Menteri BUMN Ajak Indra Rudiansyah Kembangkan Vaksin di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri BUMN, Erick Thohir mengajak Indra Rudiansyah, seorang karyawan PT Bio Farma (Persero) yang tengah menyelesaikan studi S3 Program Clinical Medicine di University of Oxford, London, untuk mengembangkan vaksin di Indonesia. Khususnya, vaksin BUMN dan Merah Putih.
Indra pun diajak kembali ke Tanah Air usai menyelesaikan studi S3-nya di kampus terkemuka di Inggris tersebut. Diketahui, Indra juga terlibat dalam tim Jenner Institute pimpinan Profesor Sarah Gilbert dalam uji klinis vaksin AstraZeneca yang saat ini juga sudah digunakan di Indonesia.
Erick menilai, lelaki kelahiran Bandung, Jawa Barat itu memiliki peran besar untuk mendorong pengembangan vaksin di dalam negeri. Pasalnya, produksi vaksin di Indonesia tidak saja digunakan untuk penanganan Covid-19, namun juga diperuntukkan bagi sejumlah penyakit lain seperti tuberkulosis (TBC) hingga malaria. Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah terinfeksi TBC tertinggi di dunia.
"Mudah-mudahan ketika balik bisa bantu nih Indonesia, kenapa? Ya tadi, yang Indra bilang, bahwa vaksin ini penting tidak hanya yang namanya Covid-19, tapi yang basic-nya aja dulu, apakah yang namanya malaria, TBC yang memang salah satu tertinggi kita di dunia," kata Erick saat melakukan live Instagram bersama Indra, Jumat (23/7/2021).
Menurut Erick, uaya transformasi BUMN tidak saja dilakukan pada aspek bisnis model, namun pada aspek sistem atau sumber daya yang dimiliki perusahaan. Khusus Bio Farma dan anggota Holding BUMN Farmasi, pemegang saham menginginkan adanya pembaharuan sistem baru dalam meningkatkan kapasitas produksi vaksin.
Meskipun Bio Farma sudah melakukan distribusi vaksin ke sejumlah negara, untuk kasus vaksin Covid-19 perseroan pelat merah itu harus memperbaharui sistem produksi yang baru.
"Kita sendiri (sistem) itu kurang, kalau kita boleh ngomong jujur kan. Karena itu juga dan karena ada Covid-19 ini mau tidak mau dengan transformasi yang kita minta di BUMN, Bio Farma pun kemarin bertransformasi," tuturnya.
Lihat Juga: Sambut Nataru, BRI Pastikan Keandalan Super Apps BRImo dan Optimalkan Layanan 721 Ribu E-Channel
Indra pun diajak kembali ke Tanah Air usai menyelesaikan studi S3-nya di kampus terkemuka di Inggris tersebut. Diketahui, Indra juga terlibat dalam tim Jenner Institute pimpinan Profesor Sarah Gilbert dalam uji klinis vaksin AstraZeneca yang saat ini juga sudah digunakan di Indonesia.
Baca Juga
Erick menilai, lelaki kelahiran Bandung, Jawa Barat itu memiliki peran besar untuk mendorong pengembangan vaksin di dalam negeri. Pasalnya, produksi vaksin di Indonesia tidak saja digunakan untuk penanganan Covid-19, namun juga diperuntukkan bagi sejumlah penyakit lain seperti tuberkulosis (TBC) hingga malaria. Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah terinfeksi TBC tertinggi di dunia.
"Mudah-mudahan ketika balik bisa bantu nih Indonesia, kenapa? Ya tadi, yang Indra bilang, bahwa vaksin ini penting tidak hanya yang namanya Covid-19, tapi yang basic-nya aja dulu, apakah yang namanya malaria, TBC yang memang salah satu tertinggi kita di dunia," kata Erick saat melakukan live Instagram bersama Indra, Jumat (23/7/2021).
Menurut Erick, uaya transformasi BUMN tidak saja dilakukan pada aspek bisnis model, namun pada aspek sistem atau sumber daya yang dimiliki perusahaan. Khusus Bio Farma dan anggota Holding BUMN Farmasi, pemegang saham menginginkan adanya pembaharuan sistem baru dalam meningkatkan kapasitas produksi vaksin.
Meskipun Bio Farma sudah melakukan distribusi vaksin ke sejumlah negara, untuk kasus vaksin Covid-19 perseroan pelat merah itu harus memperbaharui sistem produksi yang baru.
"Kita sendiri (sistem) itu kurang, kalau kita boleh ngomong jujur kan. Karena itu juga dan karena ada Covid-19 ini mau tidak mau dengan transformasi yang kita minta di BUMN, Bio Farma pun kemarin bertransformasi," tuturnya.
Lihat Juga: Sambut Nataru, BRI Pastikan Keandalan Super Apps BRImo dan Optimalkan Layanan 721 Ribu E-Channel
(ind)