Bisnis Kaos Oblong Bikin Wanita 26 Tahun Ini Jadi Jutawan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berawal dari keinginan untuk lepas dari kehidupan perkantoran, Clarisha Octavia (26) ternyata sukses menjadi jutawan. Predikat tersebut dia sandang hanya dengan berjualan di plaform belanja online .
Semua diawali Clarisha ketika memiliki ide untuk memulai bisnis kaos oblong. Kaos yang dijualnya adalah Built Up, tren baru tanpa jahitan samping. Untuk mengembangkan idenya, lulusan jurusan marketing sebuah kampus ternama di Surabaya ini pun menggandeng Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk membantu usahanya.
"Selama ini saya selalu menjalin hubungan dengan komunitas dan UMKM agar selalu mendapat update terbaru dan terkini," jelasnya.
Melihat peluang bisnis makin terbuka, Clarisha langsung membuat brand yakni Seattle, dimana produk unggulannya yakni kaos polos, celana olahraga, hingga sandal. Nama itu ia pilih karena kekagumannya kepada Bill Gates, perintis Microsoft yang bermarkas di kota Seattle.
"Saya bercita-cita memiliki nilai luhur seperti Bill Gates, sosok pengusaha yang peduli terhadap orang sekitar," harapnya.
Meski baru menekuni usaha sejak 4 tahun terakhir, intuisi Clarisha cepat dalam menentukan target pasar. Hal ini terlihat dari omset bisnis yang meningkat tiga kali lipat terutama saat pandemi covid 19.
Clarisha mengatakan, kunci utama keberhasilan dari produknya adalah keunikan dan nilai tambah yang diberikan pada produk tersebut. Selain itu Ia juga menawarkan sablon kustom sesuka hati pelanggan.
"Target marketing kita sangat luas karena produk kita unisex sehingga laki-laki atau perempuan menjadi sasaran target pasar kita," jelasnya.
Meski terbilang mulus menjalani bisnis fesyen , bukan berarti tidak ada hambatan yang ditemuinya. Dengan penjualan daring yang dipilihnya, proses produksi menjadi hambatan yang cukup serius bagi Clarisha.
Menurutnya dengan daring, semua orang bisa melihat produknya kapan saja. Sehingga sewaktu waktu ada yang memesan produk, namun stoknya habis.
"Pakaian bukan merupakan produk yang mudah untuk dijual secara daring, karena adanya permasalahan terkait ukuran dan banyaknya pengembalian," ujarnya.
Mengantisipasi hal tersebut, Ia kemudian mempekerjakan 6 karyawan untuk membantu usahanya dalam menjahit dan menyublim, sehingga proses produksinya dapat teratasi dengan baik. Ia juga melakukan inspeksi langsung untuk menjaga kualitas produknya.
Tidak hanya kualitas yang membuat Clarisha ditantang untuk tetap kreatif. Kompetitor yang ada juga dijadikan motivasi untuknya agar bisa belajar dari pesaing yang ada.
"Setelah mengetahui kekurangan yang kita miliki , kita harus melakukan sesuatu agar hal tersebut dapat kita antisipasi di kemudian hari," pungkas penghobi film Korea tersebut.
Semua diawali Clarisha ketika memiliki ide untuk memulai bisnis kaos oblong. Kaos yang dijualnya adalah Built Up, tren baru tanpa jahitan samping. Untuk mengembangkan idenya, lulusan jurusan marketing sebuah kampus ternama di Surabaya ini pun menggandeng Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk membantu usahanya.
"Selama ini saya selalu menjalin hubungan dengan komunitas dan UMKM agar selalu mendapat update terbaru dan terkini," jelasnya.
Melihat peluang bisnis makin terbuka, Clarisha langsung membuat brand yakni Seattle, dimana produk unggulannya yakni kaos polos, celana olahraga, hingga sandal. Nama itu ia pilih karena kekagumannya kepada Bill Gates, perintis Microsoft yang bermarkas di kota Seattle.
"Saya bercita-cita memiliki nilai luhur seperti Bill Gates, sosok pengusaha yang peduli terhadap orang sekitar," harapnya.
Meski baru menekuni usaha sejak 4 tahun terakhir, intuisi Clarisha cepat dalam menentukan target pasar. Hal ini terlihat dari omset bisnis yang meningkat tiga kali lipat terutama saat pandemi covid 19.
Clarisha mengatakan, kunci utama keberhasilan dari produknya adalah keunikan dan nilai tambah yang diberikan pada produk tersebut. Selain itu Ia juga menawarkan sablon kustom sesuka hati pelanggan.
"Target marketing kita sangat luas karena produk kita unisex sehingga laki-laki atau perempuan menjadi sasaran target pasar kita," jelasnya.
Meski terbilang mulus menjalani bisnis fesyen , bukan berarti tidak ada hambatan yang ditemuinya. Dengan penjualan daring yang dipilihnya, proses produksi menjadi hambatan yang cukup serius bagi Clarisha.
Menurutnya dengan daring, semua orang bisa melihat produknya kapan saja. Sehingga sewaktu waktu ada yang memesan produk, namun stoknya habis.
"Pakaian bukan merupakan produk yang mudah untuk dijual secara daring, karena adanya permasalahan terkait ukuran dan banyaknya pengembalian," ujarnya.
Mengantisipasi hal tersebut, Ia kemudian mempekerjakan 6 karyawan untuk membantu usahanya dalam menjahit dan menyublim, sehingga proses produksinya dapat teratasi dengan baik. Ia juga melakukan inspeksi langsung untuk menjaga kualitas produknya.
Tidak hanya kualitas yang membuat Clarisha ditantang untuk tetap kreatif. Kompetitor yang ada juga dijadikan motivasi untuknya agar bisa belajar dari pesaing yang ada.
"Setelah mengetahui kekurangan yang kita miliki , kita harus melakukan sesuatu agar hal tersebut dapat kita antisipasi di kemudian hari," pungkas penghobi film Korea tersebut.
(akr)