Soal Urusan Aset BUMN, PLN Paling Besar Kalahkan Pertamina dan 4 Bank Himbara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tata kelola PT PLN (Persero) dinilai sudah baik yang diperlihatkan sebagai BUMN dengan aset terbesar dan tetap untung. Jumlah aset PLN mengalahkan empat bank BUMN maupun Pertamina.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, keuntungan PLN tercatat dalam laporan keuangan. “PLN ini laporan keuangannya kan diaudit BPK dan juga diperhatikan oleh investor internasional jadi tidak boleh main-main,” ujarnya di Jakarta.
Dalam laporan yang sudah diaudit, PLN membukukan keuntungan Rp6 triliun sepanjang 2020. Keuntungan PLN antara lain didapat karena operasional yang lebih efisien. Mengacu angka audit subsidi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), PLN bisa menekan biaya operasi Rp32 triliun sepanjang 2020.
Fabby membenarkan, utang PLN bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, ia mengingatkan aset PLN juga melonjak drastis jauh di atas penambahan beban keuangan.
“Modalnya tidak negatif seperti Garuda. PLN juga mampu membayar kewajiban utang jangka pendek, tanpa harus minta talangan pemerintah. PLN juga melakukan pengelolaan utang yang lebih baik, dibandingkan dengan Garuda,” ujarnya.
Pada 2020, jumlah ekuitas PLN mencapai Rp940 triliun. Adapun liabilitas jangka panjang Rp 499 triliun dan liabilitas jangka pendek Rp150 triliun. Laporan keuangan PLN 2020 juga menunjukkan, aset BUMN itu mencapai 1.589 triliun. Angka tersebut meningkat Rp 275 Triliun dibanding tahun 2015 yang sebesar Rp 1.314 Triliun.
Tidak ada BUMN Indonesia punya aset sebesar PLN. Nilai pertambahan aset PLN 2015-2020 lebih besar dari total aset Telkom 2020. Pada 2020, aset Telkom dilaporkan Rp 246 triliun.
BUMN lain pun beraset di bawah PLN. BRI dan Bank Mandiri punya aset masing-masing Rp 1.387 triliun dan Rp1.001 triliun. Sementara Pertamina Rp 984triliun. Ada pun aset BNI dan BTN masing-masing bernilai Rp709 triliun dan Rp297 triliun.
Fabby menyebut, aset PLN tidak hanya besar. Sepanjang 2015-2020, PLN membayar pajak dan dividen sebesar Rp 186 triliun. Padahal, PLN hanya menerima penyertaan modal negara (PMN) total Rp 40 triliun dalam periode itu.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, keuntungan PLN tercatat dalam laporan keuangan. “PLN ini laporan keuangannya kan diaudit BPK dan juga diperhatikan oleh investor internasional jadi tidak boleh main-main,” ujarnya di Jakarta.
Dalam laporan yang sudah diaudit, PLN membukukan keuntungan Rp6 triliun sepanjang 2020. Keuntungan PLN antara lain didapat karena operasional yang lebih efisien. Mengacu angka audit subsidi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), PLN bisa menekan biaya operasi Rp32 triliun sepanjang 2020.
Fabby membenarkan, utang PLN bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, ia mengingatkan aset PLN juga melonjak drastis jauh di atas penambahan beban keuangan.
“Modalnya tidak negatif seperti Garuda. PLN juga mampu membayar kewajiban utang jangka pendek, tanpa harus minta talangan pemerintah. PLN juga melakukan pengelolaan utang yang lebih baik, dibandingkan dengan Garuda,” ujarnya.
Pada 2020, jumlah ekuitas PLN mencapai Rp940 triliun. Adapun liabilitas jangka panjang Rp 499 triliun dan liabilitas jangka pendek Rp150 triliun. Laporan keuangan PLN 2020 juga menunjukkan, aset BUMN itu mencapai 1.589 triliun. Angka tersebut meningkat Rp 275 Triliun dibanding tahun 2015 yang sebesar Rp 1.314 Triliun.
Tidak ada BUMN Indonesia punya aset sebesar PLN. Nilai pertambahan aset PLN 2015-2020 lebih besar dari total aset Telkom 2020. Pada 2020, aset Telkom dilaporkan Rp 246 triliun.
BUMN lain pun beraset di bawah PLN. BRI dan Bank Mandiri punya aset masing-masing Rp 1.387 triliun dan Rp1.001 triliun. Sementara Pertamina Rp 984triliun. Ada pun aset BNI dan BTN masing-masing bernilai Rp709 triliun dan Rp297 triliun.
Fabby menyebut, aset PLN tidak hanya besar. Sepanjang 2015-2020, PLN membayar pajak dan dividen sebesar Rp 186 triliun. Padahal, PLN hanya menerima penyertaan modal negara (PMN) total Rp 40 triliun dalam periode itu.
(akr)