Investasi Kian Mudah di Platform Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tren investasi menggunakan platform digital meningkat di kalangan anak muda. Tak hanya di bursa efek, tetapi juga di bursa berjangka. Kemudahan dalam melakukan transaksi serta penarikan dana yang cepat dan bisa dilakukan di mana saja menjadi salah satu daya tarik generasi muda untuk memanfaatkan platform digital.
Populasi anak-anak muda yang berinvestasi terus meningkat setiap tahun. Platform digital seakan memberikan segala kemudahan untuk masyarakat modern saat ini seperti untuk membeli produk investasi. Terlebih melalui aplikasimobile , semua informasi mengenai produk investasi dapat dilihat secara transparan dan bisa pula dilakukancross checksecara langsung dengan regulator.
Mudahnya melakukan investasionlineini pun telah dibuktikan Riri. Perempuan 33 tahun ini mengatakan, pekerjaan di bidang kesehatan yang saat ini ditekuninya membuatnya tidak memiliki banyak waktu luang untuk melakukan jual beli atautradingsaham. Belum lagi jika harus mengawasi pergerakan saham dan reksa dana secara terus-menerus.
Selain itu dirinya merasa bahwa investasi yang dilakukan melalui aplikasi digital jauh lebih aman. Memang diakuinya keuntungan yang didapatkannya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan melakukan investasi secara langsung di perusahaan sekuritas. Namun risiko yang dihadapi juga jauh lebih kecil.
"Jatuhnya kita untungnya lebih sedikit karena untungnya dibagi dua sama manajer investasinya dan ada segala macam. Tapi aku pilih platform investasi digital ini karena lebih aman dan kita bisa pantau langsung," kata dia kepadaKORAN SINDO, Jumat (11/06/21).
Meski begitu investasi saham dan reksa dana yang dilakukannya melalui platform digital itu jauh lebih menguntungkan ketimbang hanya menyimpan uangnya di akun perbankan. Sebabreturnyang didapatkannya dari investasi di pasar modal ini jauh lebih tinggi daripada bunga bank yang berlaku saat ini.
"Mulai berinvestasi melalui aplikasi sejak April 2020. Karena pas pandemi ini juga lagi hits dan banyak orang yang melakukan investasi melalui platform digital. Pertama iseng coba, enggak tahunya lumayan juga, daripada uangnya ditabung. Berbunga, tetapi beberapa tidak banyak dan kalau investasi jatuhnya lebihgedeuntungnya," ucap Riri.
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, kehadiran platform investasi berbasis aplikasi diharapkan bisa menjadi perangkat yang mampu membangun kebiasaan berinvestasi bagi masyarakat. Untuk menunjang ekosistem terkait investasi tidak cukup hanya melalui edukasi dan sosialisasi saja.
"Tantangan nyatanya saat ini adalah bagaimana mengonversi individu yang sudah pada tahap sadar tentang perlunya berinvestasi agar berani mencoba dan belajar langsung menggunakan aplikasi yang ada. Intinya haruslearning by doing," tambahnya.
Keuntungan lain yang didapat dari investasi digital adalah‎ para calon investor bisa dengan mudah melakukan transaksi tanpa perlu datang ke tempat tertentu dan banyak menawarkan jumlah investasi yang sangat terjangkau. Karena itu investasi digital banyak diburu oleh para calon investor atau investor pemula yang hanya memiliki modal kecil untuk berinvestasi.
"Proses transaksi pada investasionlineakan dilakukan secara cepat karena mengandalkan teknologionlineyang tidak memerlukan lagi kertas-kertas," ungkap Nailul. Menariknya, platform investasionlineini banyak memiliki fitur yang memungkinkan para investor untuk melakukan cicilan investasi dalam jumlah dan frekuensi tertentu, baru setelah memenuhi nominal tertentu cicilan tersebut akan otomatis digunakan untuk investasi sesuai dengan preferensi setiap pengguna.
Nailul pun menambahkan, kemunculan berbagai aplikasi investasi juga tidak jarang memberikan berbagai promosi yang dapat meningkatkan saldo setiap pengguna. Hal ini barangkali menjadi salah satu strategi yang dilakukan oleh para perusahaan untuk menggaet hati masyarakat menggunakan layanan mereka. Di sisi lain, meski investasionlinedapat dilakukan dengan mudah, hal itu tidak membuatnya luput dari risiko besar seperti penipuan atau bisa disebut dengan investasi bodong.
‎Pakar keamanan siber dan persandian Communication and Information System Security Research Center (CISSRec) Pratama Persada menyarankan kepada para calon investor untuk melakukan pengecekan latar belakang (background check) perusahaanfintechyang akan digunakan untuk investasi. "Hal itu dapat dilakukan dengan memastikan apakah perusahaan tersebut sudah terdaftar dan mendapatkan izin resmi dari OJK atau tidak," kata Pratama.
Selanjutnya, saat memilih produk investasi, baik saham, reksa dana maupun SBN, calon investor juga harus memperhatikan nilaireturnyang ditawarkan. Dia menegaskan, produk investasi yang menawarkanreturntinggi pasti mengarah pada bentuk penipuan atau investasi bodong. "Ketiga, pastikan memang produk itu sudah sesuai dengan aturan penawarannya. Jadi kalau reksa dana, kemudian saham adafix rate-nya, kita harus hati-hati. Itu tidak dipasarkan sesuai prosedur. Kalau produk dari perusahaan berjangka ya harus izin dari Bappebti, jadi sesuai dengan prosedurnya," tuturnya.
Kemudian yang tidak kalah penting adalah memastikantrack recorddari perusahaan manajer investasi sebelum melakukan investasi. Untuk memastikantrack recorddari sebuah manajer investasi (MI), calon investor dapat melihat dari laman resmi OJK atau dari berita-berita yang sudah tersebar di berbagai media.
"Jaditrack record-nya MI itu seperti apa? Apa ada kasus sebelumnya? Jadi dicek di internet, dicek di media apakah ada masalah atau enggak, termasuk di pengelolaannya," ucapnya. Prinsipnya kalau mau investasi, terlebih jika melakukannya di platform digital, Pratama menyarankan, cari vendor yang berpengalaman dan dapat dipercaya. Contohnya investasi emas di Tokopedia dengan platform lainnya yang namanya tidak terkenal kan lebih aman di platform yang sudah memiliki kredibilitas besar.
Dirinya mengungkapkan, dengan vendor yang berpengalaman, keamanan data dan barang jual akan lebih tinggi. Seperti dalam investasi emas secaraonline,yang digunakan adalah akun di aplikasi, nomorhandphonesampai transaksi transfer untuk pembayaran.
"Kalauonlinekan belum ada fisiknya, jadi yang harus dijaga adalah nomorhandphone. Kenapa? Karena kalau aplikasi itu menggunakanone time password(OTP) untuk akses masuk sampai transaksi, harus benar-benar dijaga jangan sampai hilang dan disalahgunakan," jelasnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah investor pasar modal yang terus mengalami peningkatan. Merujuk data OJK, tercatat sebanyak 4,51 juta investor pada akhir Februari 2021. Jauh meningkat bila dibandingkan dengan akhir 2020 dengan jumlah masih 3,88 juta investor. Artinya dalam dua bulan, jumlah investor pasar modal sudah naik sebesar 16,24%.
Uniknya pasar modal kekinian didominasi investor milenial. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) per akhir Februari 2021, sebanyak 57% investor saham berusia di bawah 30 tahun. Tren positif itu juga terjadi di industri reksa dana yang pertumbuhannya cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI),pada 2018 lalu jumlahnya hanya 995.510 investor. Kemudian naik menjadi 1,77 juta pada akhir 2019. Bahkan tahun lalu jumlah investor reksa dana mencapai 3,18 juta atau naik 78,95%. Di tahun ini tren positif ini masih berlanjut. Tercatat per akhir Februari 2021 jumlah investor reksa dana meningkat 20,50% menjadi 3,83 juta investor.
Kini untuk berinvestasi di pasar modal, saham, reksa dana, dan emas pun semakin mudah. Semua bisa dimulai dari aplikasi dismartphone. Namun hal ini perlu mendapatkan perhatian penting, termasuk di kalangan milenial atau pemula yang belum memahami cara berinvestasi yang tepat dan aman.
Ketua Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tongam Lumban Tobing mengatakan tetap mengawasi fenomena peningkatan jumlah investor. Sebab peningkatan itu belum diketahui secara pasti apakah masyarakat sudah melek informasi atau sekadar ikut-ikutan.
“Pertama-tama kami sampaikan agar masyarakat selalu cek legalitasnya dari otoritas berwenang untuk melakukan kegiatannya.Kedua, apabila ingin melakukan investasi, semua keputusan jual atau beli harus dari investor,” tutur Tongam kepadaKORAN SINDO.
Dia juga menanggapi perlu atau tidaknya otoritas membuat platform khusus seperti aplikasi super (super-app) agar masyarakat memiliki kemudahan akses ke semua kanal informasi, tidak terbatas pada portofolio saja dan lainnya. Menurutnya metode itu disediakan otoritas masing-masing yang memberikan izin.
Perihal keamanan antaraonline tradingdan cara konvensional melalui perusahaan pialang, Tongam tidak bisa memastikan mana yang lebih aman. Memang tidak dapat dimungkiri saat ini begitu menjamurnya aplikasi investasi sehingga membuat orang memilih cara praktis tanpa tahu keamanan data dari aplikasi yang digunakan. “Dalamtrading, yang paling perlu diperhatikan adalah bahwa keputusan beli atau jual harus berasal dari investor, jangan serahkan ke orang lain,” tegasnya.
Termasuk juga mengenai investasi mana yang paling cocok untuk di masa pandemi saat ini. Menurut Tongam, investasi tersebut sangat tergantung pada tujuan tiap pemodal, tidak bisa disamaratakan. Ada yang ingin likuid, ada yang mau berisiko tinggi, ada yang dananya kecil. Tapi yang pasti masyarakat mesti tetap waspada dengan melihat legalitas dan kredibilitas lembaga yang diikuti.
“Yang paling dikhawatirkan itu jangan sampai sumber dana untuk berinvestasi itu bukan berasal dari hasil simpanan sendiri, tetapi dari hasil melakukan pinjaman, baik secaraonlineatau kredit langsung,” jelasnya.
Berdasarkan data terkini dari pengawasan yang dilakukan OJK pada 2021 terhadap entitas pengumpulan dana masyarakat dan pengelolaan investasi, sudah ada 68 entitas investasi ilegal, 270fintechP2PL ilegal, dan 17 gadai ilegal yang berhasil ditangani. Karena itu Tongam mengatakan OJK bersama pihak terkait seperti pelaku pasar modal akan terus-menerus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, termasuk ke kaum milenial, terkait dengan perilaku berinvestasi secara benar dan bijak.
Populasi anak-anak muda yang berinvestasi terus meningkat setiap tahun. Platform digital seakan memberikan segala kemudahan untuk masyarakat modern saat ini seperti untuk membeli produk investasi. Terlebih melalui aplikasimobile , semua informasi mengenai produk investasi dapat dilihat secara transparan dan bisa pula dilakukancross checksecara langsung dengan regulator.
Mudahnya melakukan investasionlineini pun telah dibuktikan Riri. Perempuan 33 tahun ini mengatakan, pekerjaan di bidang kesehatan yang saat ini ditekuninya membuatnya tidak memiliki banyak waktu luang untuk melakukan jual beli atautradingsaham. Belum lagi jika harus mengawasi pergerakan saham dan reksa dana secara terus-menerus.
Selain itu dirinya merasa bahwa investasi yang dilakukan melalui aplikasi digital jauh lebih aman. Memang diakuinya keuntungan yang didapatkannya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan melakukan investasi secara langsung di perusahaan sekuritas. Namun risiko yang dihadapi juga jauh lebih kecil.
"Jatuhnya kita untungnya lebih sedikit karena untungnya dibagi dua sama manajer investasinya dan ada segala macam. Tapi aku pilih platform investasi digital ini karena lebih aman dan kita bisa pantau langsung," kata dia kepadaKORAN SINDO, Jumat (11/06/21).
Meski begitu investasi saham dan reksa dana yang dilakukannya melalui platform digital itu jauh lebih menguntungkan ketimbang hanya menyimpan uangnya di akun perbankan. Sebabreturnyang didapatkannya dari investasi di pasar modal ini jauh lebih tinggi daripada bunga bank yang berlaku saat ini.
"Mulai berinvestasi melalui aplikasi sejak April 2020. Karena pas pandemi ini juga lagi hits dan banyak orang yang melakukan investasi melalui platform digital. Pertama iseng coba, enggak tahunya lumayan juga, daripada uangnya ditabung. Berbunga, tetapi beberapa tidak banyak dan kalau investasi jatuhnya lebihgedeuntungnya," ucap Riri.
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, kehadiran platform investasi berbasis aplikasi diharapkan bisa menjadi perangkat yang mampu membangun kebiasaan berinvestasi bagi masyarakat. Untuk menunjang ekosistem terkait investasi tidak cukup hanya melalui edukasi dan sosialisasi saja.
"Tantangan nyatanya saat ini adalah bagaimana mengonversi individu yang sudah pada tahap sadar tentang perlunya berinvestasi agar berani mencoba dan belajar langsung menggunakan aplikasi yang ada. Intinya haruslearning by doing," tambahnya.
Keuntungan lain yang didapat dari investasi digital adalah‎ para calon investor bisa dengan mudah melakukan transaksi tanpa perlu datang ke tempat tertentu dan banyak menawarkan jumlah investasi yang sangat terjangkau. Karena itu investasi digital banyak diburu oleh para calon investor atau investor pemula yang hanya memiliki modal kecil untuk berinvestasi.
"Proses transaksi pada investasionlineakan dilakukan secara cepat karena mengandalkan teknologionlineyang tidak memerlukan lagi kertas-kertas," ungkap Nailul. Menariknya, platform investasionlineini banyak memiliki fitur yang memungkinkan para investor untuk melakukan cicilan investasi dalam jumlah dan frekuensi tertentu, baru setelah memenuhi nominal tertentu cicilan tersebut akan otomatis digunakan untuk investasi sesuai dengan preferensi setiap pengguna.
Nailul pun menambahkan, kemunculan berbagai aplikasi investasi juga tidak jarang memberikan berbagai promosi yang dapat meningkatkan saldo setiap pengguna. Hal ini barangkali menjadi salah satu strategi yang dilakukan oleh para perusahaan untuk menggaet hati masyarakat menggunakan layanan mereka. Di sisi lain, meski investasionlinedapat dilakukan dengan mudah, hal itu tidak membuatnya luput dari risiko besar seperti penipuan atau bisa disebut dengan investasi bodong.
‎Pakar keamanan siber dan persandian Communication and Information System Security Research Center (CISSRec) Pratama Persada menyarankan kepada para calon investor untuk melakukan pengecekan latar belakang (background check) perusahaanfintechyang akan digunakan untuk investasi. "Hal itu dapat dilakukan dengan memastikan apakah perusahaan tersebut sudah terdaftar dan mendapatkan izin resmi dari OJK atau tidak," kata Pratama.
Selanjutnya, saat memilih produk investasi, baik saham, reksa dana maupun SBN, calon investor juga harus memperhatikan nilaireturnyang ditawarkan. Dia menegaskan, produk investasi yang menawarkanreturntinggi pasti mengarah pada bentuk penipuan atau investasi bodong. "Ketiga, pastikan memang produk itu sudah sesuai dengan aturan penawarannya. Jadi kalau reksa dana, kemudian saham adafix rate-nya, kita harus hati-hati. Itu tidak dipasarkan sesuai prosedur. Kalau produk dari perusahaan berjangka ya harus izin dari Bappebti, jadi sesuai dengan prosedurnya," tuturnya.
Kemudian yang tidak kalah penting adalah memastikantrack recorddari perusahaan manajer investasi sebelum melakukan investasi. Untuk memastikantrack recorddari sebuah manajer investasi (MI), calon investor dapat melihat dari laman resmi OJK atau dari berita-berita yang sudah tersebar di berbagai media.
"Jaditrack record-nya MI itu seperti apa? Apa ada kasus sebelumnya? Jadi dicek di internet, dicek di media apakah ada masalah atau enggak, termasuk di pengelolaannya," ucapnya. Prinsipnya kalau mau investasi, terlebih jika melakukannya di platform digital, Pratama menyarankan, cari vendor yang berpengalaman dan dapat dipercaya. Contohnya investasi emas di Tokopedia dengan platform lainnya yang namanya tidak terkenal kan lebih aman di platform yang sudah memiliki kredibilitas besar.
Dirinya mengungkapkan, dengan vendor yang berpengalaman, keamanan data dan barang jual akan lebih tinggi. Seperti dalam investasi emas secaraonline,yang digunakan adalah akun di aplikasi, nomorhandphonesampai transaksi transfer untuk pembayaran.
"Kalauonlinekan belum ada fisiknya, jadi yang harus dijaga adalah nomorhandphone. Kenapa? Karena kalau aplikasi itu menggunakanone time password(OTP) untuk akses masuk sampai transaksi, harus benar-benar dijaga jangan sampai hilang dan disalahgunakan," jelasnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah investor pasar modal yang terus mengalami peningkatan. Merujuk data OJK, tercatat sebanyak 4,51 juta investor pada akhir Februari 2021. Jauh meningkat bila dibandingkan dengan akhir 2020 dengan jumlah masih 3,88 juta investor. Artinya dalam dua bulan, jumlah investor pasar modal sudah naik sebesar 16,24%.
Uniknya pasar modal kekinian didominasi investor milenial. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) per akhir Februari 2021, sebanyak 57% investor saham berusia di bawah 30 tahun. Tren positif itu juga terjadi di industri reksa dana yang pertumbuhannya cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI),pada 2018 lalu jumlahnya hanya 995.510 investor. Kemudian naik menjadi 1,77 juta pada akhir 2019. Bahkan tahun lalu jumlah investor reksa dana mencapai 3,18 juta atau naik 78,95%. Di tahun ini tren positif ini masih berlanjut. Tercatat per akhir Februari 2021 jumlah investor reksa dana meningkat 20,50% menjadi 3,83 juta investor.
Kini untuk berinvestasi di pasar modal, saham, reksa dana, dan emas pun semakin mudah. Semua bisa dimulai dari aplikasi dismartphone. Namun hal ini perlu mendapatkan perhatian penting, termasuk di kalangan milenial atau pemula yang belum memahami cara berinvestasi yang tepat dan aman.
Ketua Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tongam Lumban Tobing mengatakan tetap mengawasi fenomena peningkatan jumlah investor. Sebab peningkatan itu belum diketahui secara pasti apakah masyarakat sudah melek informasi atau sekadar ikut-ikutan.
“Pertama-tama kami sampaikan agar masyarakat selalu cek legalitasnya dari otoritas berwenang untuk melakukan kegiatannya.Kedua, apabila ingin melakukan investasi, semua keputusan jual atau beli harus dari investor,” tutur Tongam kepadaKORAN SINDO.
Dia juga menanggapi perlu atau tidaknya otoritas membuat platform khusus seperti aplikasi super (super-app) agar masyarakat memiliki kemudahan akses ke semua kanal informasi, tidak terbatas pada portofolio saja dan lainnya. Menurutnya metode itu disediakan otoritas masing-masing yang memberikan izin.
Perihal keamanan antaraonline tradingdan cara konvensional melalui perusahaan pialang, Tongam tidak bisa memastikan mana yang lebih aman. Memang tidak dapat dimungkiri saat ini begitu menjamurnya aplikasi investasi sehingga membuat orang memilih cara praktis tanpa tahu keamanan data dari aplikasi yang digunakan. “Dalamtrading, yang paling perlu diperhatikan adalah bahwa keputusan beli atau jual harus berasal dari investor, jangan serahkan ke orang lain,” tegasnya.
Termasuk juga mengenai investasi mana yang paling cocok untuk di masa pandemi saat ini. Menurut Tongam, investasi tersebut sangat tergantung pada tujuan tiap pemodal, tidak bisa disamaratakan. Ada yang ingin likuid, ada yang mau berisiko tinggi, ada yang dananya kecil. Tapi yang pasti masyarakat mesti tetap waspada dengan melihat legalitas dan kredibilitas lembaga yang diikuti.
“Yang paling dikhawatirkan itu jangan sampai sumber dana untuk berinvestasi itu bukan berasal dari hasil simpanan sendiri, tetapi dari hasil melakukan pinjaman, baik secaraonlineatau kredit langsung,” jelasnya.
Berdasarkan data terkini dari pengawasan yang dilakukan OJK pada 2021 terhadap entitas pengumpulan dana masyarakat dan pengelolaan investasi, sudah ada 68 entitas investasi ilegal, 270fintechP2PL ilegal, dan 17 gadai ilegal yang berhasil ditangani. Karena itu Tongam mengatakan OJK bersama pihak terkait seperti pelaku pasar modal akan terus-menerus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, termasuk ke kaum milenial, terkait dengan perilaku berinvestasi secara benar dan bijak.
(ynt)