Indonesia Turun Kelas, Gara-gara Ini Sempat Stagnan di Level Menengah

Selasa, 13 Juli 2021 - 17:38 WIB
loading...
Indonesia Turun Kelas, Gara-gara Ini Sempat Stagnan di Level Menengah
Indonesia sudah lama stagnan berada di kelas menengah, bahkan kini turun kelas jadi negara berpenghasilan menengah ke bawah. Berikut beberapa penyebabnya. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Indonesia sudah lama stagnan berada di kelas menengah, bahkan kini turun kelas jadi negara berpenghasilan menengah ke bawah . Adapun hal tersebut di dorong oleh beragam faktor.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, yang menjadi kunci masalah mengapa Indonesia terkesan cukup lama berada dalam kelas menengah salah satunya ketidakkonsistenan dalam transformasi struktur ekonomi.

“Sektor industri sudah menjadi penopang utama ekonomi walaupun trennya turun menjadi 19,7 persen terhadap PDB, namun tenaga kerja yang berkerja di sektor industri jauh lebih rendah pertumbuhannya yakni 14,9 persen,” ujarnya dalam diskusi INDEF secara daring, Selasa (13/7/2021).



Namun, kata Ahmad yang perlu dicermati adalah tenaga kerja Indonesia masih menumpuk di sektor pertanian yakni berkisar 29,46 persen. Terlepas dari itu, sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 12,7 persen.

Sementara pada sektor jasa, pertumbuhannya cukup tinggi berkisar 4,1 persen terhadap PDB tetapi tenaga kerja relatif sedikit yakni hanya 1,45 persen. Selain itu ada pula pada sektor informasi dan komunikasi dimana tenaga kerjanya sedikit yakni berkisar 0,73 persen tetapi struktur PDB tinggi di kisaran 3,89 persen.

Dari data tersebut, Ahmad menerangkan bahwa sektor industri memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

“Jadi kalau dilihat trennya, ketika sektor industri tumbuh cukup tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga akan tumbuh tinggi. Begitupun sebaliknya jika sektor industri melambat maka pertumbujan ekonominya pun akan ikut melambat,” ucapnya.

Artinya, sektor industri ini memiliki peran sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi karena kontribusinya masih besar yakni 19,7 persen terhadap PDB.

“Maka dari itu penting untuk memperkuat struktur industri dengan membangun keterkaitan dari hulu ke hilir maupun menjaga industri dalam negeri,” terang dia.

Kemudian, faktor lain yang menyebabkan Indonesia masih bertahan dalam zona kelas menengah yaitu dari struktur ekonomi selama dua dekade terakhir dimana sektor tersier (jasa-jasa) semakin mendominasi terhadap ekonomi namun belum didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang memumpuni.

Faktor berikutnya, dari sisi dukungan investasi masih minim terhadap pertumbuhan industri. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2020, investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanapan modal dalam negeri (PMDN) trennya meningkat dari tahun ke tahun.

Namun ternyata pertumbuhan industrinya di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Artinya, belum ada suntikan investasi untuk sektor industri.



Demikian juga pada tenaga kerja, dimana investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanapan modal dalam negeri (PMDN) terus meningkat, namun tren tenaga kerjanya justru melambat.

“Hal ini dikarenakan sektor tersier (jasa-jasa) yang menjadi sasaran empuk untuk investasi saat ini. Dimana sektor-sektor itu relatif lebih kedap terhadap penyerapan tenaga kerja. Atau kalaupun ada tenaga kerja yang membutuhkan disektor tersier, tentunya tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian yang spesifik,” jelas dia.

Ahmad menyebut, hal inilah yang menjadikan adanya fenomena ketimpangan dan menjadi faktor mengapa Indonesia masih terjebak dalam kelas menengah.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2038 seconds (0.1#10.140)