Dahlan Iskan Bandingkan Langkah Penyelamatan Garuda dan Thai Airways

Senin, 07 Juni 2021 - 18:33 WIB
loading...
Dahlan Iskan Bandingkan...
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dahlan Iskan , eks Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), memaparkan kondisi keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan maskapai penerbangan milik Thailand , Thai Airways (TG). Keduanya memiliki perkara serupa, menderita kerugian akibat pandemi Covid-19.

Kedua industri perbangan itu memang memiliki kesamaan masalah, namun proses penyelesaian lebih dulu dilakukan Pemerintah Thailand. Perkara Thai Airways sudah dibahas dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) negara setempat untuk melakukan persidangan.

"Bedanya, Thai Airways sudah membuat keputusan. Membawa masalahnya ke PKPU-nya Thailand. Sidang-sidangnya sudah berlangsung, sudah pula siap diputuskan, tapi para kreditor masih menyusulkan pendapat," ujar Dahlan, Senin (7/6/2021).

Baca juga: Banyak Kendala, Realisasi Investasi Minerba Baru Rp1,38 Triliun

Usai kreditor memberikan pendapat usulan, PKPU pun menyetujui untuk mendengarkan hal tersebut. Dengan demikian, putusan dimundurkan hingga 15 Juni 2021 mendatang.

Sementara itu, proses yang dialami Garuda Indonesia dinilai masih ngambang karena belum ada petusan pemerintah terhadap kondisi maskapai pelat merah ini.

"Pemerintah Thailand sudah pada keputusan final, tidak mau lagi menginjeksi TG. Bahkan tiga tahun lalu pemerintah sudah memutuskan tidak mau lagi menjadi pemegang saham mayoritas. Dilakukanlah divestasi dari 51% ke 47,8%. Sementara Garuda melayang-layang dengan benang putusnya," kata Dahlan.

Dengan divestasi itu pemerintah mengeluarkan Thai Airways dari daftar BUMN-nya. Divestasi itu dilakukan dengan cepat. Saat status TG diubah, maka perusahaan pun melantai ke pasar modal. Dahlan mencatat, tidak rumit mendivestasi saham di pasar modal.

"Utang TG memang sangat besar, juga sebesar gajah bengkak. Bengkaknya lebih besar sekitar Rp100 triliun. Lebih besar dari GA yang Rp70 triliun.

Berbagai upaya menyelamatkan TG sudah dilakukan Pemerintah Thailand. Jalur-jalur yang rugi sudah dihapus. Gaji dipangkas dan jumlah karyawan pun dikurangi hingga 6.000 orang.

TG sudah tidak punya lagi rute penerbangan ke Amerika. Padahal, industri penerbangan ini sukses. Bahkan, jauh lebih sukses dari Garuda Indonesia karena TG pernah memiliki penerbangan nonstop jarak jauh baik dari Bangkok ke New York dan dari Bangkok ke Los Angeles.

"Saya pernah naik TG dengan rute yang amat jauh, dari Madrid ke Bangkok, nonstop. Kecewa. Salah saya sendiri. Saya kurang cerewet bertanya. Waktu itu saya membeli tiket first class agar bisa tidur enak. Ternyata first class di jurusan itu sama dengan business class, kursinya hanya bisa disandarkan sedikit, tidak bisa dibuat hamparan datar," kata dia.

Lebih jauh, Dahlan menuturkan, kesulitan yang sudah biasa didengar juga dialami oleh Malaysia Airlines System (MAS). Pemerintah Malaysia tidak henti-hentinya menyuntikkan dana. Pun tidak membuat MAS kunjung sehat. Pernah dikeluarkan dari BUMN, justru hampir bangkrut.

Baca juga:Ingin Obati Autoimun, Ashanty Malah Ketahuan Idap Penyakit Lain

Thai Airways, kata dia, sudah berupaya menyelesaikan utangnya di luar pengadilan. Kreditor juga setuju bahwa utang harus direstrukturisasi. Bunga harus dipangkas, jangka pengembalian harus diperpanjang, hingga beberapa aset harus dijual.

Untuk merestrukturisasi utang itu para kreditor sudah menunjuk wakil yang bisa diterima semua pihak, yakni seorang mantan menteri. Ditambah seorang mantan direktur utama yang pernah membawa TG memperoleh laba. Sedang Bangkok Bank telah pula mengirim wakil ke tim negosiasi yang dibentuk.

Namun, persoalan TG sudah terlalu berat. Maka, direksi TG membawa ke PKPU-nya Thailand. Momentum Covid-19 dimanfaatkan untuk melakukan penyelesaian.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1449 seconds (0.1#10.140)