Kehadiran GoTo Dinilai Hadirkan Tantangan Keamanan Data
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kolaborasi dua perusahaan teknologi Indonesia, Gojek dan Tokopedia menjadi GoTo masih menjadi perhatian banyak pihak. GoTo dinilai akan melahirkan banyak tantangan baru, salah satunya terkait risiko keamanan data.
Dalam diskusi daring yang digelar oleh Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), isu keamanan data ini menjadi fokus perhatian utama. Dalam pandangan peneliti ELSAM, Lintang Setianti, ada beberapa faktor yang dapat menjadi patokan untuk menilai sejauh mana perusahaan digital berkomitmen dalam melindungi data pribadi pengguna, di antaranya alokasi sumber daya, penilaian risiko terhadap data sharing, hak subjek data, dan keamanan infrastruktur.
Ia mengatakan bahwa dalam konteks alokasi sumber daya, perusahaan-perusahaan raksasa berbasis digital harus menerapkan fungsi Data Protection Officer (DPO) serta memiliki Chief Information Security Officer (CISO).
Baca juga:Dijuluki 'The King of Lip Service' oleh BEM UI, Jokowi: Mereka Sedang Belajar Mengekspresikan Pendapat
“Kita melihat GoTo mungkin sudah ada beberapa fungsi itu. Artinya ada pihak atau fungsi yang secara langsung bisa kita hubungi atau mereka yang bertugas mengawasi atas proses-proses ini,” ujarnya, Selasa (29/6/2021).
Lintang menambahkan, sebuah perusahaan yang tengah menjalankan proses merger dan akuisisi juga harus melihat penilaian risiko terhadap data sharing. Bagi Lintang, proses ini meminimalisasi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari seperti adanya kebocoran data.
Selain itu, hak subjek data dalam hal notifikasi juga menjadi fokus sebagai salah satu syarat yang harus dilakukan perusahaan dalam proses merger. Dalam hal ini, ia juga mengonfirmasi bahwa GoTo telah menerapkan kebijakan notifikasi.
“Dengan adanya notifikasi ini, subjek data, mungkin dalam hal ini para karyawannya diingatkan kemungkinan adanya perpindahan data atau perubahan struktur,” kata dia.
Adapun soal keamanan infrastruktur dalam hal perlindungan data pengguna juga tak kalah penting untuk dijadikan sebagai salah satu perhatian perusahaan digital seperti GoTo. Keamanan infrastruktur ini nanti juga akan menjadi tanggung jawab perusahaan, baik sebelum maupun sesudah proses merger.
Bagi Lintang, empat prinsip ini setidaknya akan membantu perusahaan-perusahaan teknologi untuk menjalankan komitmennya dalam melindungi data pribadi pengguna dan meminimalisasi adanya dampak buruk di kemudian hari.
"Dari penilaian kami atas berbagai bisnis proses dan infrastruktur yang ada, GoTo telah memenuhi beberapa standar dalam hal perlindungan data pribadi para penggunanya di tengah proses merger," ucap Lintang.
Baca juga:Viral Tawuran di Sentiong, Seorang Pelaku Bertubuh Penuh Tato Dibekuk Polisi
GoTo Group diketahui memiliki tiga pilar bisnis utama, yaitu layanan on-demand, e-commerce dan jasa keuangan dan pembayaran. Saat ini untuk jasa layanan on-demand Gojek memiliki layanan transportasi seperti GoRide dan Go Car, layanan pesan antar makanan GoFood, layanan dan logistik GoSend dan GoBox.
Dari bisnis e-commerce, Tokopedia merupakan marketplace terbesar dengan berbagai layanan seperti Mitra Tokopedia (O2O), TokoCabang (warehouse). Di dalam gabungan ekosistem Gojek dan Tokopedia terdapat lebih dari 11 juta mitra usaha.
Sementara pilar ketiga yaitu jasa keuangan dan pembayaran. GoTo akan didukung oleh layanan GoTo Financial yang terdiri dari GoPay, PayLater, MOKA, Midtrans dan kerja sama dengan lebih dari 20 bank dan institusi keuangan. Ada lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan yang tercatat dalam ekosistem GoTo.
Dalam diskusi daring yang digelar oleh Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), isu keamanan data ini menjadi fokus perhatian utama. Dalam pandangan peneliti ELSAM, Lintang Setianti, ada beberapa faktor yang dapat menjadi patokan untuk menilai sejauh mana perusahaan digital berkomitmen dalam melindungi data pribadi pengguna, di antaranya alokasi sumber daya, penilaian risiko terhadap data sharing, hak subjek data, dan keamanan infrastruktur.
Ia mengatakan bahwa dalam konteks alokasi sumber daya, perusahaan-perusahaan raksasa berbasis digital harus menerapkan fungsi Data Protection Officer (DPO) serta memiliki Chief Information Security Officer (CISO).
Baca juga:Dijuluki 'The King of Lip Service' oleh BEM UI, Jokowi: Mereka Sedang Belajar Mengekspresikan Pendapat
“Kita melihat GoTo mungkin sudah ada beberapa fungsi itu. Artinya ada pihak atau fungsi yang secara langsung bisa kita hubungi atau mereka yang bertugas mengawasi atas proses-proses ini,” ujarnya, Selasa (29/6/2021).
Lintang menambahkan, sebuah perusahaan yang tengah menjalankan proses merger dan akuisisi juga harus melihat penilaian risiko terhadap data sharing. Bagi Lintang, proses ini meminimalisasi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari seperti adanya kebocoran data.
Selain itu, hak subjek data dalam hal notifikasi juga menjadi fokus sebagai salah satu syarat yang harus dilakukan perusahaan dalam proses merger. Dalam hal ini, ia juga mengonfirmasi bahwa GoTo telah menerapkan kebijakan notifikasi.
“Dengan adanya notifikasi ini, subjek data, mungkin dalam hal ini para karyawannya diingatkan kemungkinan adanya perpindahan data atau perubahan struktur,” kata dia.
Adapun soal keamanan infrastruktur dalam hal perlindungan data pengguna juga tak kalah penting untuk dijadikan sebagai salah satu perhatian perusahaan digital seperti GoTo. Keamanan infrastruktur ini nanti juga akan menjadi tanggung jawab perusahaan, baik sebelum maupun sesudah proses merger.
Bagi Lintang, empat prinsip ini setidaknya akan membantu perusahaan-perusahaan teknologi untuk menjalankan komitmennya dalam melindungi data pribadi pengguna dan meminimalisasi adanya dampak buruk di kemudian hari.
"Dari penilaian kami atas berbagai bisnis proses dan infrastruktur yang ada, GoTo telah memenuhi beberapa standar dalam hal perlindungan data pribadi para penggunanya di tengah proses merger," ucap Lintang.
Baca juga:Viral Tawuran di Sentiong, Seorang Pelaku Bertubuh Penuh Tato Dibekuk Polisi
GoTo Group diketahui memiliki tiga pilar bisnis utama, yaitu layanan on-demand, e-commerce dan jasa keuangan dan pembayaran. Saat ini untuk jasa layanan on-demand Gojek memiliki layanan transportasi seperti GoRide dan Go Car, layanan pesan antar makanan GoFood, layanan dan logistik GoSend dan GoBox.
Dari bisnis e-commerce, Tokopedia merupakan marketplace terbesar dengan berbagai layanan seperti Mitra Tokopedia (O2O), TokoCabang (warehouse). Di dalam gabungan ekosistem Gojek dan Tokopedia terdapat lebih dari 11 juta mitra usaha.
Sementara pilar ketiga yaitu jasa keuangan dan pembayaran. GoTo akan didukung oleh layanan GoTo Financial yang terdiri dari GoPay, PayLater, MOKA, Midtrans dan kerja sama dengan lebih dari 20 bank dan institusi keuangan. Ada lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan yang tercatat dalam ekosistem GoTo.
(uka)