Hyundai Terjerat Hukum, Pertamina Diminta Awasi Tender Proyek Balikpapan
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) diminta untuk mengawasi proyek pembangunan Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan setelah salah satu mitra kerja mereka, yakni Hyundai Engineering Construction terjerat kasus suap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, mengatakan pengawasan terhadap pembangunan RDMP Balikpapan penting karena proyek ini merupakan salah satu proyek stategis nasional.
Kelancaran pengerjaan proyek ini sesuai target akan mempercepat perwujudan ketahanan energi nasional. "Hyundai ini menjadi bagian dari konsorsium di Balikpapan. Pertamina harus awasi ini," kata Yusri di Jakarta, Jumat (22/5/2020).
Nama Hyundai Engineering Construction kembali menjadi sorotan setelah perusahaan tersebut ikut serta dalam proses lelang proyek pembangunan komplek olefin di Tuban milik Pertamina. (Baca Juga : Pertamina Susun Protokol The New Normal untuk Kegiatan Operasional )
Hyundai sendiri, saat ini tengah terjerat kasus dugaan suap proses perizinan proyek PLTU 2 Cirebon. Dalam kasus tersebut, General Manager Hyundai Enginering Construction Herry Jung ditetapkan sebagai tersangka. "Proyek ini (RDMP Balikpapan) harus diawasi Pertamina dan jangan sampai mangkrak," tegas Yusri Usman.
Sebagai informasi, RDMP Balikpapan merupakan satu dari enam megaproyek kilang yang dibangun Pertamina. Keenam megaproyek kilang itu terdiri atas empat proyek perluasan (Refinery Development Master Plan/RDMP) dan dua proyek pembangunan baru (Grass Root Refinery/GRR).
RDMP Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260 ribu barel per hari (bpd) menjadi 360 ribu pbd serta meningkatkan kualitas produk dari BBM dari setara Euro II menjadi setara Euro V. Sedangkan Central Crude Lawe-Lawe memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 2 juta barel.
Selain itu, RDMP Kilang Balikpapan akan mengurangi beban impor solar hingga 17% karena produksi solar meningkat 23% atau 30 ribu barel per hari. RDMP Kilang Balikpapan juga akan menghasilkan produk baru propilen sebesar 230 ribu ton per tahun.
Proyek dengan nilai investasi sebesar USD6,5 miliar ini ditargetkan selesai pada tahun 2023 mendatang untuk tahap 1. Kemudian tahap 2 ditargetkan tuntas pada tahun 2025.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, mengatakan pengawasan terhadap pembangunan RDMP Balikpapan penting karena proyek ini merupakan salah satu proyek stategis nasional.
Kelancaran pengerjaan proyek ini sesuai target akan mempercepat perwujudan ketahanan energi nasional. "Hyundai ini menjadi bagian dari konsorsium di Balikpapan. Pertamina harus awasi ini," kata Yusri di Jakarta, Jumat (22/5/2020).
Nama Hyundai Engineering Construction kembali menjadi sorotan setelah perusahaan tersebut ikut serta dalam proses lelang proyek pembangunan komplek olefin di Tuban milik Pertamina. (Baca Juga : Pertamina Susun Protokol The New Normal untuk Kegiatan Operasional )
Hyundai sendiri, saat ini tengah terjerat kasus dugaan suap proses perizinan proyek PLTU 2 Cirebon. Dalam kasus tersebut, General Manager Hyundai Enginering Construction Herry Jung ditetapkan sebagai tersangka. "Proyek ini (RDMP Balikpapan) harus diawasi Pertamina dan jangan sampai mangkrak," tegas Yusri Usman.
Sebagai informasi, RDMP Balikpapan merupakan satu dari enam megaproyek kilang yang dibangun Pertamina. Keenam megaproyek kilang itu terdiri atas empat proyek perluasan (Refinery Development Master Plan/RDMP) dan dua proyek pembangunan baru (Grass Root Refinery/GRR).
RDMP Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260 ribu barel per hari (bpd) menjadi 360 ribu pbd serta meningkatkan kualitas produk dari BBM dari setara Euro II menjadi setara Euro V. Sedangkan Central Crude Lawe-Lawe memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 2 juta barel.
Selain itu, RDMP Kilang Balikpapan akan mengurangi beban impor solar hingga 17% karena produksi solar meningkat 23% atau 30 ribu barel per hari. RDMP Kilang Balikpapan juga akan menghasilkan produk baru propilen sebesar 230 ribu ton per tahun.
Proyek dengan nilai investasi sebesar USD6,5 miliar ini ditargetkan selesai pada tahun 2023 mendatang untuk tahap 1. Kemudian tahap 2 ditargetkan tuntas pada tahun 2025.
(ind)