Jessica Tanoesoedibjo Bicara, MNC Peduli x HAFECS Kupas Metode STEM & Launching Guru Juara
loading...
A
A
A
JAKARTA - MNC Peduli berkolaborasi dengan HAFECS dalam webinar Innovation School Leaders & Teachers Forum (ISLTF) ke-44. Lebih dari 600 peserta dari seluruh Indonesia hadir dalam webinar yang dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Juli 2021, pukul 13.00 WIB.
Webinar yang rutin dilakukan HAFECS ini turut mengundang pembicara-pembicara profesional di bidangnya, yakni Direktur HAFECS Zulfikar Alimuddin, Ketua MNC Peduli dan Chairwoman Yayasan Hary Tanoesoedibjo, Jessica Herliani Tanoesoedibjo, serta Head of Programme and Training Division of SEAQIS Poppy Kamalia Devi.
Ratusan peserta yang terdiri atas dosen, kepala sekolah, guru, mahasiswa pendidikan, praktisi pendidikan, serta peserta umum hadir hingga akhir sesi webinar. Sebab, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, meningkatkan kualitas pengelolaan sistem pengajaran-pembelajaran, memberikan insight serta pandangan baru di dunia pendidikan.
ISLTF 44 HAFECS mengusung tema Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) – Based Learning: Memposisikan Model Pembelajaran STEM dalam Kurikulum Nasional, dengan sub topik Kecerdasan Digital dan Inovasi Bangsa.
Pada kesempatan itu, Ketua MNC Peduli dan Chairwoman Yayasan Hary Tanoesoedibjo, Jessica Herliani Tanoesoedibjo juga sepakat jika penerapan STEM akan berdampak pada kecerdasan siswa di ranah digital atau di ruang online.
Pasalnya, saat ini ada fenomena ketidakcerdasan digital seperti penyebaran hoax, kejahatan pinjaman online (pinjol), hingga cyberbullying yang menghambat tumbuh kembang siswa.
“Menurut riset, tiga dari lima penyebab ketidakcerdasan digital muaranya ada di sekolah. Bisa jadi sekolah tidak memberikan pelatihan, atau pelatihan yang tidak memadai, atau mungkin guru-gurunya tidak memiliki kompetensi dalam literasi digital,” ungkap Jessica.
Jessica mengungkapkan, ada beberapa tips agar siswa dan siswi kita bisa menjadi digital citizens, nyaman dan aman saat menggunakan internet. Dari aspek hukum, perlu ada batasan usia dan pemahaman copyright. Lalu biasakan anak bicara secara transparan apa yang mereka akses secara online, dan tekankan bahayanya jika anak-anak berteman secara online tanpa bertemu.
"Lalu, ajarkan privasi seperti alamat, nomor telepon, terutama password. Manners juga sangat penting, dan tetap luangkan waktu untuk keluarga,” ujarnya.
Direktur HAFECS, Zulfikar Alimuddin menyebutkan jika pembelajaran dengan metode STEM bisa diawali dengan hal sederhana, yaitu guru merangkum pengalaman siswa, kemudian mengasah kemampuan berpikir siswa, hingga tercapai tujuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan.
“Guru perlu membuat rancangan mengajar berbasis STEM yang terhubung dengan materi. Kita berangkat dari personal reality atau pengalaman kenyataan, cek persepsi siswa dengan bertanya terkait pengalaman hidupnya," papar Zulfikar.
Karena, lanjut Zulfikar, manusia lebih mudah menjelaskan sesuatu jika ia melihat dan memegangnya sendiri. Lalu, siswa diminta untuk mendeskripsikan apa yang terjadi. Dalam prosesnya, harus ada dialog, sehingga terbangun kemampuan berpikir yang diinginkan.
Demikian pula menurut Poppy Kamalia Devi, STEM bukanlah metode baru dalam dunia pendidikan, namun tidak banyak guru atau pengajar yang menerapkan prosesnya hingga akhir.
Adapun, proses yang dimaksud dimulai dari mengajak siswa bertanya, berimajinasi dan brainstorming, memilih solusi atas permasalahan, merancang hasil, sampai siswa berhasil memperbaiki hasil tugasnya.
“STEM adalah pendekatan yang memadukan konsep akademik dengan pembelajaran dunia nyata, siswa menerapkan science, technology, engineering, dan mathematics. Bukan satu pelajaran terpisah-pisah, tapi sudah tergabung dalam STEM, fokus pada pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari atau kehidupan profesional,” jelas Poppy.
“Siswa mulai diajak berpikir, ada masalah apa, diajak berimajinasi, memilih solusi, setelah itu juga diajak merancang dan memperbaiki. Selama ini siswa hanya diberi tugas, tapi kalau dalam STEM, siswa diajak memperbaiki tugasnya juga. Biasanya banyak yang tidak melihat siswa ini berapa kali memperbaiki tugasnya, kalau dalam STEM, prosesnya itu yang dilihat,” lanjut Poppy.
Partisipasi MNC Peduli dalam acara ini merupakan wujud komitmen MNC Peduli sebagai wadah kegiatan sosial MNC Group. MNC Peduli juga telah melaksanakan berbagai program melek digital sebagai salah satu upaya meningkatkan literasi digital yaitu dengan memberikan komputer kepada guru dan murid SD 02 Desa Pantai Bakti di Muara Gembong, Bekasi yang merupakan salah satu desa binaan MNC Peduli, pelatihan dan pemberian komputer kepada anak-anak jalanan binaan Yayasan Kumala di Tanjung Priok, Jakarta Utara dan juga pelatihan digital terhadap anak-anak di Cilincing, Jakarta Utara.
Dalam kegiatan ini, HAFECS juga resmi meluncurkan program unggulan Guru Juara, yakni program yang menghadirkan pelatihan untuk sekolah dan guru di seluruh Indonesia pada 5 tingkatan pendidikan (SMA/MA, SMK/STM, SMP/MTs, SD/MI, dan TK/Paud) secara daring yang mengacu pada Teaching Mastery Framework (TMF), sebuah kerangka pengajaran yang dikembangkan HAFECS. Info selengkapnya dapat Anda akses melalui tautan: http://tentang.guruinovatif.id/guru-juara dan media sosial Instagram @guruinovatif.id .
Untuk diketahui, MNC Peduli merupakan wadah kegiatan sosial dari MNC Group dan seluruh unit usaha yang terafiliasi. Dalam menjalankan visi-misi, MNC Peduli melaksanakan kegiatan sosial untuk membantu masyarakat khususnya prasejahtera dan terdampak bencana.
Tiga pilar utama yang dijalankan yaitu sosial, kemanusiaan, dan keagamaan, termasuk di dalamnya yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan pembangunan infrastruktur.
Adapun HAFECS (Highly Functioning Education Consulting Services) merupakan sebuah lembaga yang didirikan Yayasan Hasnur Centre. Menjadi salah satu divisi di bidang training guru sebagai upaya untuk mendorong percepatan transformasi pendidikan Indonesia melalui pengembangan metode pengajaran di kelas, dan metode pembelajaran serta pengembangan kurikulum sekolah.
Webinar yang rutin dilakukan HAFECS ini turut mengundang pembicara-pembicara profesional di bidangnya, yakni Direktur HAFECS Zulfikar Alimuddin, Ketua MNC Peduli dan Chairwoman Yayasan Hary Tanoesoedibjo, Jessica Herliani Tanoesoedibjo, serta Head of Programme and Training Division of SEAQIS Poppy Kamalia Devi.
Ratusan peserta yang terdiri atas dosen, kepala sekolah, guru, mahasiswa pendidikan, praktisi pendidikan, serta peserta umum hadir hingga akhir sesi webinar. Sebab, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, meningkatkan kualitas pengelolaan sistem pengajaran-pembelajaran, memberikan insight serta pandangan baru di dunia pendidikan.
ISLTF 44 HAFECS mengusung tema Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) – Based Learning: Memposisikan Model Pembelajaran STEM dalam Kurikulum Nasional, dengan sub topik Kecerdasan Digital dan Inovasi Bangsa.
Pada kesempatan itu, Ketua MNC Peduli dan Chairwoman Yayasan Hary Tanoesoedibjo, Jessica Herliani Tanoesoedibjo juga sepakat jika penerapan STEM akan berdampak pada kecerdasan siswa di ranah digital atau di ruang online.
Pasalnya, saat ini ada fenomena ketidakcerdasan digital seperti penyebaran hoax, kejahatan pinjaman online (pinjol), hingga cyberbullying yang menghambat tumbuh kembang siswa.
“Menurut riset, tiga dari lima penyebab ketidakcerdasan digital muaranya ada di sekolah. Bisa jadi sekolah tidak memberikan pelatihan, atau pelatihan yang tidak memadai, atau mungkin guru-gurunya tidak memiliki kompetensi dalam literasi digital,” ungkap Jessica.
Jessica mengungkapkan, ada beberapa tips agar siswa dan siswi kita bisa menjadi digital citizens, nyaman dan aman saat menggunakan internet. Dari aspek hukum, perlu ada batasan usia dan pemahaman copyright. Lalu biasakan anak bicara secara transparan apa yang mereka akses secara online, dan tekankan bahayanya jika anak-anak berteman secara online tanpa bertemu.
"Lalu, ajarkan privasi seperti alamat, nomor telepon, terutama password. Manners juga sangat penting, dan tetap luangkan waktu untuk keluarga,” ujarnya.
Direktur HAFECS, Zulfikar Alimuddin menyebutkan jika pembelajaran dengan metode STEM bisa diawali dengan hal sederhana, yaitu guru merangkum pengalaman siswa, kemudian mengasah kemampuan berpikir siswa, hingga tercapai tujuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan.
“Guru perlu membuat rancangan mengajar berbasis STEM yang terhubung dengan materi. Kita berangkat dari personal reality atau pengalaman kenyataan, cek persepsi siswa dengan bertanya terkait pengalaman hidupnya," papar Zulfikar.
Karena, lanjut Zulfikar, manusia lebih mudah menjelaskan sesuatu jika ia melihat dan memegangnya sendiri. Lalu, siswa diminta untuk mendeskripsikan apa yang terjadi. Dalam prosesnya, harus ada dialog, sehingga terbangun kemampuan berpikir yang diinginkan.
Demikian pula menurut Poppy Kamalia Devi, STEM bukanlah metode baru dalam dunia pendidikan, namun tidak banyak guru atau pengajar yang menerapkan prosesnya hingga akhir.
Adapun, proses yang dimaksud dimulai dari mengajak siswa bertanya, berimajinasi dan brainstorming, memilih solusi atas permasalahan, merancang hasil, sampai siswa berhasil memperbaiki hasil tugasnya.
“STEM adalah pendekatan yang memadukan konsep akademik dengan pembelajaran dunia nyata, siswa menerapkan science, technology, engineering, dan mathematics. Bukan satu pelajaran terpisah-pisah, tapi sudah tergabung dalam STEM, fokus pada pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari atau kehidupan profesional,” jelas Poppy.
“Siswa mulai diajak berpikir, ada masalah apa, diajak berimajinasi, memilih solusi, setelah itu juga diajak merancang dan memperbaiki. Selama ini siswa hanya diberi tugas, tapi kalau dalam STEM, siswa diajak memperbaiki tugasnya juga. Biasanya banyak yang tidak melihat siswa ini berapa kali memperbaiki tugasnya, kalau dalam STEM, prosesnya itu yang dilihat,” lanjut Poppy.
Partisipasi MNC Peduli dalam acara ini merupakan wujud komitmen MNC Peduli sebagai wadah kegiatan sosial MNC Group. MNC Peduli juga telah melaksanakan berbagai program melek digital sebagai salah satu upaya meningkatkan literasi digital yaitu dengan memberikan komputer kepada guru dan murid SD 02 Desa Pantai Bakti di Muara Gembong, Bekasi yang merupakan salah satu desa binaan MNC Peduli, pelatihan dan pemberian komputer kepada anak-anak jalanan binaan Yayasan Kumala di Tanjung Priok, Jakarta Utara dan juga pelatihan digital terhadap anak-anak di Cilincing, Jakarta Utara.
Dalam kegiatan ini, HAFECS juga resmi meluncurkan program unggulan Guru Juara, yakni program yang menghadirkan pelatihan untuk sekolah dan guru di seluruh Indonesia pada 5 tingkatan pendidikan (SMA/MA, SMK/STM, SMP/MTs, SD/MI, dan TK/Paud) secara daring yang mengacu pada Teaching Mastery Framework (TMF), sebuah kerangka pengajaran yang dikembangkan HAFECS. Info selengkapnya dapat Anda akses melalui tautan: http://tentang.guruinovatif.id/guru-juara dan media sosial Instagram @guruinovatif.id .
Untuk diketahui, MNC Peduli merupakan wadah kegiatan sosial dari MNC Group dan seluruh unit usaha yang terafiliasi. Dalam menjalankan visi-misi, MNC Peduli melaksanakan kegiatan sosial untuk membantu masyarakat khususnya prasejahtera dan terdampak bencana.
Tiga pilar utama yang dijalankan yaitu sosial, kemanusiaan, dan keagamaan, termasuk di dalamnya yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan pembangunan infrastruktur.
Baca Juga
Adapun HAFECS (Highly Functioning Education Consulting Services) merupakan sebuah lembaga yang didirikan Yayasan Hasnur Centre. Menjadi salah satu divisi di bidang training guru sebagai upaya untuk mendorong percepatan transformasi pendidikan Indonesia melalui pengembangan metode pengajaran di kelas, dan metode pembelajaran serta pengembangan kurikulum sekolah.
(akr)