Jadi Induk Holding Ultra Mikro, Investor Amati Kinerja dan Strategi BRI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pembentukan holding BUMN Ultra Mikro (UMi) dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebagai induknya disebut-sebut bisa meningkatkan harga saham dan kinerja Perseroan. Ada beberapa hal yang akan diperhatikan investor terkait aksi korporasi tersebut.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, potensi pergerakan saham BRI akan ditentukan oleh realisasi pembentukan Holding UMi BUMN dan kinerja holding. Dia menyebut, harga saham perbankan pelat merah tersebut bisa bergerak pada kisaran 5.000 hingga 6.000 per lembar saham.
"Apakah dimungkinkan bisa mencapai 5.000? atau 5.500? atau 6.000? ya, bisa dimungkinkan sepanjang realisasi kinerja pertumbuhan riil terlihat di mata pelaku pasar," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (16/7/2021).
Dengan melakukan aksi korporasi right issue dalam pembentukan Holding BUMN UMi ini, kata Reza, pelaku pasar akan memperhatikan pergerakan dari kinerja BRI sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
"Ke depan, tentunya yang akan diperhatikan pelaku pasar ialah akselerasi dari strategi pertumbuhan setelah adanya penggabungan para entitas tersebut," ungkapnya.
Pasalnya, menurut Reza, pembentukan Holding BUMN UMi ini akan menjadi peluang besar bagi BRI untuk melakukan diversifikasi bisnisnya. Selain itu, pembentukan holding akan berefek pada penetrasi pasar yang lebih besar, menciptakan ekosistem penyaluran kredit, hingga pertumbuhan kinerja. "Tapi, harus didukung dengan pengembangan teknologi yang mumpuni dan kemampuan penagihan untuk mengurangi potensi kredit macet," jelas dia.
Sebelumnya dikabarkan, BRI akan melakukan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan keterlibatan pemerintah dalam bentuk non tunai. Selain itu, pemerintah juga akan menyetorkan seluruh saham Seri B miliknya (Inbreng).
Melalui aksi korporasi tersebut, BBRI akan menjadi pemegang saham mayoritas pada PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM yang merupakan dari rencana pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro dengan BBRI sebagai induknya.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, potensi pergerakan saham BRI akan ditentukan oleh realisasi pembentukan Holding UMi BUMN dan kinerja holding. Dia menyebut, harga saham perbankan pelat merah tersebut bisa bergerak pada kisaran 5.000 hingga 6.000 per lembar saham.
"Apakah dimungkinkan bisa mencapai 5.000? atau 5.500? atau 6.000? ya, bisa dimungkinkan sepanjang realisasi kinerja pertumbuhan riil terlihat di mata pelaku pasar," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (16/7/2021).
Dengan melakukan aksi korporasi right issue dalam pembentukan Holding BUMN UMi ini, kata Reza, pelaku pasar akan memperhatikan pergerakan dari kinerja BRI sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
"Ke depan, tentunya yang akan diperhatikan pelaku pasar ialah akselerasi dari strategi pertumbuhan setelah adanya penggabungan para entitas tersebut," ungkapnya.
Pasalnya, menurut Reza, pembentukan Holding BUMN UMi ini akan menjadi peluang besar bagi BRI untuk melakukan diversifikasi bisnisnya. Selain itu, pembentukan holding akan berefek pada penetrasi pasar yang lebih besar, menciptakan ekosistem penyaluran kredit, hingga pertumbuhan kinerja. "Tapi, harus didukung dengan pengembangan teknologi yang mumpuni dan kemampuan penagihan untuk mengurangi potensi kredit macet," jelas dia.
Sebelumnya dikabarkan, BRI akan melakukan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan keterlibatan pemerintah dalam bentuk non tunai. Selain itu, pemerintah juga akan menyetorkan seluruh saham Seri B miliknya (Inbreng).
Melalui aksi korporasi tersebut, BBRI akan menjadi pemegang saham mayoritas pada PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM yang merupakan dari rencana pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro dengan BBRI sebagai induknya.