramadhan bagi Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso adalah momentum untuk semakin meningkatkan ibadah dan tetap produktif dalam menjalankan pekerjaan sebagai pimpinan di lembaga yang memiliki peran strategis dalam menjaga mendorong perekonomian nasional.
Keimanan, kesederhanaan dan kerja keras menjadi pegangan hidup bagi pria kelahiran Boyolali, 64 tahun lalu ini.
Menjalani ibadah puasa Ramadhan di masa pandemi, Wimboh tetap melakukan kesibukan sebagai Ketua Dewan Komisioner OJK seperti biasa. Selama pandemi dua tahun berjalan ini, hampir seluruh kegiatan Wimboh tetap dikerjakan dari kantor dengan ruang kerja yang steril dari pengunjung dan pegawai yang terkontrol.
Sesekali Wimboh juga mengikuti acara berbuka puasa secara terbatas di masjid OJK bersama pegawai dengan protokol Covid 19. Namun untuk malam hari, beliau menyempatkan diri untuk bisa melakukan sholat tarawih bersama keluarga di rumah.
Di akhir pekan, saat tidak ada jadwal dinas keluar Jakarta, Wimboh juga mengusahakan untuk melakukan buka puasa di rumah bersama keluarga untuk menikmati masakan isteri tercinta dengan menu dadakan tergantung mood hari itu. “Bandeng goreng plus sambal tomat paling sering dihidangkan untuk buka puasa,” katanya.
Wimboh yang tetap bugar di di usianya, mengatakan dirinya hanya makan sahur sepiring sereal dan minum banyak air putih. Sedangkan olahraga rutin berlari di mesin treadmill tetap dijalankan 40 menit di pagi hari sebelum menuju kantor.
Saat Lebaran tiba, mengikuti kebijakan Pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19, Wimboh harus berbesar hati untuk menahan kerinduannya tidak berlebaran dengan Ibunda tercinta di kampung halaman di Boyolali.
“Sudah dua tahun ini tidak pulang kampung, meskipun sudah menjadi tradisi masyarakat kita untuk bermaafan kepada orang tua dan handai taulan. Tahun lalu dan kali ini meski kangen hanya bisa Lebaran dari jauh melalui video conference bersama Ibunda tercinta dan keluarga ,” katanya.
Seperti Lebaran tahun lalu, sholat Ied digelar di rumah dengan Wimboh menjadi imam untuk keluarga termasuk anak cucu dan staf pengamanan serta asisten di rumah.
Selesai sholat Ied, makanan Lebaran hasil masakan isteri sudah tersaji. “Ketupat, sambal goreng kentang yang ada petainya, opor ayam dan sayur lodeh pepaya plus kerupuk adalah sajian wajib di Hari Raya ini,” katanya.
Menu sederhana ala kampung itu, menurut Wimboh adalah resep dari Ibunya yang kini diwariskan kepada istrinya. Ritual makanan Lebaran ini selalu sama dimanapun Wimboh berada baik selama masa sekolah dan bekerja di Amerika Serikat dan Inggris.
Dalam kegembiraan Lebaran, Wimboh bersama keluarga sejak Ramadhan tidak lupa untuk selalu berbagi sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan dengan menyediakan nasi dan lauk dalam kotak untuk sekitar 70 orang yang ditaruh di depan rumah dan selalu habis dalam 30 menit. Ramadhan dan Lebaran adalah momen terindah bagi Wimboh yang memancar dari keimanan dan kesederhanaannya.
Keimanan, kesederhanaan dan kerja keras menjadi pegangan hidup bagi pria kelahiran Boyolali, 64 tahun lalu ini.
Menjalani ibadah puasa Ramadhan di masa pandemi, Wimboh tetap melakukan kesibukan sebagai Ketua Dewan Komisioner OJK seperti biasa. Selama pandemi dua tahun berjalan ini, hampir seluruh kegiatan Wimboh tetap dikerjakan dari kantor dengan ruang kerja yang steril dari pengunjung dan pegawai yang terkontrol.
Sesekali Wimboh juga mengikuti acara berbuka puasa secara terbatas di masjid OJK bersama pegawai dengan protokol Covid 19. Namun untuk malam hari, beliau menyempatkan diri untuk bisa melakukan sholat tarawih bersama keluarga di rumah.
Di akhir pekan, saat tidak ada jadwal dinas keluar Jakarta, Wimboh juga mengusahakan untuk melakukan buka puasa di rumah bersama keluarga untuk menikmati masakan isteri tercinta dengan menu dadakan tergantung mood hari itu. “Bandeng goreng plus sambal tomat paling sering dihidangkan untuk buka puasa,” katanya.
Wimboh yang tetap bugar di di usianya, mengatakan dirinya hanya makan sahur sepiring sereal dan minum banyak air putih. Sedangkan olahraga rutin berlari di mesin treadmill tetap dijalankan 40 menit di pagi hari sebelum menuju kantor.
Saat Lebaran tiba, mengikuti kebijakan Pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19, Wimboh harus berbesar hati untuk menahan kerinduannya tidak berlebaran dengan Ibunda tercinta di kampung halaman di Boyolali.
“Sudah dua tahun ini tidak pulang kampung, meskipun sudah menjadi tradisi masyarakat kita untuk bermaafan kepada orang tua dan handai taulan. Tahun lalu dan kali ini meski kangen hanya bisa Lebaran dari jauh melalui video conference bersama Ibunda tercinta dan keluarga ,” katanya.
Seperti Lebaran tahun lalu, sholat Ied digelar di rumah dengan Wimboh menjadi imam untuk keluarga termasuk anak cucu dan staf pengamanan serta asisten di rumah.
Selesai sholat Ied, makanan Lebaran hasil masakan isteri sudah tersaji. “Ketupat, sambal goreng kentang yang ada petainya, opor ayam dan sayur lodeh pepaya plus kerupuk adalah sajian wajib di Hari Raya ini,” katanya.
Menu sederhana ala kampung itu, menurut Wimboh adalah resep dari Ibunya yang kini diwariskan kepada istrinya. Ritual makanan Lebaran ini selalu sama dimanapun Wimboh berada baik selama masa sekolah dan bekerja di Amerika Serikat dan Inggris.
Dalam kegembiraan Lebaran, Wimboh bersama keluarga sejak Ramadhan tidak lupa untuk selalu berbagi sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan dengan menyediakan nasi dan lauk dalam kotak untuk sekitar 70 orang yang ditaruh di depan rumah dan selalu habis dalam 30 menit. Ramadhan dan Lebaran adalah momen terindah bagi Wimboh yang memancar dari keimanan dan kesederhanaannya.
(fai)