Sektor Properti Bisa Jadi Penggerak Pemulihan Ekonomi dari Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2021 menjadi tahun penuh harapan dan optimisme dalam proses pemulihan ekonomi , tidak hanya di Indonesia tapi juga secara global. Semua sektor diharapkan dapat pulih dan memberikan kontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi termasuk sektor properti dan perumahan.
Untuk memacu sektor tersebut diperlukan dukungan semua stakeholders diantaranya adalah pemerintah, jasa keuangan dan perbankan, pengembang dan juga sektor pendukung lain yang menjadi ekosistem di sektor ini.
Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Eko D. Heripoerwanto mengatakan, sektor properti akan tetap menjadi leading sektor sampai kapanpun. Pasalnya, bisnis properti memiliki multiplier effect karena akan menggerakan sekitar 170 industri.
“Secara universal sektor properti merupakan sektor yang penting karena mampu menarik dan mengembangkan berbagai macam sektor, seperti sektor jasa, pembangunan bahkan keuangan. Serta berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja," kata Eko Senin (5/7/2021).
Dia menjelaskan, poperti merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi, terutama pada sektor perumahan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah memberikan insentif untuk sektor properti sesuai tingkatan dan jenjang dalam Permenkeu No 21 Tahun 2021. Salah satu tujuan untuk meningkatkan kualitas layak huni.
“Rencana pemerintah yang di atur RPJM dalam meningkatkan kualitas rumah layak huni yang semua 56% menjadi 70%, dengan sekitar 11 juta rumah tangga. Rencana intervensi langsung dan tidak langsung. Melalui program peningkatan kualitas, pembiayaan perumahan dan bantuan atau subsidi bantuan perumahan, pembinaan rumah kumuh dengan alokasi 5 juta rumah," paparnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bank BTN, Haru Koesmahargyo menyebutkan bahwa pertumbuhan sektor perumahan berpotensi menumbuhkan ekonomi pada sektor lainnya.
Dari 174 sub-sektor industri terdapat 5 besar sektor yang mengalami dampak, salah satunya perumahan. “Setiap tambahan anggaran Rp1 pada sektor terkait properti, akan menciptakan output terhadap ekonomi sebesar Rp2,15,” papar Haru.
Namun, dia tetap optimistis di tengah sektor perekonomian nasional yang mengalami kontraksi pertumbuhan, sektor perumahan menunjukkan pertumbuhan yang positif yang terlihat dari tumbuhnya KPR dibandingkan dengan kredit lainnya.
“Pertumbuhan kredit nasional pada Q1 2021 mengalami penurunan sebanyak 3,8%, sementara pertumbuhan KPR Q1 2021 mulai merangkak naik di angka 3,6%. Ini dikarenakan keberlanjutan dukungan KPR subsidi pemerintah, pada APBN 2021, alokasi KPR subsidi sebanyak 157,5 rb unit senilai 1,66 triliun,” tambah Haru.
Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah, salah satunya melalui Bank BTN melalui program Mortgage Ecosystem untuk mendukung sektor properti. “Mortgage Ecosystem merupakan upaya pengembangan bisnis yang berorientasi pada nasabah dengan menyediakan tidak hanya rumah tapi juga kelengkapannya, sehingga bisa menggandeng berbagai stakeholders untuk mengoptimalkan layanan," jelas Haru.
Untuk memacu sektor tersebut diperlukan dukungan semua stakeholders diantaranya adalah pemerintah, jasa keuangan dan perbankan, pengembang dan juga sektor pendukung lain yang menjadi ekosistem di sektor ini.
Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Eko D. Heripoerwanto mengatakan, sektor properti akan tetap menjadi leading sektor sampai kapanpun. Pasalnya, bisnis properti memiliki multiplier effect karena akan menggerakan sekitar 170 industri.
“Secara universal sektor properti merupakan sektor yang penting karena mampu menarik dan mengembangkan berbagai macam sektor, seperti sektor jasa, pembangunan bahkan keuangan. Serta berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja," kata Eko Senin (5/7/2021).
Dia menjelaskan, poperti merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi, terutama pada sektor perumahan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah memberikan insentif untuk sektor properti sesuai tingkatan dan jenjang dalam Permenkeu No 21 Tahun 2021. Salah satu tujuan untuk meningkatkan kualitas layak huni.
“Rencana pemerintah yang di atur RPJM dalam meningkatkan kualitas rumah layak huni yang semua 56% menjadi 70%, dengan sekitar 11 juta rumah tangga. Rencana intervensi langsung dan tidak langsung. Melalui program peningkatan kualitas, pembiayaan perumahan dan bantuan atau subsidi bantuan perumahan, pembinaan rumah kumuh dengan alokasi 5 juta rumah," paparnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bank BTN, Haru Koesmahargyo menyebutkan bahwa pertumbuhan sektor perumahan berpotensi menumbuhkan ekonomi pada sektor lainnya.
Dari 174 sub-sektor industri terdapat 5 besar sektor yang mengalami dampak, salah satunya perumahan. “Setiap tambahan anggaran Rp1 pada sektor terkait properti, akan menciptakan output terhadap ekonomi sebesar Rp2,15,” papar Haru.
Namun, dia tetap optimistis di tengah sektor perekonomian nasional yang mengalami kontraksi pertumbuhan, sektor perumahan menunjukkan pertumbuhan yang positif yang terlihat dari tumbuhnya KPR dibandingkan dengan kredit lainnya.
“Pertumbuhan kredit nasional pada Q1 2021 mengalami penurunan sebanyak 3,8%, sementara pertumbuhan KPR Q1 2021 mulai merangkak naik di angka 3,6%. Ini dikarenakan keberlanjutan dukungan KPR subsidi pemerintah, pada APBN 2021, alokasi KPR subsidi sebanyak 157,5 rb unit senilai 1,66 triliun,” tambah Haru.
Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah, salah satunya melalui Bank BTN melalui program Mortgage Ecosystem untuk mendukung sektor properti. “Mortgage Ecosystem merupakan upaya pengembangan bisnis yang berorientasi pada nasabah dengan menyediakan tidak hanya rumah tapi juga kelengkapannya, sehingga bisa menggandeng berbagai stakeholders untuk mengoptimalkan layanan," jelas Haru.
(ind)